Mohon tunggu...
Arda Muhammad Naufal
Arda Muhammad Naufal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Framing Teks Pemberitaan Terkait Curah Hujan dan Banjir di Kabupaten Cirebon

9 April 2023   20:54 Diperbarui: 9 April 2023   21:19 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berita ketujuh yaitu dari tribunnews.com yang menggunakan judul "Masuk Puncak Musim Hujan, BMKG Kertajati Majalengka Minta Warga Ciayumajakuning Waspada". Pada berita tersebut framing media yang digunakan adalah "waspada" yang menekankan agar masyarakat waspada terhadap dampak cuaca ekstrim. Pada berita tersebut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kertajati Majalengka meminta masyarakat lebih waspada terhadap dampak cuaca. 

Pasalnya, BMKG menyebut saat ini merupakan puncak musim penghujan yang mana berpeluang dibarengi petir dan angin kencang. Prakirawan BMKG Kertajati Majalengka, Ahmad Faa Izyin mengatakan, masuknya puncak musim hujan itu dibarengi dengan curah hujan yang mengalami peningkatan. Faiz, sapaan akrabnya menyampaikan, prakiraan curah hujan di kisaran 300 sampai di atas 500 milimeter per bulan itu sudah masuk dalam kategori tinggi. Sehingga, Faiz mengimbau masyarakat Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) agar lebih waspada terhadap dampak cuaca ekstrim.

Berita kedelapan yang berjudul "Hujan Berjam-jam, Ribuan Rumah di Cirebon Terendam Banjir" dari buddyku.com memiliki framing media bahwa hujan deras selama berjam-jam menyebabkan ribuan rumah di lima kecamatan Kota dan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat terendam banjir dengan ketinggian mencapai 1,5 meter. 

Berita kesembilan dari pikiran-rakyat.com  yang memiliki judul "Hujan Deras, Banjir Rendam Pemukiman, Kantor Kecamatan dan Jalur Nasional Pantura di Kabupaten Cirebon" memiliki framing media yang berfokus pada penyebab terjadinya banjir, yaitu selain derasnya air hujan, banjir yang melanda diduga akibat buruknya sistem saluran air (drainase). Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Ade seorang warga Arjawinangun yang mengatakan banjir yang terjadi di wilayah Arjawinangun terjadi akibat hujan besar dan air rembesan yang mengalir dari sawah. Sementara saluran yang ada tidak mampu lagi menampung luapan air.

Berita kesepuluh dan terakhir adalah berita yang berjudul "Hujan Berjam-jam, Ribuan Rumah di Cirebon Terendam Banjir" dari media news.okezone.com. Berita ini menggunakan framing media yang berfokus pada dampak langsung yang dirasakan oleh warga setempat akibat bencana banjir. Dalam berita ini, diketahui ada lima Kecamatan yang terdampak banjir, di antaranya Kecamatan Talun, Kedawung, Tengah Tani, Weru dan Mundu. Banjir terparah terjadi di Desa Banjarwangunan, Kecamatan Mundu, dan Desa Dawuan, Kecamatan Tengah Tani. 

Ketinggian air di Desa tersebut mencapai satu meter, bahkan pemukiman yang dekat dengan sungai, ketinggian air mencapai 1,5 meter. Menurut Rimo Karim, warga Kampung Dukuh Semar Kota Cirebon yang rumahnya terdampak banjir, wilayah Dukuh Semar selama bertahun-tahun tidak terdampak banjir. Namun, kali ini terdampak karena curah hujan cukup tinggi membuat wilayahnya terdampak banjir cukup tinggi. 

Sementara itu, di tempat berbeda Tisna, salah satu warga Dawuan, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon mengatakan, banjir kali ini merupakan banjir terparah yang melanda permukimannya. Sementara itu, dari dampak banjir tersebut tidak ada korban jiwa baik di wilayah Kota Cirebon maupun Kabupaten Cirebon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun