Diskursus Gaya Kepemimpinan Jawa, khususnya Catur Mukti karya Raden Mas Panji Sosrokartono Pada Upaya Pencegahan Korupsi di Indonesia
.
.
Diskursus Gaya Kepemimpinan Jawa
Gaya kepemimpinan tentu bisa ditinjau dari aneka sudut pandang, dan membahas kepemimpinan Jawa, selalu menarik. Pasalnya, dibutuhkan kedalaman dan kejernihan dalam menemukan makna karena sarat akan selubung metafora, sistem simbolik, mistik dan daya-daya kosmik.1
Menggunakan perumpamaan bagaikan refleksi permukaan sumur yang jernih dari sebuah perigi yang sangat dalam. Di bawah permukaan sumber air tersebut tersembunyi simpanan pengetahuan budaya yang sangat banyak, namun terkadang tidak serta merta mudah dimengerti.
Meskipun tidak mudah dimengerti, namun pengetahuan budaya tersebut menjadi unsur yang sangat mendasar karena manusia menggunakannya sepanjang masa untuk membentuk perilaku dan menginterpretasikan pengalaman-pengalamannya.
Salah satu hasil dari budaya adalah corak kepemimpinan. Sebagai warisan budaya dan hasil nalar, cipta, rasa kebijaksanaan seorang pemimpin yang harapannya menjadi warisan abadi intelektual bagi generasi penerusnya.
Satu hal yang menjadi sorotan, esensi kepemimpinan Jawa sejatinya bukan kepemimpinan formal sebagaimana umumnya, namun lebih pada kepemimpinan informal yang kewenangannya didasarkan atas kualitas etika pribadi pemimpinnya.
Berikut kita akan mendalami corak gaya kepemimpinan seorang tokoh nasional yang begitu sangat memegang teguh falsafah dan budaya Jawa, yaitu Raden Mas Panji Sosrokartono
.
A. Riwayat Hidup R. M. P. Sosrokartono
R.M.P. Sosrokartono dijuluki sebagai si jenius dari Timur. Namun demikian, sebagai tokoh nasional, publik lebih mengetahui adiknya yaitu Raden Ajeng Kartini.
Terlahir dengan nama lengkap Raden Mas Panji Sosrokartono, akrab dipanggil Kartono. Beliau lahir di kota Mayong, Kabupaten Jepara pada hari Rabu Pahing tanggal 10 April 1877 M, bertepatan dengan tanggal 17 Rabi'ul Awwal 1297 H. Merupakan putra ketiga dari delapan bersaudara keturunan ningrat Jawa. Ayahnya seorang Bupati Jepara bernama Raden Mas Adipati Ario Samingoen Sosroningrat dan ibunya, Ngasirah, putri kyai Mudirono dari Teluk Awur.
Kakek dari bapak (R.M.P Sosrokartono) yaitu P. A. Tjondronegoro IV tercatat memimpin Kabupaten Kudus selama 21 tahun (1835-1856 M) dan memimpin Kabupaten Demak selama 10 tahun (1856-1866).
Dengan silsilah keluarga termasuk trah Dyah Kertawijaya, atau lebih dikenal dengan sebutan Brawijaya (Raja Majapahit 1447-1451).
Mempunyai latar belakang bangsawan priyayi dan ulama yang menaruh perhatian pada pendidikan, memberi kesempatan Sosrokartono menempuh pendidikan hingga ke Belanda.
Semangat mencari ilmu pengetahuan itu didasari oleh pesan ayahnya yang mengatakan: "Tanpa pengetahuan, kalian kelak
tidak akan merasakan kebahagiaan dan dinasti kita akan makin mundur"
Sosrokartono lulus pada tahun 1901 dengan gelar Doctorandus in de Oosterche Talen (Doktor dalam bidang Bahasa) dengan minat mendalami Ilmu Sastra Bahasa dan Kebudayaan hingga mampu menguasai 44 bahasa, dengan rincian 9 bahasa Asing Timur, 17 bahasa Asing Barat, dan 18 bahasa daerah, sehingga disebut sebagai seorang polyglot.
Keahliannya dalam berbahasa, mengantarkan Sosrokartono sebagai ahli bahasa di LBB, dan menjadi wartawan yang meliput perundingan damai PD 1. Pada tahun 1925, setelah merantau selama 28 tahun di Eropa, ia memutuskan pulang untuk mengabdikan diri kepada bangsanya dengan diiringi kebencian dan paranoid banyak petinggi pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Saat di Indonesia, beliau tinggal di Bandung dan membuka balai pengobatan Dar-Oes-Salam. Ia juga mulai menekuni laku spiritual. Menyebut dirinya sebagai Mandhor Klungsu (Biji Asam), dan Joko Pring (Perjaka Bambu).
Sebagai seorang filsuf dan spiritualis, Sosrokartono memegang ajaran Jawa dan ajaran Islam. Salah satu ilmu Sostrokartono yaitu ilmu catur murti, ilmu yang menyatukan empat unsur dalam diri manusia dengan berlandaskan kebenaran merupakan esoterisme mistik Islam (tasawuf)1
Tanpa istri, anak dan murid,Sosrokartono menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Jum'at Pahing, 8 Februari 1952 di rumahnya di Jl. Pungkur No. 19 Bandung. Kemudian beliau dimakamkan di Desa Kaliputu Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus Jawa Tengah.
B. Adapun berikut beberapa catatan perjalanan hidup seorang R.M.P Sosrokartono yang mempengaruhi sikap hidup dan gaya kepemimpinannya:
Mahasiswa Pertama Indonesia di Belanda
Sosrokartono kecil sudah sudah menonjol dalam bidang bahasa dan sastra. Sejak bersekolah di Hogere Burger School Semarang, Sosrokartono sudah sangat mahir berbahasa Belanda dan beberapa bahasa asing lainnya. Bahkan, beliau menuntaskan ujian Iinyang sangat memuaskan. Karangan ujian akhir yang ditulis dalam bahasa Jerman sangat mengesankan, sehingga dijadikan pedoman oleh pihak Hogere Burger School di Batavia sebagai contoh karangan yang harus dicontoh oleh murid-murid yang lainnya.
Kecerdasan dan dan kepandaian Sosrokartono semakin nampak ketika beliau berpindah jurusan Teknik ke jurusan Filsafat dan Kesusastraan Timur. Hanya dalam jangka waktu 6 bulan, beliau telah menunjukkan bakat dan kemampuannya yang terbilang di luar nalar manusia pada umumnya.
Luar biasanya, dalam jangka waktu 6 bulan, beliau mampu menguasai Bahasa Yunani dan Bahasa Latin sekaligus yang merupakan Bahasa kuno dan terbilang sulit untuk dipelajari.
Sosrokartono berusia 20 tahun saat berangkat melanjutkan pendidikan di Universitas Leiden, Belanda dan tercatat sebagai mahasiswa Indonesia pertama. Lulus tahun 1908, beliau meraih gelar Sarjana Bahasa dan Sastra Timur. Ia mampu menguasai puluhan bahasa dari banyak bangsa di dunia. Ia juga mulai aktif menulis di surat kabar.
Sosrokartono dan Prof. H. Kern
Saat menimba ilmu di Universitas Leiden, beliau akrab dengan Prof. Dr. Johan Hendrik Caspar Kern atau akrab disapa H. Kern. Keakraban Sosrokartono dengan H. Kern ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Diantaranya adalah adanya kesamaan visi antara Prof. H. Kern dengan Sosrokartono. Prof. H. Kern sangat memahami jiwa nasionalisme anak-anak Hindia Belanda seperti Sosrokartono karena sang maha guru ini juga lahir dan pernah tinggal beberapa lama di Hindia Belanda.
Di mata Prof. H. Kern, Sosrokartono mempunyai jiwa nasionalisme yang sangat kuat di terhadap tanah airnya, akan tetapi tetap mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap budaya Belanda.
Dilihat dari sejarah intelektualnya, terdapat kesamaan antara Prof. H.
Kern dengan Sosrokartono. Keduanya sama-sama mempunyai minat yang besar untuk mengkaji bahasa-bahasa di dunia.
Di masa remajanya, khususnya saat sekolah di HBS, Sosrokartono juga sudah banyak menekuni beragam bahasa asing, bahkan secara otodidak. Oleh karena itu, wajar jika Prof. H. Kern sangat akrab dengan Sosrokartono. Dalam disiplin keilmuan humaniora, Prof. Dr. Kern dikenal sebagai pakar filologi India, Melayu, dan Polinesia. Juga seorang orientalis ahli bahasa Sansekerta.
Wartawan Perang Dunia I
Menurut catatan Hadi Priyanto, dalam bukunya "Sosrokartono De Javasche Prins Putra Indonesia yang Besar", pada tahun 1914, ketika Perang Dunia I meletus, Sosrokartono masih berada di Eropa.
Kemudian beliau memutuskan untuk mendaftarkan diri menjadi
jurnalis atau koresponden perang di Eropa untuk surat kabar ternama terbitan Amerika Serikat, The New York Herald Tribune.
Resmi menjadi wartawan perang, Sosrokartono disusupkan ke dalam pasukan sekutu agar lebih leluasa bergerak. Beliau diberi pangkat mayor oleh Panglima Perang Amerika Serikat 19 atau Panglima Perang Sekutu, dengan tujuan agar Sosrokartono mempunyai akses yang lebih luas saat terjun di medan perang.
Juru Bicara Sekutu
Beberapa bulan sebelum Perang Dunia I berakhir pada November 1918, Sosrokartono terpilih menjadi juru bicara sekutu. Saat itu, pihak sekutu memerlukan seseorang yang mahir menguasai berbagai macam bahasa utama di benua Eropa. Akan tetapi, yang diperlukan bukan orang Eropa. Maka terpilihlah Sosrokartono yang saat itu sedang menjadi wartawan perang untuk surat kabar The New York Herald Tribune. (7)
Sebagai seorang juru bicara, Sosrokartono harus menyampaikan
informasi sesuai dengan kepentingan Sekutu. Persoalannya, tidak semua informasi yang disampaikan itu benar. Sebab, dalam peperangan yang terjadi, hal yang dilakukan hanyalah bagaimana memenangkan perang.
Berbagai tipu muslihat untuk mengelabuhi musuh dalam peperangan pun dilakukan hanya untuk mengorbankan ribuan orang dan membela kepentingan kelompok saja. Hal inilah yang membuat hati Sosrokartono berontak dan akhirnya pada Otahun 1919 beliau mengundurkan diri sebagai juru bicara Sekutu. Sosrokartono
lebih memilih jalan lain untuk menegakkan rasa keadilan bagi sesama manusia.
Penerjemah di PBB
Dilansir dari Encyclopedia Britannica (2015), Liga Bangsa-bangsa
adalah organisasi internasional yang dibentuk oleh blok Sekutu yang
memenangkan Perang Dunia I. Blok Sekutu atau blok Entente adalah Inggris, Prancis, Serbia, kekaisaran Rusia, Italia, Yunani, Portugal, Rumania, dan Amerika Serikat.25
Sosrokartono diangkat menjadi juru bahasa dalam segala bahasa yang ada di Volken Bond (PBB) dan berkedudukan di kota Genewa, Swiss. Bahkan, Sosrokartono akhirnya menjadi kepala penerjemah di Liga Bangsa-Bangsa tersebut.
Di posisi barunya ini memperluas jaringan koneksi dengan diplomat-diplomat dan negarawan-negarawan dari banyak negara di dunia. Dari lingkar relasi ini, banyak terungkap ketidakselarasan dan rahasia dari Liga Bangsa-Bangsa untuk menegakkan keadilan antarnegara.
Di satu pihak, tujuan didirikan Liga Bangsa-Bangsa adalah untuk perdamaian dunia, akan tetapi di lain pihak ada Negara anggota yang menghendaki peperangan yang menghancurkan satu dengan yang lainnya.
Sosrokartono menilai Volken Bond atau League of Nations atau Liga
Bangsa-Bangsa yang bertujuan untuk menjaga perdamaian dunia ternyata tidak netral. Lembaga ini hanya menjadi alat bagi negara-negara kuat untuk menguasai dunia. Liga Bangsa-Bangsa ini pada tahun 1921 berubah menjadi Persatuan Bangsa-Bangsa atau United Nations Organization.
Ketidakselarasan tujuan lembaga ini mulai mengusik jiwa dan batin
Sosrokartono. Ia merasa ada yang kosong dan hilang dalam jiwa dan batinnya (penderitaan eksistensial).
Akhirnya, Sosrokartono memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan sebagai penerjemah di Volken Bond di Genewa. Meskipun ia sudah memperoleh jabatan yang mapan. Sosrokartono lebih memilih mencari keadilan dan ketenangan batin yang selama ini belum ada pekerjaan yang sesuai dengan tujuan hidupnya tersebut.
Atase Kedutaan Perancis
Melansir dari Aksan, Sosrokartono kemudian meninggalkan Jenewa tempat markas Volkenbond. Ia kemudian menuju ke Prancis untuk menjadi mahasiswa pendengar di Universitas Sorbonne, Jurusan Psikometri dan Psikoteknik.
Sosrokartono tertarik mempelajari ilmu kejiwaan setelah mendapat rekomendasi dari seorang dokter di Jenewa. Dokter itu kebetulan melihat Sosrokartono menyembuhkan seorang anak kerabatnya yang terserang demam tinggi. Melihat itu, kemudian Sosrokartono disarankan untuk lebih mendalami kemampuannya di Universitas Sorbonne Prancis.
Petualangan ini menjadi dasar beliau menjalankan peran sebagai penyembuh (healer) dan mengabdi ke masyarakat Indonesia.
Saat di Prancis, Sosrokartono mendapatkan kehormatan dari pemerintah Prancis. Sosrokartono diangkat oleh pemerintah Prancis menjadi Atase Kedutaan Besar Prancis di ibu kota kerajaan Belanda, Den Haag. (9).
Kembali ke Indonesia dan Menekuni Laku Spiritual
Sepulang dari Eropa pada tahun 1925, Sosrokartono memutuskan untuk menetap di Bandung dan mulai menekuni laku spiritual secara lebih intens.Â
.
D. Corak gaya kepemimpinan seorang R.M.P Sosrokartono
Diksi "Roh" atau mental berasal dari bahasa Latin spiritus. Penggunaan kata roh atau mental  tidak dimaknai tunggal, namun bisa dimaknai beragam sebagai semangat, nafas, batin, jiwa, sukma, kesadaran rasionalitas, empiris (Jawa Kuna menyebut kasunyatan atau  kenyataan; fakta), atau apa yang dikatakan Hegel sebagai Roh Dunia Weltgeist ("world spirit").
 Nilai filosofis Kejawen/Jawa adalah perjalanan empat tahap menuju manusia sempurna oleh sang bima (Werkudara).
Etnis Jawa Kuna memiliki kearifan memandang nilai filosofis perjalanan empat tahap menuju manusia sempurna oleh sang Bima (Werkudara).
Kisah tokoh Werkudara dalam menuju manusia sempurna dalam cerita Dewaruci dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu: syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat (Jawa disebut: laku raga, laku budi, laku manah, dan laku rasa. Atau menurut ajaran Mangkunegara IV seperti disebutkan dalam Wedhatama (1979:19-23), empat tahap laku ini disebut: sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa, merupakan metafora dari ajaran tauhid tasawuf.
Mandor klungsu & Joko Pring
Metafora :Mandor klungsu (manusia al-hikmah)
Pemikiran Sosrokartono : Para pangeran Ingkang sami rawuh perlu Manggihi pun "klungsu"
Makna Pemikiran Sosrokartono : Perilaku menghargai, mengayomi dan waspada. Menghargai merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Menghargai atas hal-hal kecil dalam hidup dan menghargai kepada sesama. Optimis bentuk dari rasa tunduk kepada takdir Tuhan, jika melakukan kebaikan akan mendapatkan balasan kebaikan. Mengayomi yang bertujuan melindungi, melayani, mendampingi, serta memberi arahan untuk menuju hidup yang lebih baik. Waspada adalah tindakan berhati-hati dalam semua kegiatan yang dilakukan baik dalam
mengerjakan sesuatu ataupun menjalani kehidupan
Metafora : Joko Pring (manusia as-shiddiq)
Pemikiran Sosrokartono : Joko Pring, Pring padha pring, Weruh padha weruh, Eling padha eling, Pring padha pring, Weruh padha weruh, Eling tanpa nyandhing.
Makna Pemikiran Sosrokartono : Karakter unggul menjadi titik penekanan pada pemikiran Sosrokartono. Individu yang berperilaku jujur menjadikan individu yang unggul. Perilaku jujur sangat dibutuhkan untuk segala kondisi, dengan perilaku tersebut tindakan individu akan mengasah kepedulian terhadap sesama. Individu yang jujur itu survive, dan unggul. Dalam tembang joko pring tersirat pesan bahwa sesama manusia harus saling berbagi rasa melepas rasa egois.
Metafora :Mandor klungsu (manusia al-hikmah)
Pemikiran Sosrokartono : Para pangeran Ingkang sami rawuh perlu Manggihi pun "klungsu"
Makna Pemikiran Sosrokartono : Perilaku menghargai, mengayomi dan waspada. Menghargai merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Menghargai atas hal-hal kecil dalam hidup dan menghargai kepada sesama. Optimis bentuk dari rasa tunduk kepada takdir Tuhan, jika melakukan kebaikan akan mendapatkan balasan kebaikan. Mengayomi yang bertujuan melindungi, melayani, mendampingi, serta memberi arahan untuk menuju hidup yang lebih baik. Waspada adalah tindakan berhati-hati dalam semua kegiatan yang dilakukan baik dalam
mengerjakan sesuatu ataupun menjalani kehidupan
Metafora : Joko Pring (manusia as-shiddiq)
Pemikiran Sosrokartono : Joko Pring, Pring padha pring, Weruh padha weruh, Eling padha eling, Pring padha pring, Weruh padha weruh, Eling tanpa nyandhing.
Makna Pemikiran Sosrokartono : Karakter unggul menjadi titik penekanan pada pemikiran Sosrokartono. Individu yang berperilaku jujur menjadikan individu yang unggul. Perilaku jujur sangat dibutuhkan untuk segala kondisi, dengan perilaku tersebut tindakan individu akan mengasah kepedulian terhadap sesama. Individu yang jujur itu survive, dan unggul. Dalam tembang joko pring tersirat pesan bahwa sesama manusia harus saling berbagi rasa melepas rasa egois.
Raden Mas Panji Sasrokartono adalah orang yang mempunyai identitas perilaku,seprti:
Jawi bares yang berarti terus terang,polos dan berkata jujur
Jawei deles yang berarti tidak berubah ubah
Jawi sejati yang berarti tanpa drama dan sejati.
ketiga identitas perilaku ini menggambarkan sosok Raden Mas Panji Sosrokartono sebagai seorang yang:
Autentik : Menjalani kehidupan yang otentik berarti menghadapi masa-masa sulit dan tumbuh melewatinya, tidak berpura-pura hal itu sempurna padahal sebenarnya tidak. Kehadiran dibutuhkan untuk memproses bukan sekedar mengalihkan apalagi menyangkal. Beliau selalu menjadi dirinya sendiri tanpa perlu berpura-pura.
Berintegritas : Beliau mempunyai kualitas diri yang menunjukkan keselarasan antara ucapan, keyakinan, dan tindakan seseorang (Koheren). Integritas juga dapat diartikan sebagai sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran.
Tulus : Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI merupakan sungguh dan bersih hati atau benar-benar keluar dari hati yang jujur.
Berikut adalah tiga poin utama dari ajaran beliau berkaitan mengenal diri :
1. Tansah anglampahi muriding agesang: Menjadi Murid Kehidupan yang Senantiasa Belajar
 Artinya, kita harus terus belajar dari setiap pengalaman yang kita alami. Hidup adalah guru yang tidak pernah berhenti mengajar. Setiap hari, setiap kejadian, baik atau buruk, adalah pelajaran yang berharga. Dengan menjadi murid kehidupan, kita bisa terus berkembang dan memperbaiki diri (selaras dengan konsep life lesson).
2. Sinau ngarosake lan nyumerapi tunggalipun manungsa, tinggalipun rasa, tunggalipun asal lan maksud agesang: Memahami Kesatuan dan Tujuan Hidup
Ajaran ini menekankan pentingnya belajar untuk merasakan dan memahami bahwa manusia itu satu, berasal dari asal yang sama, dan memiliki tujuan hidup yang sama (empati dan cerdas secara emosi). Â
3. Murid, gurune pribadi, muride pribadi, Pamulangane sengsama sesami: Menjadi Guru dan Murid bagi Diri Sendiri
Menurut Raden Mas Panji Sosrokartono, setiap individu adalah murid dan guru bagi diri mereka sendiri. Kita adalah mahir sekaligus amatir dalam kisah hidup. Kita bisa saja hebat di beberapa bidang sekaligus juga payah di beberapa bidang lainnya.
Cahaya dan gelap merupakan salah satu contoh dari dialektika, yaitu dualisme yang merupakan fondasi pemahaman kita terhadap diri sendiri, orang lain, dan dunia. Belajar untuk terampil menyandingkan alih-alih terlalu membandingkan.
Menyadari bahwa dualisme merupakan daur atau siklus hidup. Sehingga keterampilan tidak melekat di salah satu akan sangat membantu. Tidak memusuhi gelap, juga tidak terlalu mengelu-elukan cahaya.
Cara Hidup 3 metafora dalam bingkai Being (menjadi) and Time Lifeworld (dunia hidup manusia yang penuh makna).
Sugih tanpa Bandha, Digdaya tanpa Aji, Nglurug tanpa Bala, Menang tanpa Ngasorake. Secara harafiah dapat diartikan: Kaya tanpa Harta, memiliki Kesaktian tanpa Ilmu/benda pusaka, Menyerang tanpa bala Pasukan, Menang tanpa Merendahkan.
1. Sugih tanpa bandha : kaya tanpa harta. Kaya yang dimaksud sebenarnya adalah tidak berkekurangan, artinya bukan semata-mata harta yang menjadikan tolok ukur (konsep wealth alih-alih rich). Kaya yang dituju dalam hidup bukanlah pengumpulan harta benda dan uang selama hidup namun juga relasi silahturahmi yang beragam dan harmonis.
2. Digdaya tanpa aji Kekuasaan sering kali tercipta karena suatu kemenangan fisik, kemenangan mental. Ungkapan Jawa ' digdaya tanpa aji ' tersebut di atas, kata-kata kekuasaan bukan juga karena kita mempunyai suatu ilmu beladiri / ilmu tenaga dalam / aji-aji. Namun disini, suatu kekuasaan tercipta karena citra dan wibawa seseorang, perkataannya, membuat orang lain sangat menghargainya. Sehingga apa yang diucapkannya, orang lain senantiasa mau mengikutinya (meningkatkan nilai diri dan soft skill).
3. Nglurug tanpa bala Ungkapan Jawa nglurug tanpa bala dapat di artikan secara harafiah ' menyerang tanpa pasukan '. Di sini memiliki arti bahwa kita haruslah menjadi orang yang berani bertanggung jawab, berani untuk beraksi walaupun terkadang tinggal kita sendiri. Sikap ini adalah mencontoh sikap kesatria, proaktif, visioner dan terampil merespon alih-alih reaktif.
4. Menang tanpa ngasorake Ungkapan Jawa menang tanpa ngasorake tersebut memiliki arti bahwa tujuan pencapaian kita yang kita harapkan, kemenangan yang kita inginkan, haruslah tanpa merendahkan orang lain. Secara modern filosofi ungkapan ini sama dengan ' win win solution ', yang memiliki arti semua pihak yang berselisih paham memiliki hasil yang menguntungkan untuk semuanya.
Bangsa atau manusia harus punya minimal 1 sisi kebaikan
Salah satu bukti kecintaan Sosrokartono kepada bangsanya ini dapat ditelusuri dari surat yang ditulis Sosrokartono untuk warga Monosoeko di Bandung. Surat dari Binjei tertanggal 12 Nopember 1931 yang berbunyi: "Angluhuraken bangsa kito, tegesipun: anyebar winih budi Jawi, gampilaken margining bangsa, ngupoyo papan panggesangan".94 (Menjunjung tinggi bangsa
kita, berarti menyebarkan benih budi Jawa, memudahkan jalan bangsa, mendapatkan tempat penghidupan).
Suatu bangsa yang maju dan berkembang membutuhkan sumber daya manusia yang luhur dan unggul. Maka mendidik diri agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, akan bermanfaat pada kolaborasi dan kompetisi. Menjadi bangsa yang aman dan nyaman untuk ditinggali.
care leadership
Pemimpin yang peduli menyandingkan sikap hormat pada rasa untuk sesama manusia, welas asih dan ketegasan.
Sosrokartono sendiri merupakan sosok yang senang bertirakat, senang menolong sesama, tidak menyukai kemewahan, kerendahan hati, kesederhanaan, setiap
harinya hanya makan dua buah cabe atau sebuah pisang bahkan beliau telah menyerahkan hidup dan matinya hanya untuk kepentingan umat sebagai bukti
kecintaannya kepada Sang Pencipta.
Sosrokartono mempunyai julukan "Mandor Koengsoe" dan "Jaka Pring".
Sosrokartono tidak menikah, tidak berketurunan,
dan tidak punya murid serta wakil. Sang aliflah sebuah tanda yang beliau sematkan dalam dada dan kemudian direfleksikan ke dalam dunia eksternal
sebagai perantara untuk menolong sesama.
Mencerminkan kepemimpinan yang peduli dilandasi welas asih, sumeleh, tegas dan disiplin.
 Prinsip teologis, dan Humaniora
Alif (Alfa) Siklus RW (Ruang dan Waktu)
Â
ajaran moral Sosrokartono ini memberikan kesadaran kepada manusia bahwa manusia itu hidup dalam arus waktu yang dinamis, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Agar manusia tentram dalam menjalani kehidupannya, maka seharusnya mengembangkan sikap hidup terhadap apa yang terjadi pada masa lalu manusia harus mengikhlaskan, tidak
perlu menyesali.
Terhadap apapun yang terjadi pada saat sekarang manusia harus menerima dengan sepenuh hati, tidak perlu kecewa. Sedangkan terhadap apa yangakan terjadi dimasa depan manusia harus pasrah dan berserah diri, tidak perlu berkecil hati.
Mengutip makna alif yang digunakan dalam kehidupan Sosrokartono dari buku yang ditulis oleh Abdullah Ciptoprawiro yang berjudul "Pengertian Huruf Alif dalam Paguyuban Sosrokartono, dalam Kandungan Al-Qur'an dan dalam Kejawen".20
Makna dari sang alif = Tuhan = membahas tentang Allah yang maha pengasih dan penyayang, yang maha perkasa.
Yang di tercantum pada mutiara sabda Sosrokartono berupa "Ngawulo dateng kawulaning Gusti lan memayu ayuning urip. Nindak'aken ibadat, inggih puniko nindak'aken kewajiban bakti lan suwito dateng sesami." Buku ini sangat terbatas pembahasannya karena hanya membahas simbol huruf alif yang digunakan Sosrokartono untuk menyembuhkan orang-orang yang datang berobat kepadanya.
Representasi Makna pada : 1. Alif warna Hitam, dasar putih
Representasi Makna pada :
1. Alif warna Hitam, dasar putih
2. Alif putih, dasar biru muda
3. Alif putih, dasar merah
Representasi makna adalah proses memberikan makna pada sesuatu yang telah digambarkan. Representasi dapat diartikan sebagai perbuatan mewakili atau keadaan yang bersifat mewakili.
Â
Dalam semiotika, tanda adalah sesuatu yang dianggap mewakili sesuatu yang lain berdasarkan konvensi sosial yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanda merupakan kesatuan dari penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah aspek material dari bahasa, sedangkan petanda adalah aspek mental dari bahasa.
Â
Teori semiotika dari Roland Barthes mengutamakan tiga pilar pemikiran, yaitu makna Denotatif, Konotatif, dan Mitos. Barthes mengungkapkan bahwa semiologi hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal.
Catur Murti
Laku spiritual Sosrokartono dipengaruhi banyak hal. Perpaduan kearifan Timur yang membesarkannya, khususnya budaya Jawa dan kebijaksanaan Barat, buah pikir dari pengembaraan 28 tahun yang cenderung rasionalis dan empiris.
Sintesa atau perpaduan dari Timur dan Barat inilah yang kemudian membawa kematangan dan kejernihan pikiran dan perilaku yang terekstrak dalam filosofi "Catur Mukti".
Catur Murti merupakan karya monumental seorang Sosrokartono berupa falsafah hidup. Falsafah ini tidak pernah disampaikan secara lugas dan tegas, sehingga banyak interpretasi dari para pengagumnya. Catur Murti merupakan cerminan dari tata hidup, sikap, laku, prinsip, nilai dan segala sesuatu dari kehidupan pribadinya.
Catur Murti secara bahasa berasal dari bahasa Sansekerta : catur artinya "empat" dan murti berarti "penjelmaan". Secara istilah Ilmu Catur Murti bermakna empat hal yang dijelmakan menjadi satu (Aksan, 1985), yaitu penjelmaan empat perwujudan diri menjadi satu kesatuan, yaitu menyatunya empat faal pikiran (dimensi kognitif), perasaan (dimensi emosional/afeksi) , perkataan (dimensi verbal) Â dan perbuatan (dimensi behavioral). Konsep ini mencerminkan pandangan holistik terhadap kehidupan (Arya, 2020).
Penyatuan dari keempat hal tersebut berlandaskan pada kebenaran yang kemudian akan menghasilkan pikiran yang benar, perkataan yang benar, perasaan yang benar dan perbuatan yang benar.("Mikir bener, rumangsa bener, ngendiko bener, lan tumindak  bener.").
Falsafah Catur Murti merupakan prinsip yang selaras dengan kehidupan modern saat ini. Mengajarkan pentingnya keseimbangan dan keutuhan (wholeness).
Pendalaman empat faal atau dimensi :
Pikiran Â
Pikiran benar berasal dari olah pikir, sehingga menghasilkan pikiran
sehat/bijak.
Pikiran yang benar menjadi sangat penting dalam menjaga perasaan, perkataan dan perbuatan agar tetap dalam jalan kebenaran.
Keutamaan diantara banyak sikap yang penting adalah menjaga pikiran dari kebencian pada sesama. Sebab dengan pikiran yang dikuasai kebencian akan melahirkan perasaan, perkataan dan perbuatan yang didasarkan rasa kebencian.
Berpikir benar selalu mengandung unsur cinta kasih (compassion) kepada sesama, welas asih, Â empati, Â kepada sesama.
Untuk dapat melaksanakan pegangan hidup tersebut Sosrokartono melakukan cara hidup bertarak brata yang luar biasa, yaitu meninggalkan kepentingan pribadi yang bersifat duniawi (zuhud).
Sosrokartono senantiasa mencurahkan jiwa raganya untuk leladi maring sesami, yaitu selalu menolong sesama untuk keselamatan, kabahagiaan dan kesehatan orang lain dan bangsanya.
Perasaan
Perasaan merupakan komponen halus dalam diri manusia yang memungkinkan kontak dengan Tuhan. Perasaan benar berasal dari olah hati, sehingga menghasilkan perasaan yang bijak.
Perkataan
Perkataan benar berasal dari olah karsa, sehingga menjadi individu yang mampu berkomunikasi dengan bijak.
Perbuataan
Perbuatan benar berasal dari olah raga, sehingga menghasilkan perilaku bijak.
Melalui Catur Murti, manusia akan mendapatkan ketenangan jiwa,
keharmonisan, hidup, dan kebahagiaan akhirat.
Dalam Islam, Catur Murti menunjukkan ciri orang beriman, yakni tidak berfikir kecuali yang benar, tidak berperasaan kecuali yang benar, tidak berkata kecuali yang benar, tidak berbuat kecuali yang benar.
Catur Murti mengarahkan manusia untuk menjadi bijak, terarah kepada perbuatan yang benar, terarah kepada sesama yang membutuhkan pertolongan, mengusahakan belas kasih, pengampunan, dan cinta kasih (compassion).
Dengan demikian, manusia paripurna adalah manusia yang selalu dekat dengan Allah. Untuk dekat dengan Allah, maka manusia harus dekat dengan ciptaan-Nya.
Dalam menjalankan ilmu Catur Murti seseorang harus senantiasa
menganggap bahwa yang dimilikinya semua diabdikan dan diberikan kepada sesama dengan tulus ikhlas sebagai bentuk ibadah dan baktinya kepada Allah Swt.
Untuk dapat melaksanakan ilmu Catur Murti tersebut, seseorang harus melakukan cara hidup bertarak brata yang luar biasa, yaitu meninggalkan kepentingan pribadi yang bersifat duniawi (zuhud).
Menurut aksan, seseorang yang sudah menghayati Ilmu Catur Murti maka ia adalah orang yang bijaksana. Bijaksana dalam berfikir, bijaksana dalam perasaan, bijaksana dalam berkata dan bijaksana dalam perilaku.
"Ilmu Kantong Bolong" (gotong royong)
"Suwung Pamrih" pada hakikatnya menjadi dasar bagi Sosrokartono mencetuskan ajaran Ilmu Kantong Bolong. Bagi Sosrokartono apapun yang beliau lakukan semuanya kosong dari pamrih, tidak mengharap suatu apapun, semuanya dilakukan atas dasar keihklasan.
Seseorang yang tulus, tidak pamrih maka ia tidak mempunyai rasa takut. Apapun kedudukannya, betapapun jabatannya, ia akan tetap berjalan diatas kebenaran dan keadilan.
Sedangkan orang yang mempunyai pamrih itu sama dengan orang yang lemah. Orang yang pamrih akan mendapatkan sesuatu, jadilah ia berutang budi kepada yang memberi sesuatu
Ajaran "Suwung pamrih tebih ajrih" perlu diletakkan pada wilayah kehidupan sosial, sebagai wujud bermasyarakat yang seharusnya bertindak dengan diliputi niat yang baik dalam menolong sesama manusia, dengan penuh keikhlasan dan tanpa pamrih, hanya semata-mata berniat menjalankan pengabdian kepada Allah SWT. Orang yang dapat menjalankan ajaran ini adalah orang yang mempunyai integritas sosial yang tinggi.
hidup berkeutamaan
1. Beres, mantep, wani = (kula badhe nyobi prabotanipun wong lanang, inggih punika: bares, mantap, wani)
2. Tidak takut bahaya, jangan berkhianat =(mboten kenging tiyang jaler ngunduri utawi nyingkiri bebaya utami, saha cidra dhateng pengajeng-ajeng lan kepercadosipun sesami)
3. Berani mengku (memiliki), hati, pikiran, jasmani baik, = (wani mengku; antepingati, kecenging pikir, boboting kekuatane)
4. Berani, tidak takut, jangan lari tanggungjawab; =(sampun duwe rasa wani)
5. Efek berbuat buruk ada efek buruk pada keturunanmu; =(ugi sampun duwe ati wedi. Yen kapengkok aja mlayu. Pakarti asor numusi anak putu an mbekta kasangsarane tiyang katah).
6. Jangan mentang-mentang, merasiskan orang lain, kualat (akibatnya) = (Aja Dumeh, tena salira, ngerti kuwalat)
Rumus Dunia
" Ing donya mung kebak kangelan, sing ora gelem kangelan aja ing donya. "
" Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia. "
Senang dan sengsara harus diterima seperti apa adanya, karena kedua-duanya membawa manfaat dan didalamnya ada hikmah yang tersembunyi.
Janganlah kita terikat atau terbelenggu oleh senang dan susah. Jika kesengsaraan datang, terimalah.
Jika kesenangan datang, sambutlah. Mengapa? Supaya hidup ini dapat dijalani dengan tenang.
Di manapun anda temukan kegelapan, maka terangilah. Di manapun anda temukan kesengsaraan, maka berilah kesenangan.
Janganlah berhenti melakukan tugas itu, karena berjuta-juta yang membutuhkan cahaya terang dan sinar kebahagiaan.
"Kula dermi nglampahi kemawon, Yen Kapareng wonten buktinipun dumawaho dumunungo wonten ing bangsa kula. Yen wonten kaluhuran, inggih bangsa kula ingkang dados pamandingipun bangsa sanes"
Maknanya:
Saya hanya menjalani saja jika ada hasilnya, jatuhlah sampai pada bangsaku. Jika ada kehormatan, maka bangasa kita punya hak untuk adanya keluhuran, bangsaku menjadi contoh bagi bangsa negara lain.
Selaras dengan prinsip wayang manut Karo dalang dalam konteks kebangsaan.
Doa Eyang Sosrokartono
Doa Eyang Sosrokartono, sebagai ungkapan seorang mistikus tasawuf pada level makrifat (roso dan ridho). Â Doa ini menjadi refleksi dari keimanan yang dalam dan harapan akan kehidupan yang lebih baik, baik secara individu maupun kolektif.
Sikap batin ikhlas, trimah dan pasrah inilah yang menjamin manusia dapat menjalani dinamika hidup dengan tentram dan damai. Ia tidak akan takut pada persoalan duniawi. Orang yang mampu menghayati ajaran Sosrokartono ini hidupnya akan mandiri, sikap dan perilakunya tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran dan waktunya untuk mengabdi pada Allah SWT, sesama manusia dan alam semesta.
ZuhudÂ
Pendidikan islam menempatkan zuhud sebagai sebuah akhlak mulia. Hal ini sesuai dengan hadits nabi yang berbunyi "Jika diantara kamu sekalian melihat seorang laki-laki yang selalu zuhud dan berbicara benar, maka dekatilah dia, sesungguhnya dia adalah orang yang mengajarkan kebajikan". Menurut al-qushayri sesuai dengan konteks hadits tersebut, seorang zahid adalah seseorang yang selalu mengajarkan kebijaksanaan, menjaga perkataan dan tingkah lakunya.Â
Hadits tersebut menggambarkan bahwa zahid adalah orang yang mempunyai akhlak yang mulia. Seorang zahid adalah orang yang rendah hati, mengasihi dan memperhatikan umat manusia. Dapat disimpulkan bahwa zuhud sebagai akhlak dalam pendidikan islam ialah mendahulukan perkataan dan sikap yang baik, peduli, dermawan dan mementingkan orang lain. Contoh jika ada
orang yang membutuhkan, dan lebih memerlukan bantuan maka kita harus mendahulukan kepentingan orang lain
tersebut. Zuhud dalam pendidikan islam lebih bersifat manusiawi. Melihat realita pendidikan dimasa kini, banyak peserta
didik yang kehilangan rasa kemanusiaan, kepedulian dan
sopan santun dengan guru dan sesama peserta didik. Masa
modern membawa kemajuan teknologi namun tidak dapat
dipungkiri bahwa masa modern juga berdampak bagi sikap dan kondisi moral peserta didik. Kita ketahui bahwa masa kini adalah masa yang serba canggih, modern dan serba digital.Â
Modernisasi ini banyak membuat peserta didik terlena hingga banyak perilaku amoral muncul dan dilaporkan dalam media massa mulai dari penganiayaan guru, pembulian antar teman, hingga kasus peserta didik yang melakukan hal tidak senonoh. Degradasi moral ini disebabkan karena tidak adanya batasan bagi. peserta didik
dalam menyikapi laju modernitas seperti contoh dalam dunia.
Zuhud Terhadap Kekuasaan dan Jabatan
Digdoyo Tanpo Aji (Tak Terkalahkan Tanpa Kesaktian)
Lirik kedua dari lagu "Sugeh Tanpo Bondo" Karya
R.M.P Sosrokartono berbunyi Digdoyo tanpo aji berarti Tak terkalahkan tanpa kesaktian. Penyair menggunakan kata Digdoyo sebagai sebuah simbol kemenangan. Â seseorang dan Aji sebagai sebuah simbol kekuatan, kekuasaan, kedudukan, jabatan. Penyair memberi sebuah gambaran seseorang yang tidak dapat dikalahkan meskipun tidak memiliki kekuatan, mulia meskipun tidak memiliki kekuasaan. Lirik kedua ini menggambarkan seseorang yang memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu tidak serta merta hanya dapat dikalahkan oleh kesaktian tetapi kita dapat menang dengan kebaikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Al-Qushayri yang mengatakan bahwa Yahya bin Mu'ad berkata seseorang tidak akan sampai pada tingkatan zuhud kecuali karena tiga hal yaitu berbuat tanpa ketergantungan (pamrih), ucapan tanpa nafsu dan kemuliaan tanpa kekuasaan.
Pada lirik lagu ini, tak terkalahkan tanpa kesaktian berarti kita tidak perlu berguru mencari kesaktian untuk dapat menang. Kesaktian disini bukan hanya berarti ilmu sakti tetapi kesaktian diartikan sebagai suatu kekuasaan. Seseorang tidak perlu memiliki kekuasaan ataupun jabatan yang tinggi untuk dapat menang. Menang disini sebagai simbol kebaikan. Tanpa adanya kekuasaan, jabatan, kesaktian kita masih bisa menang dan tak terkalahkan dengan adanya ilmu pengetahuan dan keimanan. Lirik kedua ini juga menggambarkan ciri orang yang memiliki sikap zuhud yaitu mendapat kemuliaan atau kemenangan tanpa kekuasaan atau jabatan. Seseorang ini tidak mementingkan posisi dan kedudukannya dihadapan manusia lain dan selalu bersikap rendah hati. Ruwaim Ibn Ahmad mengatakan bahwa zuhud ialah menghilangkan bagian jiwa dari dunia, baik berupa pujian dan sanjungan, maupun posisi dan kedudukan disisi manusia.
 Zahid lebih fokus dalam beramal dan beribadah demi memperoleh pahala untuk akhirat dan terselamatkan dari siksa api neraka. Meski diberi kekuasaan dan kedudukan, seseorang yang memiliki sikap zuhud tersebut akan mempergunakannya untuk mengabdi kepada Allah bukan untuk serakah, kepentingan pribadi dan semenamena dengan orang lain dibawahnya. Kekuasaan juga tidak disalah gunakan untuk mengumpulkan kekayaan dengan cara haram seperti korupsi, dll. Konsep zuhud dalam pendidikan islam menjelaskan bahwa seseorang yang zuhud tersebut ialah berzuhud terhadap harta benda dan kekuasaan dunia bukan terhadap
ilmu pengetahuan. Bahkan seseorang yang zuhud
kebanyakan adalah orang yang berilmu, untuk bekal hidupnya diakhirat nanti. Tak terkalahkan tanpa kesaktian berarti seseorang merasa kuat jika memiliki keimanan yang kuat dan yakin disetiap langkahnya akan selalu dilindungi
Allah SWT. Jika ada kejahatan dan bahaya yang
mengancam didepan mata, seseorang ini akan bersikap pasrah tanpa mengedepankan kekerasan tetapi bertindak dengan akal pikiran dan hati serta yakin bahwa sejatinya kesaktian dan kekuatan semata-mata dari Allah. Allah Maha Kuat dan Maha Segalanya. Allah akan selalu melindungi orang-orang yang beriman dan berada dijalan yang benar.
pembahasan baru berkaitan sebagai upaya pencegahan korupsi, dikaitkan dengan filosofi eyang Sosrokartono di adaptasi ke pendidikan karakter
Upaya Pencegahan Korupsi di Indonesia
Salah satu butir Nawacita Presiden Joko Widodo adalah memperkuat pendidikan karakter bangsa. Presiden Joko Widodo ingin melakukan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang akan diterapkan di seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di dalam dunia pendidikan.
Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills) sebagai manifestasi dari nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
Karakter mengandung nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan,
mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku.
Karakter merupakan kemampuan individu untuk mengatasi keterbatasan fisiknya dan kemampuannya untuk membaktikan hidupnya pada nilai-nilai kebaikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Dengan demikian, karakter yang kuat membentuk individu menjadi pelaku perubahan bagi diri sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang.
a. Olah Hati (etika)
Olah hati bermuara pada pengelolaan spiritual dan emosional (Spiritual and emotional development) yang berorientasi terbentuknya individu yang memiliki kerohanian mendalam, beriman dan bertakwa.
Olah hati merupakan salah satu bentuk kepekaan jiwa yang difokuskan pada rasa peka dan mawas diri artinya ketika seseorang melakukan sesuatu maka harus menimbang rasa terlebih. dahulu apakah yang akan dilakukan sesuai dengan norma kemanusiaan atau sebaliknya.
Dimensi olah hati ini sangat penting dalam menentukan arah tujuan hidup manusia. Manusia sebagai makhluk yang paling mulia, seluruh unsurnya adalah mutiara-mutiara.
Diantara mutiara itu ada yang paling cemerlang dan paling gemerlap sehingga sangat menarik yaitu hati.
Melalui olah hati ini manusia akan menemukan kepercayaan kepada Sang Pencipta Alam untuk memperoleh keimanan. Proses beriman seseorang digapai melalui proses olah hati, bukan cara berfikir, karena banyak dari sekian ilmuan yang pintar dalam berpikir tapi tidak mampu menemukan manisnya iman kepada Tuhannya.
b. Olah Pikir (literasi)
Olah pikir bermuara pada pengelolaan intelektual yang berorientasi pada pembentukan individu yang memiliki keunggulan akademis sebagai hasil pembelajaran dan pembelajar sepanjang hayat.109
Olak pikir (literasi) merupakan dasar dari proses pembelajaran sepanjang hayat. Ini merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk perkembangan pribadi dan sosial.
Secara singkat literasi berarti kemampuan untuk memahami, mempergunakan dan menciptakan berbagai bentuk informasi untuk perkembangan diri dan sosial dalam rangka pembangunan kehidupan yang lebik baik.
Literasi mengacu pada kemampuan membaca, menulis dan mempergunakan berbagai media sebagai sumber belajar secara kritis.
Literasi yang dibutuhkan di abad 21 diantaranya adalah kemampuan komunikasi, berbahasa, keterampilan mempergunakan dan mengolah informasi. Ini semua membutuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
c. Olah Karsa (estetika)
Olah karsa dan rasa bermuara pada pengelolaan kreatifitas (Affective and creativity development) yang berorientasi terbentuknya individu yang memiliki integritas moral, rasa berkesenian dan berkebudayaan.
Olah karsa merupakan daya/kekuatan jiwa yang mendorong manusia untuk berkehendak, berniat.
Karakter yang bersumber dari olah karsa ini berupaya membentuk manusia yang mempunyai sikap kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja
d. Olah Raga (kinestetik)
Olahraga bermuara pada pengelolaan fisik yang berorientasi pada
individu yang sehat dan mampu berpartisipasi aktif sebagai warga negara.
Karakter yang bersumber dan olah raga ini berupaya membentuk manusia mempunyai kepribadian yang bersih dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria dan gigih.
Konsep ajaran moral Sosrokartono mengandung teori ketuhanan dan praktik kemanusiaan.
Ajaran moral Sosrokartono yang berorientasi atas dasar nilai ketauhidan bersifat humanis dan praktis diterapkan, kiranya dapat menjadi sinar yang membimbing pada kejernihan etis terutama godaan korupsi.
*
*
*
*
Daftar pustaka
Koenjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1990)
J.W.M. Bakker, Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Kanisius, 1984), 48.
Aksan, Ilmu dan Laku Drs. RMP. Sosrokartono..., h. 70.
Aksan dalam Paguyuban Sosrokartanan, Renungan Rebo Pahing ke XXIII, (Surabaya: MKPT. Citra Jaya Murti, 1987), h. 8
Indy G. Hakim, Tafsir Surat-surat & Mutiara-mutiara Drs. R.M.P. Sosrokartono, (Pustaka Kaona, April 2008)
Pa' Roesno, Karena Panggilan Ibu Sejati : Riwayat Hidup dari Drs. R.M.P. Sosrokartono, (Djakarta : 1954)
Panitya Buku Riwayat Drs. R.M.P. Sosrokartono, Kempalan Serat-serat : Drs. Sosrokartono, (Surabaya : Panitya Buku Riwayat Drs. R.M.P. Sosrokartono, 1992)
Serat Saking Medan, 12 Mei 1931 dalam Suxmantojo, Kempalan Serat-serat Drs. R.M.P. Sosrokartono
* Serat Saking Binjei, 5 Juli 1931
* Serat Saking Binjei, 9 Juli 1931
* Serat Saking Tanjung Pura (Langkat), 26 Oct. 1931
* Serat Saking Tanjung Pura, 11 Oct. 1931
* Djoko Pring, "Aji Pring", (Binjei, 12 Nov. 1931)
* Djoko Pring, Omong Kosong, (Binjei, 12 Nov. 1931)
* R. Mohammad Ali, Ilmu Kantong Bolong, Ilmu Kantong Kosong, Ilmu Sunji Drs. R.M.P. Sosrokartono
* Djoko Pring, Lampah lan Maksudipun, (Binjei 12 Nov. 1931)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H