Jangan malu punya cita-cita jadi petani. Karena petani adalah pahlawan kehidupan yang mendatangkan begitu banyak harapan di atas muka bumi yang terus berkelanjutan.
Regenerasi Petani, Perlukah?
Ya pasti bisa. Menurut data BPS, tenaga kerja di sektor pertanian setiap tahun mengalami trend penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2011, tenaga kerja di sektor ini kurang lebih tinggal 37 juta orang. Sedangkan di tahun 2019 ini jumlahnya semakin turun, yakni diperkirakan sisa 34 juta orang. Mirisnya lagi, kebanyakan pekerja tersebut ada di kelompok umur 60 tahun ke atas.
Lalu, apa solusi untuk mengatasi ancaman kepunahan tersebut? Jawabannya tak lain adalah "Regenerasi". Tanpa regenerasi, dikhawatirkan sektor pertanian akan semakin mengalami kemunduran. Bahkan bisa berakhir pada krisis pangan di masa depan.
Dalam melakukan regenerasi, hal yang perlu dilakukan adalah memetakan ketertarikan generasi muda pada pertanian sehingga saat menjadi petani kelak mereka tidak salah mengambil langkah dan keputusan untuk memajukan pertanian Indonesia. Disisi lain, pentingnya mengubah cara berpikir anak muda yang menganggap profesi petani itu tidak keren, kurang trendy dan tidak membanggakan. Apalagi sampai menganaktirikan bidang pertanian itu sendiri.
Sudah saatnya membuang paradigma bahwa bertani itu identik dengan pekerjaan yang menguras keringat, mencangkul di sawah, panas dibawah terik matahari dan melelahkan. Pertanian tidak selalu bercocok tanam di sawah. Saat ini usaha pertanian sudah banyak dikembangkan mulai dari pertanian organik hingga usaha tani non - tanah, seperti hydroponic dan aeroponic. Pertanian modern seperti inilah yang harus mulai diperkenalkan sebagai gaya hidup baru petani muda.
Tak hanyak anak muda, pikiran orangtua yang tidak ingin anaknya menjadi petani pun harus di ubah. Karena hal ini juga merupakan salah satu pemicu yang menjadikan generasi muda enggan bercita-cita jadi petani. Sudah saatnya orangtua mengajarkan anaknya untuk bertani dan memberikan support, bukan malah mengasingkannya dari lingkungannya sendiri.
Jadi, perlukah regenerasi itu?
Kampus Sebagai Tonggak Regenerasi Petani