Mohon tunggu...
Ngifat Khoerunnisa
Ngifat Khoerunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

menyukai berbagai hal positif

Selanjutnya

Tutup

Book

Ulasan Buku Antologi Puisi Tiga Biru Segi

20 November 2023   21:54 Diperbarui: 20 November 2023   21:55 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

IDENTITAS BUKU

Judul buku  : Tiga Biru Segi

Penulis  : Andrea Bayu Aji S.,dkk

Penerbit  : Hasfa Publishing

Tahun terbit  : Desember 2010

Cetakan  : 1

Jumlah halaman : viii + 110 halaman

Ukuran : 13,5 x 20 cm

Editor : Tim Hasfa Publishing

Buku berjudul Tiga Biru Segi merupakan salah satu antologi puisi yang mengulas tentang tiga peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia yaitu banjir bandang Wasior, Tsunami Mentawai, dan Meletusnya Gunung Merapi. Bencana yang terjadi dalam kurun waktu yang berdekatan yang menyisakan duka mendalam bagi Bangsa Indonesia. Buku ini ditulis oleh masyarakat umum dari berbagai aspek dimana mereka sama-sama menuangkan isi hati untuk ketiga peristiwa tersebut. Total terkumpul 326 judul puisi, namun hanya 50 puisi yang bisa tertulis di buku ini. Buku ini layak dibaca untuk orang- orang yang mencari sebuah pembelajaran di balik bencana dan bagaimana memaknai setiap ujian. Antologi penuh kasih ini sangat menginspirasi pembacanya dan membuka pandangan luas yang diulas dengan ragam bahasa yang berbeda-beda mengikuti ciri khas penulisnya.

Antologi puisi ini mengulas dengan baik bagaimana ketiga bencana yang diselaraskan dengan hakikat kita sebagai manusia yang bertuhan, makhluk sosial, dan lain sebagainya. Pembelajaran besar yang dapat dipetik yang menjadikan seluruh puisi sebagai pengingat segalanya. Sasaran utamanya untuk mereka yang tertimpa sebagai penyemangat untuk bisa bangkit lagi. Latar belakang penulis dalam menulis tentu berbeda-beda ada yang memang membayangkan bagaimana bencana tersebut dengan bagaimana harusnya manusia berkehidupan yang baik atau bagaimana penulis membayangkan bencana ini sebagai peringatan dan pembelajaran hidup yang kuat. Namun, pada akhirnya semua satu tujuan untuk memberikan semangat hidup yang baru bagi mereka.

Buku ini menjadi ajang saling menguatkan antar penulis dengan keberagaman cara penulisan, cara penciptaan, dan lain sebagainya. Kelebihannya terlihat pada sampul yang terkesan sederhana, tetapi jika dilihat akan terasa bagaimana penggambaran isi buku ini. Penulisan dalam buku menggunakan font yang sesuai dengan suasana buku. Bahasa yang digunakan bermacam-macam sehingga memberikan warna masing-masing tergantung penulisnya. Ada bagian epilog di halaman terakhir yang sangat menyentuh pembaca dan mewakili penerbit. Sedangkan kekurangannya adalah pada bagian profil penulis tidak diberi judul sehingga terkesan menjadi bagian inti buku. Pada epilog terselip di bagian bawah setelah profil penulis, ada baiknya berada di halaman yang berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun