Desa Kedungmalang kecamatan Kedung kabupaten Jepara yang terletak di pesisir pulau Jawa mempunyai keistimewaan dibandingkan desa lainnya , karena di desa yang mayoritas hidupnya dari nelayan ini ada dua makam Auliya’ yang sampai sekarang masih dihormati keberadaannya . Satu makam terletak di dekat balai desa Kedungmalang yang dikenal orang sebagai makam Syeh Abdullah yang orang banyak menyebutnya sebagai makam Mbah ( Dullah : Duwok) . Satu lagi makam Auliya’ yang terletak di dukuh Krasak malang yang berbaur pula dengan pemakaman umum , dengan 3 auliya’ yaitu Maulana Malik Ibrahim Al-Maghribi , Maulana Abdurrohman Al-Maghribi dan Syeh Maulana Abdul Malik. Makam – makam tersebut bagi warga desa Kedungmalang adalah ”Pundhen” atau tempat yang di pundi-pundi atau dihormati, oleh karena itu selain dibersihkan secara berkala juga setiap hari tertentu di ziarahi seperti layaknya makam-makam Auliya’ di tempat lainnya . Setiap setahun sekali makam ini juga menjadi tempat ajang ” Khaul ” yaitu berdo’a bersama seluruh warga desa untuk mendo’akan sekaligus mohon kepada Allah SWT agar seluruh warga desa diberi keselamatan dan juga rejeki yang berlimpah. Dalam acara haul itu selain pengajian umum , tahlil umum juga diadakan pawai atau arak-arakan warga desa seperti halnya perayaan-perayaan di tempat lain . ” Acara Haul yang diselenggarakan setiap tahun sekali ini sudah menjadi tradisi yang setiap tahunnya diperingati , semua biaya yang dibutuhkan untuk keperluan ini ditanggung seluruh warga desa. Untuk pawai atau arak-arakan biasanya dikoordinir masing masing pengurus musholla ”, ujar Musyafak (40) warga desa Kedungmalang yang juga anggota BPD. Bagi warga desa Kedungmalang dan sekitarnya makam auliya’ ini menjadi tempat ziarah setiap Kamis sore , sehingga sehabis sholat isya’ warga desa Kedungmalang dan sekitarnya berbondong-bondong menuju pundhen untuk menziarahi makam keluarganya tidak lupa juga berziarah ke makam Syeh Maulana yang terletak di tengah dan berpagar tembok. Jika kita memasukinya kita akan melihat tiga makam yang ukurannya cukup panjang jika dibandingkan ukuran makam sekarang , dengan batu nisan yang telah rapuh karena dimakan usia. Diatas makam tumbuh pohon asam yang besar yang menaunginya puluhan tahun yang setia memayunginya di kala panas maupun hujan. Para peziarah yang mengunjungi makam ini selain warga desa Kedungmalang dan sekitarnya , kadang kala juga ada rombongan peziarah dari daerah lain yang biasanya berangkaian dengan berziarah ke makam Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadiri di Mantingan. Biasanya mereka berombongan dengan naik mobil carteran atau bis pariwisata , namun kondisi ini tidak setiap hari ada .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H