Bahagia itu sederhana, bahkan kita sendiri bisa menciptakannya. Malah gak selamanya harus mengeluarkan budget yang mahal atau sampai menguras isi kantong seperti yang kebanyakan dilakukan oleh orang-orang berduit. Masih banyak cara yang bisa kita lakukan untuk memperoleh kebahagaian itu sendiri. Entah saat bersama keluarga, teman, pasangan/kekasih, atau dengan siapa saja yang kita temui.
Â
Jangankan bersama orang lain, saat sendiri pun kebahagiaan itu masih bisa kita dapatkan. Lebih-lebih lagi sudah memasuki era modern ini, di mana kebahagiaan itu sendiri semakin mudah lagi untuk di dapatkan. Tak hanya mudah, bahkan setiap momen yang dilalui bisa kita di abadikan dengan harapan suatu saat nanti akan menjadi pengingat dan bukti pelengkap ketika kita akan menceritakan kembali momen yang telah dilalui kepada orang lain.
Â
Â
Â
Saat Berada di Tangga Pelataran Monas, Dok. Pribadi
Â
Sebut saja salah satunya melalui selfie atau welfie. Di mana setiap kali ada momen spesial, tanpa menunggu waktu lama langsung di abadikan (jepret) dengan kamera yang kita miliki, seperti kamera pocket atau kamera smartphone. Entah itu saat sendiri, bersama keluarga, kekasih, sahabat atau orang lain. Salah satunya seperti yang pernah aku alami beberapa tahun lalu yang akan aku ceritakan dalam kesempatan kali ini.
Â
Â
***
Â
Akhir Maret tahun 2012, aku menyempatkan diri untuk berlibur ke ibu kota negeri ini. Gak terasa, hari ini sudah memasuki tahun kedua waktu itu berlalu. Selama di sana, banyak pengalaman yang aku lalui. Semuanya masih tersimpan dengan rapi dalam memory ini dan setiap kali aku mengingatnya, membuatku rindu akan masa-masa tersebut. Entah kapan lagi diri ini akan menginjakkan kaki di kota megapolitan tersebut. Kota yang terkenal dengan kehidupannya yang begitu keras.
Â
Â
Namun entah kenapa, hampir setiap orang selalu ingin mengunjungi ibu kota Indonesia tersebut. Seperti ada sebuah magnet besar yang menarik semua orang untuk menginjakkan kaki di sana. Bahkan kehidupannya yang dikenal keras seakan menjadi sebuah daya tarik tersendiri, baik bagi orang-orang di sekitar daerah tersebut maupun yang berasal dari daerah lain. Aku sendiri merasakan hal demikian dan menjadikannya sebagai sebuah tantangan yang patut untuk di coba. Entah bagaimana dengan orang lain yang memiliki hasrat besar untuk bisa menginjakkan kaki di ibu kota negara tersebut.
Â
Â
Waktu itu, aku sama sekali tidak mengenal seluk beluk Jakarta. Bagiku, menginjakkan kaki di kota megapolitan tersebut merupakan pengalaman yang baru. Namun satu yang pasti, aku harus bisa menyesuaikan diri secepatnya dengan suasana kota di mana aku berada. Sebagai orang baru, aku pun memulai petualangan dan mencoba menyelami kehidupan kota yang juga terkenal akan kesibukannya. Saking sibuknya, aktivitas yang terjadi saat siang dan malam seperti gak ada bedanya.
Â
Â
Selama dua minggu di Jakarta, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi banyak tempat. Bagiku, sangat disayangkan bila waktu yang ada tidak digunakan dengan sebaik mungkin. Salah satu tempat yang sempat aku kunjungi adalah Monumen Nasional. Monumen yang dibangun untuk dijadikan icon Indonesia dan saat ini menjadi salah tempat wisata yang sering dikunjungi warga Jakarta.
Â
Â
Â
Foto ini di ambil di ketinggian 115 meter, Dok. Pribadi
Â
Sebagai wisatawan, aku pun tidak menyia-nyiakan keindahan Monumen Nasional serta pemandangan di sekitarnya yang dipenuhi taman dan pepohonan yang menghijau. Aku juga tidak mau kalah dengan wisatawan lainnya ketika menyusuri setiap lorong yang ada di dalam Monas. Mulai dari pelataran sampai ke dalam monumen di mana terdapat berbagai lukisan yang menggambarkan sejarah perjuangan rakyat Indonesia. Tak lupa pula mengabadikan setiap momen yang aku lewati ke dalam kamera yang kubawa.
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Masih di Puncak Monas, Dok. Pribadi
Â
Setelah puas menikmati keindahan yang ada di dalam Monas, aku pun bergegas menuju pelataran atas di mana lift menuju puncak Monas berada. Sambil menunggu antrian, aku menyempatkan diri untuk menikmati makanan ringan yang aku bawa. Gak berselang lama, aku pun mendapatkan giliran untuk menuju puncak Monas. Sesampainya di atas aku pun tak menyia-nyiakan kesempatan yang langka tersebut. Segera saja aku menyewa koin yang di khususkan untuk pengguna teropong atau periskop.
Â
Â
Â
Sambil Menunggu Antrian, Dok. Pribadi
Â
Dengan menggunakan teropong atau periskop, aku bisa menyaksikan pemandangan kota Jakarta dari ketinggian 115 meter. Sensasi yang di dapatkan pun berbeda bila dibandingkan dengan melihat biasa tanpa menggunakan periskop. Dari ketinggian tersebut, semua yang berada di bawah Monas terlihat seperti miniatur. Sambil menikmati pemandangan kota Jakarta, aku juga menyempatkan untuk mengabadikan keindahannya dari segala arah.
Â
Itulah ceritaku di balik keindahan Monas ketika sempat mengunjungi Jakarta bulan Maret sampai April tahun 2012.
Â
Â
Makassar, 7 Juni 2015
Â
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI