Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menyukai hal-hal sederhana, suka ngopi, membaca dan sesekali meluangkan waktu untuk menulis. Kunjungi juga blog pribadi saya (www.arsitekmenulis.com) dan (http://ngeblog-yuk-di.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengubah Hobi Menjadi Profesi

22 Februari 2016   10:19 Diperbarui: 22 Februari 2016   10:44 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pasti punya hobi atau kegemaran masing-masing, apa pun itu. Entah hobinya suka mengurung diri di rumah atau kata lainnya sudah kaya anak mami saja, hobi keluyuran malam hari sampai-sampai di juluki manusia kelelawar alias “BATMAN”, hobi ngerjain orang alias usil, hobi jalan-jalan demi melihat pemandangan yang indah-indah, hobi motret, melukis, menggambar, atau mungkin ada juga yang hobinya kelayapan mulu karena memang udah dari sononya nggak bisa diem.

Jika diperhatikan dengan seksama dan semenjak teknologi beralih ke dunia digital, kebanyakan teman-teman dan juga orang lain di sekeliling kita mulai menghabiskan waktunya untuk menekuni hobi yang di miliki. Bahkan bisa dibilang tidak sedikit yang rela mengorbankan segalanya untuk menjalani hobi tersebut.

Sebut saja salah satu contohnya hobi “Menulis”.

Dulu... (deh, udah kaya lahir dijaman penjajahan aja) untuk menulis saja orang masih bingung harus menggunakan media apa. Di jamannya penulis terkenal seperti “Buya Hamka” saja masih menggunakan mesin tik. Gak kebayangkan bagaimana gempornya jari setiap kali menulis naskah untuk di terbitkan dalam bentuk buku nantinya. Jangankan untuk membayangkan jaman dulu, waktu aku masuk lab saja beberapa tahun lalu jari-jari ini rasanya udah kaya ibu jari semua. Ketika itu laporan lab yang sebelumnya di tulis tangan, harus di pindahkan lagi dengan membuat laporan baru dan itu wajib di tulis dengan menggunakan mesin ketik. Totalnya ada 8 percobaan dan jika dikumpul semuanya, tebalnya lebih 250 halaman.

Kembali ke topik mengenai hobi.

Selain hobi menulis, masih banyak juga hobi lain yang dijalani setiap individu tentunya. Misalnya jadi kolektor barang-barang antik. Demi barang incaran, tentunya sang kolek rela mengeluarkan modal yang gede untuk memuaskan hobinya tersebut. Atau hobinya suka jalan-jalan, seperti ala-ala backpakcer gitu. Pastinya yang memiliki hobi tersebut rela bersusah-susah dan sebagainya demi bisa mewujudkan impiannya untuk mengunjungi daerah yang di impikan atau menurutnya menarik untuk dikunjungi. Dan masih banyak lagi hobi lainnya yang tidak mungkin aku sebut satu persatu.

Lalu muncul sebuah pertanyaan, kenapa gak dijadikan sebagai profesi aja tuh hobi? Kan seru tuh, dari yang awalnya hobi menjadi profesi dan gak menutup kemungkinan di masa mendatang bakalan menjadi sesuatu yang menghasilkan. Ya nggak!

Tapi sebelum jauh melangkah dan mengubah hobi menjadi sebuah profesi, ada baiknya simak dulu beberapa pertanyaan di bawah ini. Kan gak asyik pas ditengah jalan profesi yang berawal dari hobi tersebut mendadak terhenti, karena ngejalaninnya sedikit berbeda saat masih menjadi sebuah hobi.

Seberapa Serius Kamu Menekuni Hobimu?

Kok pertanyaannya kaya jebakan “Batman” ya? Gak ngejebak kok, cuma mau memastikan saja. Mengapa? Karena gak semua orang menjalankan hobinya dengan serius alias setengah-setengah dan udah banyak bukti kok. Kenapa bisa? Karena tak sedikit yang memiliki hobi musiman, atau dalam bahasa kampungnya sekadar ikut-ikutan aja berhubung lagi nge-trend. Giliran trend tersebut atau musimnya lewat, hobi juga jadi ikutan berlalu seperti angin sepoi-sepoi menerpa di pagi buta.

Tapi ada juga loh... yang berhenti di tengah musim. Padahal orang lain masih panas-panasnya dan semangat 45 bak pejuang jaman dulu. Mau tahu seperti apa itu, nih aku kasih sekilas contohnya dibawah ini. Di simak ya!

“Aku punya seorang teman yang setiap kali aku pancing tentang dunia menulis, semangatnya udah kaya pejuang jaman dulu. Aku sendiri yang udah setahun ngeblog kalah sama semangatnya. Bahkan khayalannya setinggi langit ke tujuh, udah bayangin nerbitin buku dan segala macam. Eh... giliran di ajak mulai menulis malah bilang entarlah, nggak tau harus memulai dari manalah, nggak ada waktulah, nggak punya moodlah. Pokoknya ada-ada aja alasan yang di utarakan, malah maunya orang lain yang menulis terus dia yang bercerita. Lah... biji mana kalau kaya gitu. Yang ada bukan cape deh, tapi tape deh!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun