Sampai di sini, pikiran saya tiba-tiba terbawa pada perkataan orang-orang tua dulu, bahwa menikah tak cukup hanya dengan cinta—diperlukan kematangan jiwa, tekad, dan pemahaman mendalam yang melempaui hal-hal yang kasat mata. Karena "setengah hati tidak akan mencapai keagungan", kata Rumi.
Nyatanya begitulah semestinya cinta berpangkal, hidup menyemai bakti kasih dalam keceriaan, tumbuh sehat, dan bahagia sang anak. Kendati hal ini dalam realitasnya masih jauh dari idealnya, berusaha menuju baik adalah baik. Tak ada kerugian di dalamnya.
Orang tua yang benar-benar sejatinya orang tua akan berpikir seribu bahkan jutaan bahkan triliyunan kali untuk mengabaikan anaknya. Terutama seorang ibu, pasalnya melahirkan bukanlah perkara tanpa rasa sakit. Walaupun demikian, cintanya pada anaknya diberikan ikhlas seikhlas-ikhlasnya, tanpa peduli bagaimana dulu ia mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan sang anak.
Saat saya menuliskan tulisan ini status saya masih sebagai seorang anak. Perspektif tulisan ini adalah perspektif seorang anak. Tapi tak menutup kemungkinan seorang anak bisa berpandangan seolah-olah pandangan orang tua. Toh, masa depan menjanjikan saya kesempatan menjadi seorang ayah—ayah yang senantiasa berusaha memberikan yang terbaikan pada sang anak, meski bayarannya adalah nyawa sendiri.
Dengan demikian, Pnemonia harus kita lawan. Bukan cuma Pnemonia saja, penyakit dan apa pun yang membahayakan kelangsungan hidup sang anak harus dilawan dengan gigih. Karena kesehatan dan kebahagiaan sang anak layak, bukan cuma layak saja tapi wajib, tuk diperjuangkan.
Ingat selalu bahwa hidup itu adalah seni. Atur dengan teratur. Karena mereka yang menghidupkan tidak akan mati; dan yang bahagia adalah mereka yang membahagiakan; dan yang berumur panjang hannyalah mereka yang pandai menjaga dimensi kehidupan tetap harmonis.
Terakhir, mewakili seluruh anak di atas bumi, kepada seluruh orang tua yang dari detik ke detik tak putus-putusnya memberikan yang terbaik untuk anaknya, menjaga buah hati dengan hati yang berhati-hati menjaga hati, saya ucapkan: I love you so much, seisi semesta sangat mencintaimu. Jangan cemas kematian, umur hidupmu berlanjut melalui kami, sang anakmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H