Mohon tunggu...
Dwi Ardian
Dwi Ardian Mohon Tunggu... Lainnya - Statistisi

Pengumpul data belajar menulis. Email: dwiardian48@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Tuan Rumah yang Baik di Asian Games 2018

26 Juli 2018   19:56 Diperbarui: 26 Juli 2018   20:03 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal lain yang cukup membuat Menteri Pemuda dan Olah raga, Imam Nahrawi, cukup was-was adalah temuan Ombudsman beberapa saat lalu. Dari temuan Ombudsman, kompleks Jakabaring yang akan digunakan 13 cabang olahraga untuk Asian Games, tak memiliki ambulans, klinik kesehatan, rambu keselamatan, emergency exit, pengukur kepuasan pengunjung, tempat duduk khusus untuk difabel, ruang dan papan informasi. 

Jakabaring juga minim ruang ibadah dan control room untuk mendukung pengawasan keamanan. Di antara venue yang digunakan, venue boling paling tidak komplit, sedangkan keamanan paling minim ada di Stadion Gelora Sriwijaya.

Tentu kita sama-sama berharap di tengah waktu yang semakin sempit menjelang 18-18-18 nanti semua temuan Ombudsman yang dianggap bermasalah tersebut bisa diatasi dengan baik. Kita harus sama-sama memberikan sumbangsih yang nyata untuk pesta olah raga terbesar se-Asia ini. 

Kita telah melihat semangat yang besar yang coba ditularkan oleh puluhan bahkan ratusan anggota TNI yang secara suka rela melakukan perbaikan kursi di tribun penonton beberapa saat setelah dirusak oleh oknum suporter.

Jakarta (juga) Berbenah

Permasalahan yang tidak kunjung usai dan masih saja selalu jadi perdebatan adalah langkah yang konkret mengatasi macet di Jakarta. Selain itu yang cukup menjadi sorotan baru-baru ini oleh netizen adalah pemasangan bendera negara peserta Asian Games dengan bambu oleh warga serta yang terbaru masalah rumput yang memisahkan antara halte bus dengan pemberhentian bus. Sebenarnya saat ini yang dibutuhkan bangsa bukanlah nyinyiran atau sindiran yang tidak konstruktif dan produktif itu. 

Kita harus kembali merenungkan bahwa ini adalah tanggung jawab kita bersama. Pemerintah dan panitia hanya diamanahi menjadi pengurus dan itu tidak akan terurus dengan baik tanpa partisipasi seluruh elemen bangsa.

Pertama, kemacetan. Sebenarnya sudah diantisipasi melalui empat skenario yang diusulkan oleh Dinas Perhubungan (Dishub). Pertama, menutup jalan utama yang akan dilalui oleh atlet dan ofisial saat lewat dan itu sudah terjadwal karena seperti diketahui atlet dan ofisial sudah harus di venue pertandingan minimal 34 menit sebelum memulai bertanding. 

Kedua, pembatasan lalu lintas angkutan barang akan diperluas dengan menambah titik-titik baru. Ketiga, pemberlakuan ganjil genap yang sudah diujicobakan beberapa saat terakhir. Terakhir, menyiapkan angkutan yang prima dan khusus bagi atlet dan ofisial dan itu diamini oleh Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya bahwa akan diberikan jalur khusus buat mereka. Hal ini juga sudah dilaksanakan test event beberapa saat yang lalu.

Kedua, pemasangan bendera dengan tiang bambu. Hal itu sempat diturunkan karena dianggap tidak layak tetapi Gubernur Jakarta kembali memerintahkan memasangnya melalui sebuah memo. Warga memang diharapkan ikut berpartisipasi dan itu diapresiasi oleh Gubernur. 

Adapun mereka yang nyinyir adalah sisa-sisa korban pilkada Jakarta. Hentikanlah keegoan kita, mari bersama saling bergandeng tangan. Ini bukan tentang siapa gubernurnya. Ini tentang harkat dan martabat bangsa yang kebetulan saja harus diemban oleh warga Jakarta dan sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun