Mohon tunggu...
Ardalena Romantika
Ardalena Romantika Mohon Tunggu... Penulis - Analyst

Vivamus moriendum est.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kepentok "Ngalor-Ngulon", Batal Nikah Gara-gara Pantangan Arah Rumah

15 Januari 2021   18:34 Diperbarui: 18 Januari 2021   03:25 24472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah, Ki Ageng Mangir yang merupakan penguasa daerah Mangir merasa tidak perlu tunduk pada perintah Mataram, karena Mangir sendiri merupakan daerah perdikan (desa yang tidak berkewajiban membayar upeti maupun pajak kepada Mataram). 

Diam-diam Panembahan Senopati merasa khawatir jika Ki Ageng Mangir akan mengancam posisinya atau bahkan menimbulkan kehancuran bagi Mataram Islam.

Akhirnya Panembahan Senopati berniat untuk menyingkirkan Ki Ageng Mangir dengan tipu daya melalui putrinya yang amat cantik, Sekar Pembayun. 

Panembahan Senopati memerintahkan putrinya untuk menyamar sebagai penari ledhek (ronggeng) dengan harapan Ki Ageng Mangir (yang konon sangat menyukai pertunjukan ledhek) terpikat akan kecantikannya.

Sekar Pembayun yang menyamar sebagai penari ledhek (ronggeng) berhasil memikat Ki Ageng Mangir. Singkat cerita, keduanya pun menikah. Beberapa lama kemudian, Sekar Pembayun mengaku bahwa ia merupakan putri Panembahan Senopati, musuh Ki Ageng Mangir. Saat itu, Panembahan Senopati meminta Ki Ageng Mangir untuk sowan (menghadap) selaku menantu yang baik.

Karena amat mencintai istrinya, Ki Ageng Mangir pun sowan ke keraton Mataram. Namun siapa sangka, ternyata Ki Ageng Mangir tewas di tangan Panembahan Senopati ketika sungkem lantaran Panembahan Senopati membenturkan kepalanya di Watu Gilang (Singgasana Panembahan Senopati).

Akibatnya, masyarakat yang tinggal di wilayah bekas pusat pemerintahan Majapahit melarang anak-cucunya untuk menikah dengan pasangan yang rumahnya berada di arah barat laut atau tenggara agar tidak mendapat kenistaan seperti halnya Ki Ageng Mangir.

2. Arah Kematian Para Utusan Ajisaka

Kisah ini merupakan bagian dari kisah asal usul aksara jawa. Dalam jurnal berjudul "Mitos Pernikahan Pernikahan Barat Laut di Desa Tunggurejo Kecamatan Batas Kabupaten Blitar (Studi Fenomenologi)" yang ditulis oleh Kurniawan.

Olehnya dijelaskan bahwa awal mula larangan menikah bagi rumah pasangan yang berarah barat laut dan tenggara di Desa Tunggurejo adalah kisah Aji Saka yang utusannya meninggal dunia dengan posisi ke arah barat laut dan tenggara.

Alkisah, Aji Saka dan pengikutnya, yang bernama Dura, berhasil mengalahkan seorang raja yang amat keji bernama Prabu Dewata Cengkar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun