Potong rambut atau tukang cukur saat ini merupakan salah satu pekerjaan yang harus dilirik bagi yang mengaku dirinya pengangguran , betapa tidak meski hanya memotong rambut saja namun upah yang didapatkan cukup lumayan. Hal inilah yang mendorong Slamet Setia Budi warga desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak ogah alih profesi karena setiap harinya mampu menangguk rupiah dari kepala-kepala yang di cukurnya. Setiap hari paling minim dia mendapatkan order menggunduli, memendekkan , merapikan rambut kepala 6 - 5 , belum yang cukur jambang dan jenggot. Tarip yang ia patok setiap kepalanya Rp 3.000,- dari anak kecil, dewasa, orang tua , pria atau wanita semua ongkos yang dikeluarkan sama rata. Jika hari-hari biasa pendapatan yang ia dapatkan 15 ribu – 21 ribu namun jika ramai seperti menjelang puasa atau hari raya pendapatannya bisa melonjang 30 ribu – 45 ribu rupiah , karena kebanyakan orang ingin tampil rapi di hari Raya Idul Fitri. Di bilik sederhana dibelakang rumahnya ia menanti pelanggannya yang datang dari desa sendiri dan desa-desa sekitarnya. Selain sebagai tempat kerjanya sehari-hari yang berisi kaca besar , kipas angin kecil , meja kecil berisi peralatan cukur dari gunting manual dan electric dan kursi untuk pelanggan, dibagian belakang ia taruh bale-bale kecil untuk beristirahat . Maklum sampai saat ini ia masih njomblo alias belum punya gandengan sehingga kesehariannya ia habiskan dalam bilik cukur yang ia buat dari bambu dan papan bekas, agar kelihatan asri di depan biliknya itu ia taruh pot-pot yang berisi tanaman hijau dan kembang-kembang. Di samping pintu biliknya ia pasang waktu prakteknya yaitu jika pagi jam 08.00 – 15.00 dan malam jam 18.00 – 21.00 seperti layaknya waktu praktek dokter saja . ” Biar keren mas selain itu juga sebagai patokan untuk pelanggan yang datang kemari karena sering mereka datang pas saya tidak ada jadi ya mereka jadi kecewa berat , selain itu juga kami pasang bel ini yang berhubungan dengan rumah meski bilik ini terbuka kadang kami mengerjakan pekerjaan di rumah membantu orang tua . Jadi mereka tinggal ngebel aja saya langsung datang ”, ujar Slamet Setia Budi yang mengaku menjadi tukang cukur lima tahun lebih. Slamet Setia Budi mengaku profesi menjadi tukang potong rambut ini bukan cita-citanya sejak dulu , karena setamat Madrasah Aliyah ia ingin merantau ke Jakarta seperti teman-temannya , namun sebelum kesampaian keinginannya musibah datang ia kecelakaan sehingga kakinya patah dan harus dirawat beberapa bulan di rumah sakit. Usai sembuh dari kecelakaan iapun mencoba mempraktekkan kebisaannya memotong rambut dari tetangga satu ke tetangga lainnya , karena merasa nyaman bekerja sebagai tukang cukur akhirnya ia bangun bilik kecil untuk melayani pelanggannya sehingga pelanggannya yang datang kepadanya. Adapun ketrampilan potong rambut ia dapatkan dari melihat orang lain dengan seksama yang kemudian ia praktekkan sendiri , dari kreatifitasnya itu ia kini menguasai beberapa model potong rambut yang disukai anak-anak, remaja, sampai orang tua . Jika ada model baru potongan di televisi atau majalah iapun dengan cepat menyesuaikan model-model itu. ” Sekarang remaja-remaja yang cukur disini minta model-model potongan yang dilihat ditelevisi atau majalah, ya saya menyesuaikan dengan keinginan mereka, satu hasilnya bagus , yang lain ikut-ikutan jadi ya lumayan langganan saya bertambah terus”, cerita Slamet . Ketika ditanya modal yang dikeluarkan untuk membuka usaha potong rambut ini , Slamet mengemukakan untuk peralatannya cukup murah paling beli gunting manual dan electric, semprot rambut, bedak , sikat rambut , pisau cukur , kain penutup dan sisir jika dihitung tidak lebih dari 1 juta rupiah . Untuk tempatnya tergantung bisa kontrak atau buat sendiri , dia dulu membuat bilik cukur itu kurang lebih menghabiskan 1 juta rupiah . Sehingga dulu modal yang dikeluarkannya sekitar 2 juta rupiah itupun hutang dari kakaknya . Namun saat ini hutang itupun sudah dilunasinya , bahkan dari hasil potong rambut yang ia tekuni selama ini , ia mempunyai deposito 10 Juta rupiah yang ia simpan di Koperasi ” Margi Rahayu” desa Kedungmutih . Selain itu ia juga bisa mencukupi kebutuhan makan sehari-harinya dan kebutuhan lainnya seperti beli pakaian , jalan-jalan dan HP. Ketika ditanya resep keberhasilannya sebagai tukang cukur, Slamet dengan rendah hati mengatakan semua usaha yang dijalankan harus telaten dan tidak patah semangat. Selain itu harus banyak belajar dan berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu dia membuka selebar-lebarnya bagi rekan-rekan remaja yang juga ingin terjun menekuni usaha sebagai tukang cukur, selain modalnya kecil resiko kerugiannya juga sangat minim ini cocok bagi remaja yang saat ini baru tidak pekerjaan alias menganggur, Ini hitung-hitungannya jika ingin membuka usaha potong rambut sederhana: 1. Untuk membeli peralatan Rp 1.000.000,- 2. Membuat tempat / kontrak Rp 1.000.000,- Jumlah Rp 2.000.000 Penghasilan sehari-hari : Rp 30.000,- - 40.000,- Jika sehari menabung Rp 10.000,- maka modal akan kembali dalam waktu 8 bulan . Selamat mencoba. (FM) Fatkhul Muin Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H