Sakernas merupakan singkatan dari Survei Angkatan Kerja Nasional sedangkan Susenas adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional. Kedua survei ini merupakan survei rutin yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) setiap dua kali setahun. Sakernas bulan Februari dan Agustus sedangkan Susenas Maret dan September setiap tahun.
Dari kedua survei inilah dihasilkan beberapa indikator-indikator penting yang sering menjadi isu nasional. Jika Anda biasa mendengar berita tingkat pengangguran menurun atau sebaliknya maka dari Sakernas-lah data itu diperoleh. Jika Anda membaca atau menonton berita tentang kemiskinan Indonesia yang berada di angka 10,12 persen dari total penduduk atau sekitar 26,58 juta jiwa maka itu dari hasil Susenas. Yang pernah cukup viral adalah pendapatan Rp12 ribu per hari tidak miskin, nah itu juga berasal dari Susenas. Serta masih banyak lagi indikator-indikator lainnya.
Karena keunikan yang dimilikinya, maka desa tersebut ditetapkan sebagai Desa Wisata. Bahkan desa tersebut sedang diusulkan oleh Dinas Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Sulsel menjadi cagar budaya internasional yang setara dengan Candi Borobudur.
Menurut D. Demmakanan yang merupakan pemangku adat, tokoh utama pembentukan desa, dan juga kepala desa pertama di desa ini bahwa desa bisa bertahan dengan segala macam adat istiadat dan kebiasaannya karena dukungan semua masyarakat, masyarakat masih memegang teguh budaya luhur yang ditinggalkan oleh orang tua.
Masih di Balla, bagi yang kuat mendaki ke atas gunung maka akan kita dapatkan pemandangan alam yang sangat indah dari atas Buntu Mussa', tidak hanya Balla Peu' yang terlihat tapi juga keindahan alam desa-desa lainnya.
Makam ini berlokasi dipinggir jurang sehingga diharapkan untuk berhati-hati ketika menuju tempat tersebut. Selain itu, sering juga terlihat salah satu jenis serangga yaitu Lebah sebagai penjaga makam tersebut, sehingga sebelum masuk kedalam tersebut, diharapkan untuk membawa Sirih Pinang dan diletakkan didepan kuburan dengan harapan agar penjaga kuburan dapat menerima pada saat kita berkunjung.
Menurut cerita, pada masa lampau terjadi banjir yang menimpa lembah tersebut dan semua makam kayu tua hanyut terbawa arus air sungai. Namun, makam-makam kuno ini tidak jauh terseret arus dan tanpa disentuh tiba-tiba makam ini berkumpul kembali pada tempatnya seperti semula, kecuali satu makam kayu yang terbawa arus sampai ke Kec. Messawa. Sehingga tempat ini diberi nama Minaga, yang diambil dari nama tempat asal makam sebelum terhanyut yaitu Minanga Buntuballa. Makam Tedong-tedong terdaftar sebagai Benda Cagar Budaya Nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H