Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menyukai hal-hal sederhana, suka ngopi, membaca dan sesekali meluangkan waktu untuk menulis. Kunjungi juga blog pribadi saya (www.arsitekmenulis.com) dan (http://ngeblog-yuk-di.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cara Cerdas Mengelola Financial Ala Anak Rantau

4 September 2017   00:40 Diperbarui: 4 September 2017   01:24 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saatnya Cerdas Dalam Financial (www.event.kompasiana.com)

Bertaruh di tanah rantau membuatku untuk selalu berpikir kreatif agar bisa menaklukan kejamnya kehidupan. Dengan kekuatan finansial yang pas-pasan, sejak 9 tahun lalu atau tepatnya tahun 2008, aku mulai dihadapkan dengan kerasnya kehidupan di kota.

Di tahun itulah aku mulai belajar mandiri. Tidak ada lagi teriakan "pak atau ibu" ketika butuh bantuan, meminta uang jajan dan atau untuk pembeli bensin. Kebiasaan jajan pun perlahan-lahan mulai aku tinggalkan dan hanya jajan seperlunya saja. Termasuk juga kebiasan buruk lainnya selama di kampung satu persatu mulai di hilangkan.

Ada banyak cerita dibalik aku bertaruh selama kurang lebih 9 tahun di tanah rantau. Mulai dari cerita senang, sedih, susah dan lain sebagainya sudah aku lewati, bahkan masih berlanjut sampai sekarang. Tidak terkecuali cerita tentang kondisi financial yang selalu berbeda-beda setiap bulannya, dimana kadang cukup untuk biaya bulanan dan kadang juga ngepas bangad. Untungnya, selalu ada cara untuk mengatasi hal itu. Sehingga keuangan yang pas-pasan pun bisa jadi lebih dari cukup.

Begitulah anak rantau yang ngekost, selalu ada cara untuk menyiasati kondisi financial. Selalu ada ide untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Dan tak jarang ide itu selalu di tiru oleh penghuni lainnya juga. Yah, namanya juga anak kost, apapun dilakukan demi bisa bertahan hidup di tengah kerasnya persaingan di kota.

Nah, ngomongin tentang masalah finansial, aku jadi teringat akan tweet yang aku tulis kurang lebih sebulan yang lalu. Tweet itu sendiri aku tulis saat mengikuti nangkring bareng Kompasiana yang bekerja sama dengan salah satu penyedia asuransi. Isi tweet tersebut kurang lebih seperti dibawah ini :

"Mengelola keuangan untuk masa depan harus cermat, cerdas dan tentunya punya rencana yang pasti"

Tweet yang sederhanakan bukan? Namun dalam prakteknya tidaklah sesederhana itu. Kenapa? Karena dalam prakteknya banyak juga yang gagal melakukannya. Penyebabnya pun beragam, mulai dari kebutuhan dan gaya hidup yang konsumtif, banyak hutang dan janji, pajak yang sering telat dibayar, dan lain sebagainya.

Alhasil, mimpi untuk menciptakan hari tua yang menyenangkan menjadi buyar. Dan mimpi tinggallah mimpi. Alih-alih ingin meninggalkan cerita yang indah, yang terjadi malah sebaliknya. Bukan cerita indah yang di dapatkan oleh keluarga, tapi malah derita tiada akhir.

Berkaca dari hal itu, aku pun tidak mau hal yang sama terjadi pada keluargaku. Baik itu dimasa sekarang maupun dimasa mendatang. Lalu bagaimana caraku mengelola financial. Temukan jawabannya dibawah ini.

Merencanakan Keuangan Sejak Dini

Hal pertama yang harus aku lakukan adalah merencanakan semuanya sejak dini, termasuk dalam mengelola financial. Untuk itu, aku memilih menabung sebagai pilihan pertama. Menabung yang aku maksud disini bukanlah menabung dicelengan ayam pakai uang logam seperti masa kecil dulu. Akan tetapi yang aku maksud adalah menabung di bank.

Ya, menabung di bank. Itulah langkah awal dalam mengelola financial yang aku miliki. Dalam menabung di bank, aku tidak sembarang juga loh melakukannya. Aku harus memastikan terlebih dahulu apakah bank tersebut di jamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Hal itu demi memastikan uang yang aku tabung dikemudian hari tetap aman jika sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

Jangankan saya, siapapun pasti tidak ingin jerih payahnya yang ditabung di bank hilang tanpa jejak saat terjadi sesuatu diluar prediksi. Setuju nggak? Pasti setuju donk.

Disinilah LPS berperan jika suatu saat nanti ada hal-hal yang tidak di inginkan terjadi. Yang pasti tabungan kamu akan terjamin keamanannya dan tidak berkurang sepersen pun. Semua pasti mau kan menabung di bank seperti saya. Daripada uangnya di taruh dibawah bantal, dalam laci meja atau dalam lemari, dimana keamanannya tidak terjamin, entah itu kecurian atau habis di gigit rayap, mending di simpan di bank aja. Ya nggak?

Kenapa Harus di Bank?

