Cita – citaÂ
Setelah punya rumah, apa cita-citamu?
Kecil saja: ingin sampai rumah
saat senja supaya saya dan senja sempat
minum teh bersama di depan jendela.
Ah, cita-cita. Makin hari kesibukan
makin bertumpuk, uang makin banyak
maunya, jalanan macet, akhirnya
pulang terlambat. Seperti turis lokal saja,
singgah menginap di rumah sendiri
buat sekedar melepas penat.
Terberkatilah waktu yang dengan tekun
dan sabar membangun sengkarut tubuhku
menjadi rumah besar yang ditunggui
seorang ibu. Ibu waktu berbisik mesra,
"Sudah kubuatkan sarang senja
di bujur barat tubuhmu. Senja sedang
berhangat-hangat di dalam sarangnya."
Puisi Joko Pinurbo ini menceritakan mengenai cita-cita yang selama ini ingin dia wujudkan. Dalan bait pertama dijelaskan bahwa setelah dia memiliki rumah, dia bercita-cita untuk sampai ke rumah ketika senja. Tujuannya adalah supaya ia dapat menikmati senja sambil meminum teh di depan jendela.
Namun pada bait kedua dijelaskan, semakin hari dia semakin sibuk karena ia sudah memiliki banyak uang yang dihasilkan dari pekerjaannya. Setiap pulang kerja ia harus merasakan jalanan yang macet, sehingga ia sering pulang terlambat. Ia merasa seperti turis lokal yang hanya singgah di rumah sendiri hanya untuk melepaskan penat. Maksud dari turis lokal adalah ia merasa seperti pengunjung karena ia sangat jarang pulang ke rumahnya.
Pada bait ketiga ini menceritakan bahwa ia sudah menyiapkan waktu dengan tekun dan sabar untuk mewujudkan cita-citanya itu yaitu menikmati senja di rumahnya. Yang dimaksud dengan rumah besar adalah sang penuli sedangkan yang dimaksud ibu adalah suasana rumahnya di waktu senja. Lalu sang ibu seperti mengatakan bahwa ia sudah menyiapkan senja yang sudah ia cita-citakan sejak lama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H