Mohon tunggu...
Arci Rahmanta
Arci Rahmanta Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

nope -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Damn, Egoku Ditabrak Mati!!

15 November 2014   09:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:46 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan jalan yang masih sepi di pagi hari ini, ditemani ratusan polisi yang menemani pengguna jalan raya, dibarengi truk sampah yang lagi mengambili sampah, dan diiringi oleh suara klakson yang bersaut-sautan, dan macetnya jalan raya karena banyak wisatawan yang berfoto-foto ria sehabis keluar dari hotel-hotel berbintang telah mengubur satu nyawa yang merupakan orang asli Jogja. Ambulan telat hingga 30 menit.

Kucari siapa perempuan malang itu, tak sengaja terjatuh dompet merah tua hampir mirip dengan dompetku. Ingin kukembalikan, tetapi tidak ada yang menggubris suaraku yang kecil. Terjatuh dan berceceranlah kartu-kartu identitas dan ATM-nya diakibatkan sikutan seseorang. Kupungut satu persatu dengan seksama, agar tak ada yang tertinggal. Saat tak sengaja kulihat Kartu identitasnya, aku kaget sekali perempuan ini bernama SUGI WIBISHUNA, dua kata sakral yang sama persis dengan apa yang diberikan Ayahku kepadaku.

Kaget, aku ikut membalikkan tubuh mayat perempuan itu, ternyata memang sangat persis dengan rupaku. Kulihat badanku ternyata transparan.

"Siapa dia? siapa aku? apakah dia adalah masa depanku?" aku bertanya tak jelas kepada siapa.

"Kenapa aku harus tahu kematianku?" tanyaku sekali lagi.

Tiba-tiba datanglah sesosok pria berwajah oriental bertubuh gempal berdiri ada di depanku, seraya meletakkan tangannya di atas ubun-ubunku dengan halus. dan perlahan mengelus-elus kepalaku. "Perempuan itu adalah aktivis yang sangat memperjuangkan hak-hak rakyat miskin, dia telah mengorbankan anak dan suaminya dengan mengabdi ke masyarakat. Dia adalah orang kafir, dia tidak percaya dengan Tuhan, Tuhan terasa dekat dengannya ketika dia benar-benar di ujung jeruji besi. Dia sudah menghanguskan ego besarnya dulu. Benar dia adalah kamu, dan kamu adalah dia. Terimakasih Sugi, kalian tidak akan pernah mati tua, bahagialah orang yang mati muda."

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun