"Wah, lo sekarang bucin ya!"
"Ngopi? Yxg kuy?"
"Baperan banget sih!"
Ujaran-ujaran tersebut pasti sudah tidak asing lagi bagi kita. Pasti kita pernah mendengar atau membacanya di suatu tempat. Tentu saja, kalimat-kalimat di atas merupakan kalimat dengan bahasa gaul masa kini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online, slang atau yang disebut juga sebagai bahasa gaul merupakan bahasa tidak resmi dan tidak baku yang bersifat musiman.Â
Ferraro mencatatkan bahwa karena banyak bahasa gaul yang berkembang, kata-kata slang hanya digunakan selama beberapa tahun saja sebelum akhirnya menghilang atau akhirnya menjadi kata serapan bahasa ibu (Samovar et.al., 2015, h. 275).Â
Karena perubahan yang terus-menerus terjadi, sangat sulit mengikuti tren slang yang ada. Carl Sandburg pernah menuliskan, "Slang is a language which takes off its coat, spits on its hand---and goes to work." (Samovar et.al., 2015, h. 275). Menurut kbbi.web.id, bahasa ini biasanya digunakan oleh kaum remaja ataupun kelompok sosial tertentu untuk digunakan sebagai bahasa komunikasi internal agar orang-orang yang tidak tergabung dalam kelompok tersebut tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.
Meskipun slang lebih sering digunakan oleh kaum remaja, tetapi ternyata orang tua kita atau bahkan kakek nenek kita sebenarnya juga memiliki slang mereka sendiri loh!Â
Setelah melakukan wawancara dengan tiga orang narasumber yang berusia 57 tahun, 59 tahun, dan 65 tahun, penulis menemukan bahwa bagi mereka sangat sulit untuk mengikuti tren slang jaman sekarang sehingga mereka menciptakan bahasa gaul bagi kelompok mereka sendiri.Â
Narasumber juga mengungkapkan bahwa slang yang mereka gunakan diciptakan supaya mereka tetap gaul dan tidak ketinggalan jaman. Narasumber kedua (59 tahun) mengungkapkan bahwa banyak orang berpendapat bahwa jika kita tidak menggunakan bahasa gaul di masa kini, artinya ia orang yang kuno dan gaptek atau gagap teknologi. Sehingga narasumber memilih untuk menciptakan bahasa gaul mereka sendiri supaya tetap terlihat muda dan keren.
Beberapa slang yang sering narasumber gunakan ialah ungkapan "bucin". Bucin disini berbeda dengan istilah "budak cinta" yang sedang hangat digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bucin merupakan singkatan dari "bunda cinta". Ini merupakan panggilan yang digunakan untuk memanggil teman perempuan mereka sebagai ganti dari kata "bu", "jeng", maupun "say". Mirip dengan istilah bucin, terdapat pula istilah bundsay. Bundsay disini berarti "bunda sayang" dan memiliki fungsi yang sama dengan penggunaan istilah bucin.
Selain itu, terdapat pula istilah "mehong", "mursindah", "jelong-jelong", dan "JJP". Â Kata mehong sendiri berarti mahal dan mursindah berarti murah. Sedangkan jelong-jelong berarti jalan-jalan atau melakukan refreshing di pusat perbelanjaan. Sedikit berbeda dengan jelong-jelong, JJP merupakan singkatan dari jalan-jalan pagi. Namun, istilah JJP tidak hanya digunakan ketika pagi hari saja, istilah ini digunakan untuk mengganti kata jogging.
Dalam dunia media sosial, terdapat pula beberapa slang yang sering digunakan, seperti "posting", "japri", dan "pesrad". Istilah "posting" sering kita kenal sebagai kegiatan mengunggah sesuatu di media sosial, namun bagi para narasumber istilah "posting" berarti mengirimkan gambar atau video melalui pesan whatsapp. "Japri" merupakan singkatan dari "jalur pribadi" yang digunakan untuk menggantikan istilah personal chat. Namun terkadang istilah "Japri" juga memiliki arti berbicara atau berdiskusi secara langsung dengan orang yang bersangkutan. Sedangkan "pesrad" merupakan singkatan dari "pesan radio" yang digunakan untuk menggantikan istilah voice note atau pesan suara.
Adanya istilah-istilah tersebut membuktikan bahwa slang atau bahasa gaul tidak terbatas pada usia remaja saja. Orang tua bahkan lansia juga bisa menggunakan bahasa gaul untuk percakapan sehari-hari. Hanya penggunaan dan implementasi dari kata-katanya saja yang berbeda.
Daftar Pustaka
Kamus Besar Bahasa Indonesia daring. Diakses melalui https://kbbi.web.id/slang pada 1 November 2021.
Samovar, L. A., Porter, R. E., Mcdaniel, E. R., Roy, C. S. (2015). Communication Between Cultures. Boston, Massachusetts: Cengage Learning.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H