Demak - Sepeda motor bagi Hamim (40) warga desa Karangrandu kecamatan Pecangaan kabupaten Jepara merupakan alat pencari nafkah sehari-harinya, dengan sepeda motor itu ia dapat menghidupi anak dan istrinya . Pekerjaan sebagai tukang ojek ia jalani jauh sebelum ia berumah tangga , ketika itu ia baru lulus dari madrasah Tsanawiyah atau setingkat SMP karena untuk melanjutkan sekolah tidak ada biaya karena ditinggal mati ayahnya iapun mencoba bekerja sebisanya.
Kebetulan kakaknya mempunyai profesi sambilan sebagai tukang ojek , yaitu mengantarkan tetangganya atau siapa saja yang ingin ke kota atau tempat lain menggunakan kendaraaan roda dua atau sepeda motor. Suatu hari kakaknya ada keperluan maka iapun disuruh untuk menggantikan kerja kakaknya , yaitu mengantarkan pelanggannya membawa dagangan ke pasar.
Awalnya ia takut karena naik sepeda motornya belum pandai , namun karena keseringan menggantikan kakaknya itu maka iapun jadi terbiasa, bahkan oleh kakaknya iapun dibelikan kendaraan sepeda motor dengan cara ngangsur atau kredit.
“ Setelah punya motor sendiri meskipun dengan cara kredit saya jadi semangat untuk ngojek , selain bisa mejeng pakai motor juga dapat duit untuk beli bensin , sisanya untuk bayar angsuran dan sisanya lagi bisa ditabung. Setelah banyak pelanggan saya jadi jatuh cinta pada pekerjaan ojek ini , bahkan setelah rumah tangga pekerjaan ojek saya tekuni sampai sekarang “, ujar Hamim yang setiap hari mangkal di Pasar Baru desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak Rabu ( 24/6).
Hamim yang mengaku telah beranak dua mengatakan , pekerjaan ojek baginya merupakan pekerjaan pokoknya meskipun dihitung penghasilannya tidak begitu besar namun setiap harinya bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari walau dengan kondisi sederhana. Oleh karena itu dari pagi hingga sore ia membawa sepeda motor kesayangannya itu ke pangkalan ojek untuk menunggu orang yang ingin diantarkan kemana saja .
“ Ya bagi saya pekerjaan ojek ya lumayan hasilnya , jika mau keluar seharian dari pagi hingga sore kita bisa membawa pulang uang Rp 50 ribu – 75 ribu bersih seharinya. Oleh karena itu pekerjaan ojek ini bagi saya merupakan pekerjaan pokok saya , sambilan saya menggarap sawah jika musim tanam padi, sedang istri dirumah membantu dengan terima pekerjaan jahit dari usaha konveksi milik tetangga. Semua itu untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga Alhamdulillah cukup meski  kondisi seadanya namun kami sekeluarga merasa bersyukur “, aku Hamim yang dapat membuat rumah dari hasil mengojek.
Oleh karena selain Hamim  masih ada puluhan orang yang menekuni pekerjaan sebagai tukang ojek ini . Hal ini bisa dilihat ditempat-tempat keramaian seperti pasar ,terminal, perempatan banyak sepeda motor tukang ojek yang diparkir menunggu kedatangan penumpang yang membutuhkan jasanya. Disisi penumpangnyapun ada rasa membutuhkan karena dengan naik ojeng ini penumpang atau barang dapat sampai depan rumah ,tidak seperti naik angkot atau kendaraan angkutan lainnya. (Muin)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H