Mohon tunggu...
Ardalena Romantika
Ardalena Romantika Mohon Tunggu... Penulis - Analyst

Vivamus moriendum est.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kepentok "Ngalor-Ngulon", Batal Nikah Gara-gara Pantangan Arah Rumah

15 Januari 2021   18:34 Diperbarui: 18 Januari 2021   03:25 24472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arah mata angin. Sumber: www.kompasiana.com/gabbyindrawati

Karena arah kiblat di Indonesia cenderung ke barat, maka posisi kepala selalu berada di utara. Oleh karena itu, masyarakat memaknai ngalor-ngulon sebagai arah kematian.

Selain itu, konon arah ngalor-ngulon merupakan jalur jalannya jin, setan, iblis, dan segala malapetaka. Sehingga, masyarakat khawatir apabila dua orang dengan arah rumah ngalor-ngulon menikah, pernikahannya akan penuh malapetaka bahkan menimbulkan kematian.

Demikian beberapa asal- usul pantangan pernikahan ngalor-ngulon yang dipercaya oleh masyarakat. Terlepas valid atau tidaknya akibat yang ditimbulkan oleh pantangan ini, belum terbukti secara ilmiah. 

Barangkali ada beberapa ketidak beruntungan pasangan yang kebetulan merupakan pasangan ngalor-ngulon sehingga masyarakat semakin mempercayai pantangan ini. Padahal, kematian dan musibah mutlak merupakan kehendak Tuhan.

Hingga kini, beberapa orang tua di Jawa, khususnya daerah pedesaan, masih memegang teguh pantangan ini. Jadi, bagi anak-anaknya, sebesar dan setulus apapun cinta yang mereka punya, apabila weton dan arah rumahnya tidak cocok, siap-siap saja tidak akan direstui untuk menuju ke pelaminan.

Uniknya, di kalangan masyarakat yang masih memegang pantangan ini, terdapat siasat untuk menghindarinya. Salah satunya adalah trik pindah rumah untuk sementara waktu. 

Salah satu calon mempelai bisa pindah ke rumah saudaranya dan melangsungkan acara pernikahan disana sehingga hitungan arah rumahnya tidak lagi ngalor-ngulon.

Pantangan ini mungkin dianggap kuno dan tidak relevan lagi. Namun bagaimanapun, pantangan ini menjadi suatu tradisi yang harus dihormati dan dilestarikan. 

Terlepas dari percaya atau tidak, kita bebas untuk memilih dan mengambil keputusan. Namun apabila sudah kepentok pantangan ini, padahal terlanjur cinta mati, barangkali pantangan ini memang harus disiasati. Ingat, pantangan mungkin tak bisa dilanggar, namun demi restu orang tua, siasat adalah solusinya!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun