Jepara – Hobi jika ditekuni akan menjadi profesi yang bisa menambah penghasilan untuk keluarga. Meski tidak besar namun jika disyukuri akan menjadi berkah. Selain itu dari hobi ini juga bisa melihat-lihat atau berkeliling nusantara.
“ Kalau festival layang-layang tingkat nasional hampir seluruh nusantara sudah saya jelajahi. Mulai dari Ujung Aceh sampai dengan Papua.Sedangkan untuk luar negeri saya pernah ke Malaysia “, ujar Mbah Rifai (60) empu layang-Layang dari Jepara pada kabarseputarmuria.com di pantai desa Semat ,Sabtu (25/7)
Ahmad Rifai yang pensiunan Guru Seni SD Krapyak mengatakan, membuat layang-layang adalah hobi yang ia tekuni sejak tahun 1994 . Ketika itu ia mengajar seni dan didalamnya ia juga mengajar membuat layang-layang. Sehingga diberbagai kesempatan iapun menularkan ilmu membuat layang-layang kepada siapapun.
“ Selain kepada anak didik kami di sekolah , saya juga menularkan ilmu membuat layang kepada penggemar layang-layang yang tersebar di selruh wilayah Jepara. Setiap kecamatan di Jepara ada komunitas penggemar layang-layang”, ujar Kakek yang masih kelihatan energik ini.
Menurut Rifai , sejarah layang-layang sudah ada sejak kerajaan Majapahit dahulu. Sungging Prabangkara itulah tokoh yang pertama menaiki layang-layang. Dai inspirasi sejarah itulah maka hobi membuat layang-layang tidak hilang meski ia pension dari guru Seni.
Modelnya juga bermacam-macam mulai bentuk segi empat layang-layang standar sampai dengan kelelawar, burung sampai dengan kapal laut komplit dengan layarnya.Bahkan ia juga bisa membuat layang-layang model luar negeri misalnya Delta , kapal terbang dan masih banyak lagi yang lainnya.
“ Layang-layang identik dengan pantai , sehingga saya memamerkan layang-layang saya ini di pantai Semat ini , jika ada yang beli ya silakan jika tidak ya tak mengapa yang penting mereka bisa tahu bahwa layang-layang itu bermacam-macam “, papar Rifai.
Peran pemerintah Jepara dalam melestarikan seni layang-layang ini akhir-akhir ini kurang begitu responsive. Kala Pemerintahan Hendro Martoyo ada angin segar . Namun demikian Rifai yang biasa tombok dalam setiap festival tidak begitu mempedulikannya. Dengan dana mandiri ia tetap terus menggelorakan seni dan olah raga layang-layang ini. Dirumahnya ada puluhan layang-layang yang bisa dibuat ajang pembelajaran bagi siapa saja yang cinta atau suka pada layang-layang ini.
“ Setiap waktu di rumah saya tersedia beragam layang-layang yang bisa dilihat juga di beli. Beberapa waktu yang lalu ada buyer dari Malasyia yang tertarik untuk memasarkan layang-layang ke negeri jiran itu “, kata Rifai bangga. (Muin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H