Mohon tunggu...
Fatkhul Muin kabarseputarmuria
Fatkhul Muin kabarseputarmuria Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Warga,Wiraswasta,YouTuber

Sepuluh tahun lalu berkecimpung memburu dan menulis berita namun saat ini berwiraswasta dan mengembangkan ekonomi kerakyatan di pedesaan. Tetapi hasrat untuk menulis masih menggebu-ngebu kanal kompasiana inilah sebagai ajang pelampiasaan untuk menulis. " Menulis tidak bisa mati " aku tuangkan kreasiku juga di blog pribadiku www.kabarseputarmuria.com selamat membaca dan berbagi informasi No HP : 085290238476 semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Artikel Utama

Apa yang Membuat Anak Muda Jepara Tak (Lagi) Lirik Profesi Tukang Kayu?

23 September 2024   07:18 Diperbarui: 25 September 2024   09:09 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia bekerja dengan system borongan membuat buffet . Jika dihitung setiap bulannya ia masih mendapatkan uang borong sebulan rata rata Rp 3,6 juta.

"Ya meski tidak begitu tinggi bagi saya sudah lumayan untuk menghidupi keluarga . Upah segitu tidak terpotong transpot dan lainnya . Karena kerja dekat dengan rumah makan siang pulang sebentar . Jadi meski segitu sudah alhamdulillah", kata Heru yang bekerja sebagai tukang lebih 10 tahun.

Heru mengatakan meski ada pekerjaan lain misalnya sebagai nelayan atau bekerja di sektor tambak . Namun ia lebih memilih bekerja sebagai tukang kayu. 

Salah satu penyebabnya adalah tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan kerja lapangan. Memang jika dilahat upahnya lebih menjanjikan kerja dilapangan.

Heru mengakui memang sekarang tenaga tukang kayu semakin lama semakin berkurang . Anak muda lebih tertarik bekerja di pabrik. 

Tanpa ketrampilanpun mereka langsung bisa bekerja, Lain kalau terjun ke tukang kayu perlu latihan atau penyesuaian dahulu beberapa bulan.

"Itulah mengapa anak muda jarang yang kerja tukang kayu. Mereka mencoba bekerja di pabrik dahulu nanti kalau mentok baru kerja serabutan diantaranya sebagai tukang kayu. Padahal kalau dihitung upahnya kalau tidak lembur masih tinggian tukang kayu", kilah Heru. ( Pak Muin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun