Sebelum melangkah jauh untuk berbagi pengalaman tentang jasa pengiriman, tidak ada salahnya jika terlebih dahulu saya mengucapkan selamat ulang tahun untuk JNE yang ke 24. Semoga di usianya yang sudah lebih dua dekade ini semakin setia melayani dan memberikan yang terbaik untuk negeri, khususnya kepada pengguna jasa JNE.
Ngomongin soal jasa pengiriman, entah itu via POS, TIKI ataupun JNE merupakan hal yang baru bagi saya. Dalam pikiran saya, kesemuanya masih merupakan sebuah tanda tanya besar! Loh... kok bisa. Yah... begitulah orang kampung dari daerah terpencil ketika menginjakkan kaki di kota. Lebih banyak katronya daripada tahunya, hehehe...
Apa yang saya lalui di tahun pertama seakan seperti orang yang bermimpi. Sesuatu yang dulunya hanya ada dalam angan-angan, kini bisa saya rasakan dan senangnya gak ketulungan. Namun ada sedikit perasaan sedih juga, karena impian saya adalah kuliah di Jogja dan bisa merasakan daerah yang di sebut Kota Budaya nan tenteram seperti yang di ceritakan kakak saya.
Meskipun impian saya belum terpenuhi, saya tidak terlalu kecewa karena di tempat sekarang ini banyak pengalaman yang telah saya lalui. Salah satunya pengalaman menggunakan jasa pengiriman. Dan ceritanya kurang lebih seperti di bawah ini.
Pengalaman Pertama Dengan Jasa Pengiriman POS
Awal mula mengenal jasa pengiriman adalah pada awal tahun 2009, saat kakak saya di kampung meminta mengirimkan contoh-contoh gambar rumah. Maklum kebetulan saya ngambil kuliah di Jurusan Teknik Arsitektur. Setelah contoh gambar rumah terkumpul dan sudah selesai di print, saya pun mencari informasi ke teman-teman siapa tahu ada keluarganya yang datang dan dalam waktu dekat akan balik kampung. Namun usaha saya gagal, ternyata tidak ada satu pun sanak saudara dari teman-teman yang datang berkunjung.
Dengan perasaan kebingunan, saya pun tetap berpikir bagaimana caranya mengirim gambar yang sudah di print. Di saat yang sama pula saya berkunjung ke rumah kontrakan tetangga yang kuliahnya di kota yang sama dengan saya. Di situ pulalah salah satu teman (senior) memberikan saran agar saya menggunakan jasa pengiriman (POS). Namun masih tetap dilanda kebingungan juga karena tempat pengiriman yang disarankan saya tidak tahu lokasinya. Benar-benar kebangatan deh plus katro juga, yang begitu aja saya gak tahu. Hehehe...
Untung saja senior tersebut mau mengantarkan ke tempat jasa pengiriman yang disarankan. Namun... baru sampai di pintu masuk sudah ditanya : “apa isi paketnya yang mau di kirim”. Dengan polos saya pun menjawab : “mau kirim gambar Bu (kebetulan pegewainya saat itu ibu-ibu)”. Dan jawaban selanjutnya dari ibu tersebut : “maaf kami tidak menerima paket kiriman yang bersifat rahasia/penting”. Dan yang buat saya semakin kesal adalah mimik muka ibu tersebut yang seakan tidak suka dengan kedatangan saya. Apa karena muka saya jelek ya ampe segitunya tuh ibu-ibu pegawainya ngeliat saya. Dengan perasaan galau dan tertunduk lesu saya pun keluar dan pulang.
Namun saya tetap semangat, keesokan harinya saya kembali lagi ke tempat POS tersebut. Saat di tanya seperti hari sebelumnya, dengan agak sedikit berbohong saya pun menjawab : “cuma berkas biasa ko bu dan tidak ada yang penting atau bersifat rahasia”. Saya kembali kesitu karena hanya itu jasa pengiriman yang saya tahu saat itu. Dan kekecewaan pun berlanjut, karena barang yang dikirim lebih dari seminggu baru sampai di tempat tujuan.
Pengalaman Kedua Melalui TIKI
Pengalaman kedua ini tepatnya tahun 2010 pertengahan. Dengan berbekal pengalaman di tahun sebelumnya, saya pun di sarankan untuk mencoba jasa pengiriman lainnya. Saat itu pilihan antara TIKI dan JNE. Saya pun hanya meminta yang lokasi terdekat saja dulu, nanti kalau di tolak baru ke pengiriman yang satunya.
Waktu itu, saya akan mengirim barang ke dua tempat berbeda. Paket pertama adalah oleh-oleh dari Tana Toraja yang saya beli akhir tahun 2009 saat studi tour. Dan paket kedua adalah Handphone ke Bau-Bau yang baru selesai di servis di Surabaya saat saya berlibur disana selama tiga bulan. Dengan semangat dan perasaan senang, saya pun menuju lokasi jasa pengiriman yang tunjukkan.
Sesampainya di tempat yang dituju, sambutan dari pegawainya lumayan dari pengalaman saya tahun sebelumnya. Seperti biasa pertanyaan pertama, yaitu ‘apa isi paketnya dan kemana tujuannya”. Saya pun menjawab : “paket pertama yang isinya oleh-oleh tujuannya ke depok, sedangkan paket paket kedua isinya Handphone dengan tujuan Bau-Bau”.
Untuk paket pertama alhamdulillah diterima, akan tetapi untuk paket kedua ditolak dengan alasan di tempat tersebut belum bisa menerima kiriman barang elektronik. Dengan agak sedikit lesu, saya pun membayar paket pengiriman pertama sebelum pulang. Dan alhamdulillah paket pertama, hanya dalam dua hari sudah sampai tujuan.
Berakhir di JNE
Kali ini barang yang akan saya kirim adalah barang elektronik (HP), tepatnya tahun lalu. Setelah ditetapkan sebagai salah satu pemenang lomba “Makanan Tradisional” yang di adakan oleh Kemenparekraf, saya pun menyuruh doi yang ada di Depok untuk datang mengambil hadiah di kantor Kompas Gramedia tempat Kompasiana bernaung. Namun, lagi-lagi alasannya karena dia tidak tahu tempatnya, padahal hadiah tersebut untuk dia sebagai hadiah pengganti ulang tahun.
Mengingat alasan tersebut dan memang doi tidak terlalu hafal daerah Jakarta, saya pun mengirim pesan balasan kembali ke pihak Kompasiana agar barangnya di kirimkan saja ke Makassar. Setelah menunggu sesuai prosedur, kurang lebih dua minggu kemudian barangnya telah sampai ke alamat tempat saya ngekost.
Sesuai dengan janji saya sebelumnya bahwa jika saya menang dalam lomba menulis dan mendapatkan hadiah Handphone, maka hadiah tersebut untuk si doi sebagai hadiah ulang tahun dan pengganti HPnya yang rusak.
Lagi-lagi dengan berbekal pengalaman sebelumnya, kali ini saya mencoba jasa pengiriman yang merupakan opsi terakhir. Jujur saja, apa yang saya alami di pengalaman sebelumnya akan selalu tetap saya ingat dan pertimbangkan untuk mencoba jasa pengiriman lainnya yang mungkin bisa memberikan pelayanan sesuai dengan yang saya harapkan.
Setelah membungkus paket yang akan saya kirim, saya pun menuju kantor JNE yang biasa saya lewati saat pulang dari tempat Kerja Praktek di tahun yang sama saat mengikuti lomba “Makanan Tradisional”. Sesampainya di tempat yang dituju, perasaan saya deg-degan dan was-was. Akankah ditolak lagi paket elektronik yang akan saya kirim atau senyum kecut lagi yang akan saya dapatkan? Entahlah... saya harus tetap mencoba. Itulah yang ada dalam pikiran saya saat itu.
Namun... apa yang saya pikirkan diluar dugaan dan yang terjadi malah sebaliknya. Si mba pegawainya dengan lembut bertanya “mau kirim paket apa mas” dan saya pun menjawab : “mau kirim paket elektronik, bisa apa gak mba”. Dan jawaban dari pegawainya “bisa mas”. Alangkah senang hatiku, paket untuk doi bisa terkirim. Selain itu pegawainya dengan lembut memberikan formulir yang akan di isi dan bertanya “maaf mas barang yang dikirim boleh diperiksa”. Saya pun bertanya balik “maksudnya mba”.
Dengan bahasa yang lembut pegawai tersebut menjelaskan hal itu dilakukan karena ditakutkan jangan sampai barang yang diterima ditempat tujuan berbeda dengan barang awal yang dibawa sang pengirim saat ke tempat jasa pengiriman (JNE). Ini juga karena seiring banyaknya komplain dari pengguna jasa pengiriman (JNE) dan demi meningkatkan pelayanan terhadap pengguna JNE.
Setelah mendengarkan penjelasan tersebut, saya pun memercayakan barang yang saya kirim Insya Allah sampai ke tempat tujuan sesuai dengan yang sebelumnya, tanpa perlu di buka lagi dosnya yang masih ori. Terakhir, sang pegawai menawarkan agar barangnya di paket (dibungkus kayu agar aman). Namun akan dikenakan biaya tambahan. Karena pelayanan yang saya dapatkan dari pegawai tersebut sangat memuaskan dan sesuai dengan apa yang saya harapkan, saya pun tidak keberatan dengan tawaran tersebut.
Kurang lebih seperti itulah pengalamanku menggunakan jasa pengiriman. Terima kasih untuk JNE yang telah memberikan pelayanan sangat menyenangkan dan sesuai dengan yang saya harapkan selama ini.
Semoga JNE semakin setia melayani pelanggan dan setiap kritikan serta masukan dari pelanggan yang komplain dijadikan refensi untuk lebih baik lagi ke depannya. Sekali lagi saya ucapkan selamat ulang tahun yang ke 24 untuk JNE.
Makassar, 15 November 2014
By Arif Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H