1. Pengendalian Diri yang Kuat.
Taoisme menekankan pada pengendalian diri dan pengelolaan keinginan pribadi. Dalam konteks korupsi, pengendalian diri berarti menahan godaan untuk menyalahgunakan jabatan atau kekuasaan demi keuntungan pribadi. Pemimpin atau pejabat yang dapat mengelola keinginan untuk mengumpulkan kekayaan melalui cara-cara yang tidak sah akan lebih mampu bertindak dengan integritas. Jika pemimpin dan pejabat publik mampu mengendalikan diri dari godaan materi atau kekuasaan, mereka akan lebih mungkin untuk bekerja demi kepentingan rakyat dan negara, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
2. Mengurangi Ketergantungan pada Keinginan Duniawi .
Taoisme mengajarkan untuk tidak terikat pada kekayaan dan kekuasaan duniawi. Korupsi sering kali disebabkan oleh ambisi berlebihan untuk mendapatkan kekayaan atau status. Dengan memahami dan mempraktikkan prinsip kesederhanaan ini, seseorang akan lebih sedikit terpengaruh oleh dorongan untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain.
Implementasinya kita bisa mengedukasi masyarakat dan pejabat publik untuk lebih menghargai kesederhanaan dan fokus pada nilai-nilai moral dapat membantu menciptakan budaya yang lebih mengutamakan kejujuran dan integritas, daripada mengejar kekayaan pribadi melalui cara yang salah.
3.Kepemimpinan yang Tidak Memaksakan Kehendak (Wu Wei).
Prinsip Wu Wei mengajarkan agar pemimpin tidak memaksakan kehendaknya, melainkan membimbing orang dengan cara yang lembut dan bijaksana. Pemimpin yang mengadopsi prinsip ini akan lebih cenderung untuk mendengarkan rakyat dan tidak bertindak secara otoriter atau manipulatif. Dalam konteks pemerintahan, ini berarti menghindari penggunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu, dan lebih mementingkan kesejahteraan umum.
4.Penerimaan dan Kesabaran
Taoisme mengajarkan untuk menerima kenyataan dan bersabar. Korupsi sering kali terjadi karena ketidaksabaran untuk memperoleh hasil secara cepat atau merasa tidak puas dengan posisi yang ada. Dengan mengadopsi kesabaran dan penerimaan dalam bekerja, individu atau pejabat akan lebih cenderung untuk menghindari tindakan yang terburu-buru dan merugikan orang lain.
Daftar Pustaka
Lasiyo, 1994, Filsafat Lao Tzu, Yayasan Pembina Fakultas
Filsafat UGM, Yogyakarta.
Pitoyo, Djoko. (2006). Manusia Bijaksana Menurut Taoisme. Jurnal Filsafat 16 (3), Pp. 251-276.
Riyani, Nidya Ulfa. (2022). Konsep Sikap Bijaksana Sebagai Bentuk Pengendalian Emosi Dalam Perspektif Taoisme, Jurnal Riset Agama 2 (3), Pp.122-137.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H