Demak – Disaat kenaikan harga BBM ( Bahan Bakar Minyak ) salah satu komunitas yang terpukul telak adalah nelayan . Terus mumbulnya harga solar membuat nelayan sulit mencapai kesejahteraan. Hasil “miyang” ke laut hanya cukup untuk mengembalikan bekal dan bahan bakar sisanya hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.
“ Boro-boro untuk hidup mewah hidup pas-pasan saja sudah sulit. Kalau tidak ada pangkatan paling hanya cukup untuk makan saja. Jika prau rusak atau mesin ya cari pinjaman dulu nunggu laut ramai atau kiriman anak atau istri yang kerja di luar negeri” ujar Abdullah (48) nelayan dari desa Kedungmutih kecamatan Wedung pada kabarseputarmuria.
Abdullah warga RT 08 RW 03 mengatakan sejak kecil ia sudah terjun ke laut menjadi nelayan. Jika dihitung ia bergelut dengan ombak dan asinnya air laut lebih tiga puluh tahun. Selama itu hidupnya ya biasa-biasa saja rumah masih sederhana . Perahu dan alat tangkap ikan pun seadanya tidak pernah membeli baru .
“ Perahu dan mesin ini dulunya beli bekas hasil tabungan sedikit-sedikit , inginnya sih beli yang baru namun karena penghasilan yang selalu pas-pasan ya kuatnya beli bekas , kalau rusak ya di perbaiki “, tambah Abdullah yang juga anggota kelompok nelayan " Rizki laut " .
Sebelum ada kenaikan bahan bakar solar penghasilan nelayan cukup lumayan. Meski hasil sedikit harga ikan juga mahal sehingga harga penjualan masih ada kelebihan jika dikurangi bahan bakar dan bekal. Namun saat ini serba sulit harga ikan murah harga bahan bakar mahal jika tidak mendapatlan hasil banyak nelayan bisa rugi.
“ Ya gimana pemerintah bisa memberikan harga solar yang murah untuk nelayan seperti dulu. Dulu ketika harga solar murah dapat ikan sedikit aja masih ada kelebihan untuk yang dirumah. Sekarang dapat Rp 500 ribu saja paling tinggal Rp 100 ribu saja ,jadi ya cukup untuk makan saja “, kata Abdullah lagi.
Hal sama dikatakan Fatkul Muin pengelola Blog Pusat Informasi Masyarakat pesisir Demak Jepara . Nelayan cukup terpukul dengan terus naiknya bahan bakar minyak terutama solar. Dulu solar harga solar masih di bawah Rp 5.000 nelayan bisa meraskan hasil yang cukup lumayan sebagai nelayan. Selain untuk hidup sehari-hari sisanya masih bisa digunakan untuk memperbaiki rumah. Selain itu harga ikanpun bagus sehingga dapat sedikit hasilnya banyak.
“ Puncak dari kegembiraan nelayan masih mereka ingat ketika itu pemerintahan Gus Dur , nelayan cukup makmur selain bahan bakar murah harga ikan bagus. Pada waktu itu banyak nelayan yang bisa membangun rumah permanen “, papar Muin.
Namun sekarang nelayan sulit membangun rumah karena hasil yang pas-pasan. Apabila mereka rumahnya bagus-bagus hanya satu dua saja itupun tidak hasil dari melaut. Namun uang keluarga yaitu anak atau istrinya yang bekerja di luar negeri.
Oleh karena itu Muin yang juga aktifis LSM Cerdas Bangsa berharap kepada pemerintah untuk memberikan perhatian yang khusus pada nelayan ini. Misalnya dengan merealisasikan subdisi BBM khususnya Solar pada nelayan. Dengan kartu khusus nelayan bisa membeli solar dengan harga murah. Sehingga operasional nelayan bisa ditekan seminim mungkin.
Selain itu pemerintah juga terus memberikan bantuan bedah rumah pada nelayan . Rumah-rumah mereka yang kurang layak huni menjadi rumah sehat yang nyaman ditempati. Selain itu juga menata lingkungan nelayan yang kurang sehat. Serta memberikan kegiatan ekonomi bagi istri istri nelayan agar mendapatkan penghasilan tambahan.
“ Saya lihat bantuan yang dikucurkan pemerintah untuk nelayan masih sangat minim. Oleh karena itu perlu adanya perhatian kepada nelayan akan kesejahteraan mereka terus meningkat. Mereka itu juga merupakan bagian dari bangsa Indonesia”, jelas Muin. (FM)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI