Penggunaan kuota internet pun ikut melonjak tajam. Dalam sekali rapat virtual, bisa memakan waktu dua sampai tiga jam. Bahkan pernah sekali, rapatnya sampai hampir empat jam lamanya. Dan aku pun dibuat kaget ketika iseng mengecek sisa paket kuota yang di isi sehari sebelumnya. Hampir 3GB kuota yang terpakai, dada langsung nyesak rasanya.
Semakin sesak lagi karena nggak ada biaya ganti kuota dari kantor, ditambah gaji juga dipotong 35% sejak awal pandemi covid-19 baru masuk Indonesia. Duh... jadi curhat.
Menariknya, semakin kemari rutinitas baru secara virtual menjadi semakin diminati. Jika dulu hanya berlaku di kantor-kantor saja, kini dunianya para blogger yang doyan menulis pun melakukan hal yang sama.
Meski awalnya bekerja dari rumah disambut dengan antusias, kini menghabiskan waktu di rumah mulai terasa membosankan. Semakin jenuh lagi karena pada praktiknya ternyata lebih banyak hambatan. Di antaranya yang aku rasakan, pembantu yang sering pulang meski sudah diberi penjelasan panjang lebar. Dan yang tak terlupakan ketika di omeli oleh atasan.
Masalahnya gara-gara aku tidak tahu kalau kuota internetku sudah habis. Dan yang tersisa hanya kuota untuk youtube dan jarang terpakai.
Pagi itu, 10 Mei 2020, atasan meminta untuk dikirimkan file kerjaan via email dan kapasitasnya lumayan besar. Saat selesai mengirim file yang diminta, aku lupa mengkonfirmasi via WA dan kebetulan anak lagi rewel. Dan aku juga tidak tahu kalau kuota internetku sudah habis.
Siangnya aku baru sadar. Saat akan membuka media social lainnya, koneksi internet selalu gagar dan berakhir eror. Aku pun langsung mencari tahu sumber masalahnya, dan benar saja kuota habis adalah dalangnya.
Seketika aku langsung panik. Aku pun berpikir "bakalan kena marah atasan nih". Karena kuota internet habis dan otomatis nggak bisa mengisi kuota via mobile, aku pun buru-buru ke minimarket yang nggak jauh dari rumah kontrakan.
Setelah paket internet terisi dan langsung aku aktifkan smartphone, apa yang aku pikirkan benar kejadian. Pesan masuk pertama yang aku lihat adalah omelan atasan di kantor. Saat itu juga aku langsung menelpon atasan dan menjelaskan duduk perkaranya. Untuk saja atasan aku orangnya cepat paham.
Aku pun spontan mengoceh "Andai saja ada provider yang punya paket kuota tanpa dibagi-dibagi, kejadian seperti ini tidak akan terjadi".