Mohon tunggu...
Fatkhul Muin kabarseputarmuria
Fatkhul Muin kabarseputarmuria Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Warga,Wiraswasta,YouTuber

Sepuluh tahun lalu berkecimpung memburu dan menulis berita namun saat ini berwiraswasta dan mengembangkan ekonomi kerakyatan di pedesaan. Tetapi hasrat untuk menulis masih menggebu-ngebu kanal kompasiana inilah sebagai ajang pelampiasaan untuk menulis. " Menulis tidak bisa mati " aku tuangkan kreasiku juga di blog pribadiku www.kabarseputarmuria.com selamat membaca dan berbagi informasi No HP : 085290238476 semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Money

Harga Garam Tanah Demak Terus Terpuruk , Pegaram Mulai Simpan Garam dalam Gudang

15 Agustus 2015   18:36 Diperbarui: 15 Agustus 2015   18:36 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demak – Panas yang menyengat di sentra garam kabupaten Demak tak dihiraukan oleh pegaram. Mereka dengan tekun menggarap lahan garamnya. Saat ini semua petani sudah memanen garamnya . Namun panen kali ini tidak di sambut suka cita seperti tahun yang lalu.

Seperti terlihat di sentra garam Demak desa Kedungmutih kecamatan Wedung. Pegaram tampak memanen garamnya di petak-petak meja kristalisasi.Puluhan keranjang berjejer rapi diatas pematang siap dimasukkan ke dalam gudang.

“ Satu bulan yang lalu harga garam perkeranjang Rp 15 ribu ya kita jual terus . Saat ini harga terus menurun kemarin di tawar Rp 7 ribu perkeranjangnya ya kita masukkan aja ke dalam gudang siapa tahun musim penghujan ada kenaikan “, kata Solkhan Jasmani pegaram asal desa Kedungmutih pada kabarseputarmuria.

Sholkhan mengatakan ketika awal panen harga garam media tanah  masih bagus  jika dihitung perkwintal  dilahan sekitar Rp 45 ribu. Namun seiring dengan semakin banyaknya pegaram yang memanen lahannya harga terus turun. Dari Rp 15 ribu perkeranjang , turun jadi Rp 13 ribu perkeranjang, lalu Rp 10 ribu perkeranjang saat ini jadi Rp 7 ribu perkeranjang.

“ Saya belum mendapatkan bantuan plastic ya terpaksa pakai media tanah. Meskipun begitu garam saya tergolong bagus . Garam saya yang dekat jalan raya dan bagus harganya dibawah Rp 10 ribu perkeranjang lalu yang jauh di dalam harganya pasti lebih murah “, tambah Sholkhan.

Disisi lain Busri pengepul garam dari desa Kedungmutih mengatakan turunnya harga garam di masa panen raya karena beberapa hal. Satu diantaranya adalah stok yang melimpah di tingkat petani . Penyebab lainnya adalah adanya persaingan antar pengepul yang merugikan petani. Mereka menurunkan harga garam yang diikuti oleh yang lainnya.

“ Saya pengepul dan juga petani pak, kalau harga garam di lahan perkwintal kurang dari Rp 25 ribu keuntungan petani sangat kecil. Bagi yang punya lahan sendiri itu tidak memberatkan karena tidak mengembalikan ongkos sewa. Namun begi penyewa ini sangat merugikan paling tidak harga garam minimal Rp 30 ribu di lahan “, kata Busri yang sudah puluhan tahun berdagang garam.

Salah satu cara agar harga garam tidak terus terjun bebas maka solusinya pagaram harus menyimpan garamnya. Jika hal ini dilakukan tentunya stok dipasaran akan kurang dengan sendirinya harga garam akan beranjak naik ,apalagi jika musim penghujan nanti. (Muin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun