[caption id="attachment_356178" align="aligncenter" width="300" caption="Jembatan Bambu untuk angkut hasil panen"][/caption]
Jepara – Petani di desa Tedunan kecamatan Kedung saat ini kesulitan membawa gabah hasil panen mereka. Pasalnya sawah mereka terpisah oleh saluran air yang cukup lebar. Akibatnya pengangkutan gabah dilakukan dengan cara manual dipanggul oleh tenaga manusia.
Jembatan yang digunakan untuk mengangkut hasil panen itu hanyalah jembatan bamboo yang kondisinya tidak layak untuk angkutan panen. Jembatan hasil swadaya petani itu terbuat dari beberapa batang bamboo yang dipasang membujur. Sedangkan tiang dan juga pegangan jembatan semua terbuat dari bamboo.
“ Ya gimana lagi adanya hanya jembatan bamboo ini , tenaga angkut hasil panen harus hati-hati jika melewati jembatan ini. Inipun hasil swadaya para petani disini “, ujar Sanwar petani dari desa Tedunan pada kabarseputarmuria.com
Jembatan bamboo ini usianya paling lama dua tahun. Oleh karena itu jika jembatan ini rusak para petanipun kembali “urunan” untuk membuat jembatan darurat baru. Jika tidak ada jembatan darurat itu petani harus memutar jalan hampir satu kilometer jauhnya.
Minimnya infrastruktur pertanian ini membuat harga jual gabah lebih rendah dibandingkan dengan pemanenan di lahan lain. Jauhnya lokasi pemanen dengan jalan raya membuat biaya operasional panen lebih tinggi. Akibatnya harga gabah dihitung setelah dikurangi ongkos panen dan transportasi.
[caption id="attachment_356182" align="aligncenter" width="300" caption="Petani angkut hasil panen dari sawahnya"]
“ Kalau dihitung setiap kwintal gabah basah ada perbedaan harga sampai Rp 50 ribu . Selain itu jika mencari tenaga untuk panen juga susah kalau ada upahnya juga minta yang tinggi”, ujar tambah Sanwar.
Sanwar berharap ada bantuan infrastruktur pertanian untuk desa Tedunan kecamatan Kedung ini. Selain jalan pertanian yang membelah persawahan juga dibangunnya jembatan permanen diatas saluran air. Dengan lancarnya angkutan hasil pertanian tentunya akan meningkatkan harga jual gabah.
Selain itu petani yang akan menuju ke lahan persawahan tidak ada kesulitan meskipun kondisi musim hujan. Saat ini jika musim hujan tiba petani yang akan menggarap sawahnya harus memutar jalan mencari jalan alternative menuju ke lahannya masing-masing.
“ Saya iri lihat di televise jalan pertanian sudah bagus-bagus sehingga petani ke sawahnya bisa naik sepeda atau sepeda motor . Jika panen tiba gabah bisa diangkut menggunakan mobil “, harap Sanwar . (Muin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H