Mengapa rokok termasuk makanan dan mengapa jadi penyumbang kedua kemiskinan? Jawabannya, karena memang rokok itu barang yang cepat habis dan kenyataannya memang "dimakan" oleh manusia super. Penyumbang kedua kemiskinan karena rokok tidak memiliki kalori sama sekali (0 kalori) sedangkan harganya cukup tinggi.Â
Tidak masalah konsumsi daging, ikan, buah, dan lainnya berkurang asal suplai rokok tetap (prinsip 'ahli hisap'), belum lagi kalau benaran naik jadi Rp50 ribu mungkin bisa jadi nomor satu. Ke-52 jenis komoditas tersebut merupakan komoditas-komoditas yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk miskin. Jumlah pengeluaran untuk 52 komoditas ini sekitar 73.35 persen dari total pengeluaran orang miskin. Adapun sisanya sekitar 26.65 persen yang dikonsumsi ruta, GKNM meliputi kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
GK bisa naik atau turun, meski kecenderungannya adalah naik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh inflasi harga kebutuhan dasar ruta. Meski penghitungannya tidak sederhana karena juga harus ada data indeks harga konsumen (IHK) tetapi kalau mau digambarkan secara sederhana maka jika kita mengonsumsi beras, ikan, dan lainnya dalam jumlah yang sama untuk setiap waktu tetapi harganya cenderung naik maka garis kemiskinan juga akan naik. Hal ini karena patokan untuk GKM adalah konsumsi 2.100 kilo kalori per kapita per hari.
Adapun GK Indonesia pada September 2017 sebesar Rp387 160,- per kapita per bulan pada. Penyumbang terbesar adalah beras dengan 21.66 persen yang kedua adalah rokok kretek filter sebesar 10.34 persen.Â
Rokok dari tahun ke tahun memberi sumbangsih yang cenderung meningkat sesuai harganya yang semakin mahal juga. Perlu diketahui bahwa itu adalah rokok kretek filter saja (belum rokok jenis lain) yang sebagian besarnya merupakan produk impor yang tentu saja sumbangsih untuk masyarakat di dalam negeri begitu kecil.
Merokok Membunuhmu
Tidak bisa dipungkiri bahwa rokok adalah penyebab terbesar beban negara semakin meningkat untuk memenuhi kesehatan dasar masyarakat. Pemerintah menggelontorkan begitu banyak anggaran setiap tahunnya untuk memenuhi fasilitas kesehatan sampai ke pelosok daerah.Â
Anggaran dari tahun ke tahun terus meningkat tahun 2017 sebesar 104 T atau 5 persen dari APBN. Hal itu ternyata tidak cukup membantu, melihat penyakit yang disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM) cukup tinggi tentu selain penyakit menular (PM) juga masih sangat tinggi.Â
Rokok membuat angka (PTM) di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Beban ganda kini dirasakan oleh Kementerian Kesehatan dalam menurunkan angka peningkatan (PM) dan PTM. Sebagaimana disampaikan oleh Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH, Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Penyakit apa saja yang disebabkan oleh rokok? Tentu berbagai acam penyakit yang sangat serius dan membutuhkan biaya sangat tinggi. Di antara penyakit tersebut adalah kanker paru-paru, COPD, penyakit jantung, stroke, asma, diabetes, kanker mulut, lebih dari 10 jenis kanker lain, serta berbagai macam penyakit lainnya. Orang miskin akan berobat dengan menggunakan BPJS yang tentunya ditanggung oleh pemerintah.Â
Sedangkan orang kaya juga berobat dengan BPJS yang preminya bisa pribadi atau perusahaan tempat bekerja yang tentunya tidak sebanding jika harrus mengeluarkan biaya yang riil untuk mengobati penyakit tersebut.Â