Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menyukai hal-hal sederhana, suka ngopi, membaca dan sesekali meluangkan waktu untuk menulis. Kunjungi juga blog pribadi saya (www.arsitekmenulis.com) dan (http://ngeblog-yuk-di.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemuda, Jangan Malu Jadi Petani!

22 Mei 2019   23:30 Diperbarui: 22 Mei 2019   23:44 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fakultas Pertanian (Foto : www.faperba.ipb.ac.id)

Jangan malu punya cita-cita jadi petani. Karena petani adalah pahlawan kehidupan yang mendatangkan begitu banyak harapan di atas muka bumi yang terus berkelanjutan.

Regenerasi Petani, Perlukah?

Petani Muda (Foto : www.paktanidigital.com)
Petani Muda (Foto : www.paktanidigital.com)
Bagaimana menurut kamu, perlu atau tidak perlu? Kalau jawaban saya, ya. Kenapa? Karena jika tidak dilakukan regenerasi dari sekarang, beberapa tahun yang akan datang bukan tidak mungkin generasi penerus petani di Indonesia akan punah. Kok bisa!

Ya pasti bisa. Menurut data BPS, tenaga kerja di sektor pertanian setiap tahun mengalami trend penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2011, tenaga kerja di sektor ini kurang lebih tinggal 37 juta orang. Sedangkan di tahun 2019 ini jumlahnya semakin turun, yakni diperkirakan sisa 34 juta orang. Mirisnya lagi, kebanyakan pekerja tersebut ada di kelompok umur 60 tahun ke atas.

Lalu, apa solusi untuk mengatasi ancaman kepunahan tersebut? Jawabannya tak lain adalah "Regenerasi". Tanpa regenerasi, dikhawatirkan sektor pertanian akan semakin mengalami kemunduran. Bahkan bisa berakhir pada krisis pangan di masa depan.

Dalam melakukan regenerasi, hal yang perlu dilakukan adalah memetakan ketertarikan generasi muda pada pertanian sehingga saat menjadi petani kelak mereka tidak salah mengambil langkah dan keputusan untuk memajukan pertanian Indonesia. Disisi lain, pentingnya mengubah cara berpikir anak muda yang menganggap profesi petani itu tidak keren, kurang trendy dan tidak membanggakan. Apalagi sampai menganaktirikan bidang pertanian itu sendiri.

Sudah saatnya membuang paradigma bahwa bertani itu identik dengan pekerjaan yang menguras keringat, mencangkul di sawah, panas dibawah terik matahari dan melelahkan. Pertanian tidak selalu bercocok tanam di sawah. Saat ini usaha pertanian sudah banyak dikembangkan mulai dari pertanian organik hingga usaha tani non - tanah, seperti hydroponic dan aeroponic. Pertanian modern seperti inilah yang harus mulai diperkenalkan sebagai gaya hidup baru petani muda.

Tak hanyak anak muda, pikiran orangtua yang tidak ingin anaknya menjadi petani pun harus di ubah. Karena hal ini juga merupakan salah satu pemicu yang menjadikan generasi muda enggan bercita-cita jadi petani. Sudah saatnya orangtua mengajarkan anaknya untuk bertani dan memberikan support, bukan malah mengasingkannya dari lingkungannya sendiri.

Jadi, perlukah regenerasi itu?

Kampus Sebagai Tonggak Regenerasi Petani

Fakultas Pertanian (Foto : www.faperba.ipb.ac.id)
Fakultas Pertanian (Foto : www.faperba.ipb.ac.id)
Dua tahun silam, Presiden Joko Widodo sempat menyinggung masalah krisis regenerasi petani muda di Sidang Terbuka Dies Natalis IPB Ke-54. Sindiran yang dilemparkannya tak lepas dari kegelisahannya menatap pertanian Indonesia di masa mendatang. Jika kebanyakan lulusan perguruan tinggi berbasis ilmu pertanian di Indonesia bekerja di perbankan maupun bidang lain non pertanian. Lantas siapakah yang akan menjadi petani?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun