Belum lama ini saya singgah di kota Pekalongan tepatnya di depan Kantor DPU Kotamadya yang kebetulan ada pasar tiban  dengan puluhan pedagang dari jual mainan sampai pakaian, jual sepatu sandal sampai dengan jajanan tradisional. Ya jajanan tradisional itulah yang menjadi bidikan saya sebagai seorang CJ yang memang senang pada hal-hal yang tradisional dan unik . Dalam jaman yang modern ini denga pilihan jajanan yang beragam yang serba baru , namun masih ada juga orang yang berani berspekulasi untuk berjualan jajanan tradisonal yang serba sederhana kondisinya. Dengan wadah jualan yang terbuat dari kotak layaknya etalase , namun terbuat dari kayu dan kacanya bukan kaca asli namun plastic meteran tipis transparan yang jika kena tusuk mudah robek.Tempat jualannya cukup simple saja dengan dingkil kecil untuk duduk dan melayani pelanggannya , sedangkan pembelinyapun berjejer melingkari dagangannya menunggu dilayani satu persatu. “ Ya beginilah kondisinya pak kami jualan sudah hampir 30 tahun , namun pelanggan kami tetap setia dan menyenangi makanan atau jajanan tradisional ini. Bahkan pak Wali Kota Pekalonganpun sering pesan untuk dibuatkan jajanan seperti gethuk tela,ongol-ongol, gablog, trinthil , growol , ketan semut untuk acara di pendopo. Selain disini kami berpindah-pindah tempat tergantung hari pasar tiban ini ada “, ujar Ibu Jujuk (55) warga kelurahan Krapyak yang dibantu suaminya yang mangkal di pinggir jalan raya depan kantor DPU setiap hari Rabu. Gethuk empuk dipadu dengan juroh yang manis Dikatakan oleh ibu Jujuk , Jajanan tradisional yang ia buat bahannya dari ketela pohon, beras , ketan, dan untuk juroh pemanisnya ia buat dari gula aren dan juga kelapa parut. Setiap harinya ia dibantu suami dan anaknya membuat jajanan atau panganan tradisonal yang masih disuka warga kota pekalongan. Sehingga dimanapun ia mangkal pelanggannya tetap setia menunggu dagangannya meskipun harus antri saking banyaknya pembeli. Untuk ketertiban pembelian pernah ia buatkan nomor antrian , namun karena nomor-nomor itu tercecer akhirnya pembelian hanya menggunakan antrian kesadaran. Yang datang dahulu didahulukan dan yang belakangan harus sadar menunggu giliran , hal itu tidak mengherankan karena setiap orang belinya paling sedikit  5 tum ( bungkusan daun pisang) dengan harga 1 tum rata-rata Rp 1.000,- rupiah. “ Ya sudah langganan puluhan tahun sama jajanan tradisional bikinan Ibu Jujuk ini , selain harganya murah meriah 1 tum Cuma Rp 1.000,- tinggal pilih dan jajanannya rasanya khas tanpa bahan pengawet sehingga sehat jika dimakan. Kalau jajanan favorit saya ya gethuk yang kenyal ini mas ditambah juroh yang manis ini rasanya nikmat sekali . Bisa dipastikan seminggu sekali keluarga kami pasti membeli jajanan buatan  ibu Jujuk ini “, aku salah seorang Ibu yang merupakan penggemar berat jajanan ibu Jujuk ini.
Fatkhul Muin
Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H