Mungkin masih ada yang berpikiran kolot alias ndesoakan hal ini. Tapi bagi saya, menabung di bank ada banyak manfaat yang bisa di raih. Yang utama tentu saja masalah keamanan, setelah itu dijamin uang tidak akan dimakan rayap. Dalam jumlah tertentu sesuai aturan bank dimana uang ditabung, pasti akan mendapatkan bunga. Disisi lain, perasaan menjadi tenang karena uang disimpan oleh lembaga yang bisa dipercaya dan memperoleh izin serta diawasi oleh pemerintah dalam pengelolaannya.

Tak Cuma itu saja, kalaupun bank tempat menabung terjadi kebangkrutan atau dicabut izin usahanya oleh otoritas, maka uang yang simpan masih tetap dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Bagaimana, masih mau bertanya : "Kenapa harus di simpan di bank?"

Saya yakin jawabannya di atas sudah lebih dari cukup.

Alasan Lain Kenapa Saya Memilih Bank

Selain beberapa alasan di atas, saya juga punya alasan lainnya kenapa memilih bank? Pertama, dengan menyimpan uang di bank, saya bisa mengontrol pemasukan dan pengeluaran setiap harinya. Bagaimana cara? Jawabannya adalah memanfaatkan kartu ATM dari bank tempat saya menyimpan uang. Lewat kartu ATM tersebut, saya bisa mengontrol pengeluaran setiap harinya dan saya pun jadi tahu uang tersebut saya gunakan untuk apa saja.

Kedua, dalam melakukan transfer atau pengiriman entah itu buat adik atau orangtua, saya tidak perlu lagi capek-capek membawa segepok uang. Saya hanya perlu membawa buku tabungan saat ke bank untuk melakukan transfer, atau melakukannya lewat ATM yang tersedia dan semua itu dijamin keamanannya.

Bahkan untuk urusan masa depan bersama calon istri pun saya lebih memilih menabung di bank. Dan bank yang kami pilih tentu saja terdaftar di LPS. Yang artinya untuk urusan masa depan pun saya tidak jadi was-was lagi. Hehehe...

Bagaimana dengan kamu?

Apa Itu LPS?

Pasti dari tadi ada yang bertanya-tanya apa itu LPS? Iya kan, hayo ngaku? Tenang, jangan takut. Akan saya jelaskan dibawah ini apa itu LPS.

LPS hadir di Indonesia sejak tahun 2005 untuk memberikan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. Saat ini, semua bank yang beroperasi di Indonesia telah menjadi peserta penjaminan LPS, baik bank konvensional maupun bank syariah.

Nilai simpanan yang dijamin oleh LPS maksimal sebesar Rp 2 Miliar per nasabah per bank. Simpanan yang dibayar tentu saja adalah simpanan yang memenuhi "syarat layak bayar" penjaminan dengan ketentuan yang dikenal dengan "3T", yaitu:

  • Tercatat dalam pembukuan bank,
  • Tingkat Bunga yang diperoleh tidak melebihi bunga yang ditentukan LPS (pembatasan bunga tidak berlaku untuk simpanan di Bank Syariah),
  • Tidak ikut menyebabkan bank menjadi gagal (misalnya memiliki kredit macet).

Adapun simpanan yang dijamin adalah tabungan, deposito, giro dan jenis simpanan lain yang dipersamakan dengan jenis-jenis simpanan yang disebutkan sebelumnya, termasuk juga untuk produk-produk simpanan dari bank syariah.

Apabila Anda ingin simpananannya dijamin oleh LPS berikut langkah-langkahnya:

  1. Memeriksa saldo tabungan kita di bank (rekonsiliasi) dengan cara mencetak buku tabungan secara periodik (misal: sebulan sekali), hal tersebut juga dapat mengurangi kemungkinan ketidakcocokan catatan kita dengan bank.
  2. Cek bunga LPS di www.lps.go.id dan di bank, selanjutnya minta ke bank agar bunga yang diberikan tidak melebihi bunga penjaminan LPS.
  3. Tidak punya kredit macet, dengan cara lunasilah kewajiban tepat waktu.

Dalam hal terdapat bank gagal yang dicabut izin usahanya, LPS akan melakukan rekonsiliasi dan verifikasi untuk menentukan simpanan yang layak dibayar dan simpanan tidak layak dibayar. Penetapan hasil rekonsiliasi dan verifikasi dilakukan secara bertahap dan paling lama 90 hari kerja sejak bank dicabut izin usahanya.

Pembayaran klaim penjaminan oleh LPS kepada nasabah juga dilakukan secara bertahap sesuai dengan penetapan hasil rekonsiliasi dan verifikasi. Pembayaran tahap pertama dilakukan 5 hari kerja sejak rekonsiliasi dan verifikasi dimulai. LPS melakukan pembayaran klaim penjaminan kepada nasabah melalui bank pembayar.

Nasabah diberikan waktu untuk mengajukan klaim penjaminan selama 5 tahun sejak bank dicabut izin usahanya. Untuk mengajukan/mencairkan klaim penjaminannya, nasabah harus membawa bukti kepemilikan simpanan (misalnya buku tabungan atau bilyet deposito) serta kartu identitas diri.

Simpanan uang dapat diibaratkan sebagai pelampung pada sebuah kapal, yang baru terlihat manfaatnya ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Bagaimana, sudah siap untuk menyimpan uangmu pada lembaga perbankan yang dijamin oleh LPS.

BTN Antara, 2 September 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun