Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma dalam masyarakat, pelanggaran status, maupun pelanggaran terhadap hukum pidana. Pelanggaran status seperti halnya kabur dari rumah, membolos sekolah, merokok, minum minuman keras, balap liar, dan lain sebagainya.
Salah satu contoh kenakalan remaja, yang sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia adalah Kasus kejahatan jalanan atau yang biasa disebut dengan "klitih"
Klitih bukan sekadar aksi vandal dengan merusak fasilitas umum. Klitih serupa dengan aksi brutal di jalanan. Para pelakunya adalah anak-anak remaja. Mereka pergi bergerombol naik motor mencari target lemah. Orang yang menjadi target bisa siapa saja, laki-laki, perempuan, orang tua, atau sesama remaja. Korbannya acak.
Para korban seringkali tidak menyadari bahwa dirinya dijadikan target klitih secara spontan. Tiba-tiba dari arah belakang ada salah seorang anggota klitih yang mengayunkan senjata tajam. Tanpa persiapan, para korban menderita luka yang boleh jadi serius. Ini terjadi di malam hari atau bahkan siang hari di jalan-jalan yang relatif sepi.
Menurut saya, walau banyak faktor penyebab seseorang ataupun sekelompok remaja melakukan aksi klitih, tapi penyebab utamanya adalah rasa butuh pengakuan oleh perorangan maupun kelompok, eksistensi, mencari jati diri maupun gengsi.
Krisis Identitas
Klitih biasanya dilakukan oleh sekelompok pemuda dengan krisis identitas, ditandai dengan perubahaan sikap dan mood yang memungkinkan kedua belah pihak mengalami bentuk migrasi.
Oleh karena itu, muncul suatu bentuk ekspresi dari remaja untuk mendapatkan pengakuan atas apa yang dilakukannya.
Tidak Bisa Mengontrol Diri
Para pemuda tidak dapat membedakan baik buruknya suatu tindakan, yang akan berpengaruh kepada kehidupannya di masa datang, Dengan mudahnya dan godaan seorang teman, para pemuda mudah tergiur rayuannya untuk melakukan tindakan kriminal dan akan melahirkan bentuk-bentuk kriminal.
Peran Masyarakat sekitar pun memiliki pengaruh yang sangat kuat bagi pemuda. Dari segi pola pikir, pengalaman, pengakuan, sikap , dan jati diri seorang tersebut.
Karena, remaja yang memiliki kontrol diri tidak dapat menyaring perilaku baik dan buruk untuk menentukan jati diri dan peran serta mendapatkan pengakuan maupun eksistensi di lingkungannya
Hal ini dimulai dari persoalan telah terciptanya organisasi terstruktur, doktrinasi para alumni yang mewariskan permusuhan, dan lain sebagainya.
Karena itu, untuk menyelesaikannya maka diperlukan upaya sistematis dan terintegrasi. ia berharap semua pihak harus turut andil dalam pengentasannya.
Oleh karena itu, hubungan dengan orang tua sangatlah penting.
Terkhusus dalam hal ini Pemda DIY didorong untuk mampu ikut andil dalam fenomena yang meresahkan masyarakat tersebut. Setidaknya diperlukan pendekatan-pendekatan yang kemudian bisa digunakan untuk menekan angka kejahatan jalanan kembali terjadi.
"Ya Pemda ini harus mengcreate sesuatu, misalnya kita ini Jogja yang keistimewaan bisa nggak, butuh pendekatan baru agar keistimewaan ini berkorelasi positif pada menurunnya angka kriminalitas, seperti klitih itu,"
Tim polsek dikhususkan melaksanakan patroli setiap malam hari hingga subuh. Hal itu menyusul kejadian klitih kerap muncul pada jam-jam tersebut.
"Memang ketika patroli tidak bisa langsung menemukan pelaku-pelakunya. Namun saat ada laporan masyarakat kami berusaha untuk bergerak cepat," katanya.
Dalam operasinya, tim Regul mengendarai motor berpatroli ke titik rawan serta tempat gelap yang berpotensi menjadi tempat berkumpul para remaja.
"Tempat nongkrong dan tempat sepi selalu menjadi sasaran kami. Beberapa titik rawan juga sudah kami pantau untuk menghalau remaja-remaja itu berkumpul," katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H