Mohon tunggu...
Ariel Cheva Yoyada
Ariel Cheva Yoyada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya adalah mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Kesadaran Literasi Digital dalam Menghadapi Penyebaran Hoaks di Media Sosial di Kalangan Remaja

10 November 2024   10:52 Diperbarui: 10 November 2024   10:54 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan 

Pada era digitalisasi saat ini media sosial memiliki peran yang sangatlah penting bagi kehidupan masyarakat atau para pengguna media sosial. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat dan signifikan dalam beberapa dekade terakhir telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap cara berinteraksi dan memperoleh informasi, terutama di kalangan remaja. Salah satu platform yang paling berpengaruh adalah media sosial, yang menyediakan ruang bagi pengguna untuk berbagi informasi secara cepat, efektif dan efisien. Namun, penggunaan media sosial yang tidak diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang memadai dapat mengakibatkan penyebaran informasi yang salah atau hoaks. Hoaks yang menyebar di media sosial dapat merambat dan tersebar dengan cepat dan dapat menimbulkan kebingungan, merusak reputasi atau citra seorang individu, bahkan mempengaruhi keputusan sosial dan politik seorang individu. Oleh karena itu, membangun kesadaran literasi digital di kalangan remaja menjadi langkah yang sangat krusial dalam menghadapi penyebaran hoaks di media sosial.

Sc: Kompas.com 
Sc: Kompas.com 

Penyebaran Hoaks di Media Sosial

Disinformasi dan malinformasi yang dikenal juga sebagai  hoaks (hoax). Hoaks merupakan informasi atau berita yang berisi hal-hal yang belum pasti atau yang benar-benar bukan fakta (Juditha, 2018). Hoaks atau informasi palsu adalah berita atau klaim yang sengaja dibuat-buat untuk menipu atau memanipulasi penerimanya. Saya mengutip dari jurnal penelitian Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sekitar 92,4% berita hoaks disebarkan melalui media sosial, diikuti oleh aplikasi pesan dengan 62,8%. Di era digital, hoaks sering kali menyebar melalui media sosial dengan  sangat cepat. Hoaks dapat berupa berita palsu, gambar atau video yang diedit, hingga informasi yang sengaja dibentuk untuk memantik ketakutan atau kebencian. Remaja, sebagai pengguna aktif media sosial rentan terhadap hoaks karena mereka cenderung memiliki sifat yang eksploratif, selalu ingin tahu, rentan untuk terprovokasi, dan cenderung menerima begitu saja isi media, mereka berbagi informasi tanpa memverifikasi kebenarannya terlebih dahulu. Keinginan untuk mendapatkan sebuah validasi atau perhatian di media sosial membuat remaja lebih mudah terjebak dalam penyebaran hoaks. Dalam penelitiannya Budimansyah (2017), penyebaran berita hoaks di Indonesia meningkat seiring dengan popularitas media sosial. Fenomena tersebut bisa terjadi disebabkan karena mencuatnya sebuah berita atau kabar yang sedang happening (viral) sehingga menjadi sebuah trending topik yang dimana hal tersebut menarik perhatian para remaja sehingga muncul istilah yang dinamakan FOMO (ketakutan untuk ketinggalan tren tertentu). Penelitian Indeks Literasi Digital 2022 yang dirilis oleh Indonesia Indicators menunjukkan bahwa sangat disayangkan mayoritas remaja Indonesia memiliki tingkat literasi digital yang cukup rendah, yang dimana mayoritas dari mereka belum memiliki kemampuan untuk menilai kebenaran atau validitas informasi yang mereka terima secara online. Survei ini mencatat bahwa sekitar 60-70% remaja tidak memiliki kemampuan untuk mengkritisi dan mengevaluasi sebuah sumber informasi.

Pentingnya Literasi Digital

Literasi digital merupakan ability atau kemampuan seorang individu untuk mencari, memahami, mengevaluasi, dan menggunakan secara sistematis informasi yang ada di dunia digital secara efektif dan etis. Literasi digital bukan hanya sekedar kemampuan teknis untuk menggunakan perangkat digital, tetapi juga kemampuan untuk mengkritisi dan menganalisis informasi dan fenomena yang beredar. Dalam konteks ini, literasi digital memainkan peran penting dalam mengidentifikasi dan melawan hoaks yang beredar di media sosial. Remaja perlu diajak untuk mengkritisi suatu fenomena atau informasi yang mereka terima, memverifikasi kebenaran sumber, dan memahami dampak dari menyebarkan informasi yang belum terverifikasi.

Strategi Membangun Kesadaran Literasi Digital di Kalangan Remaja

Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk membangun kesadaran literasi digital di kalangan remaja:

1.Pendidikan dan Pelatihan

Sekolah dan lembaga pendidikan dapat memainkan peran penting dalam upaya meningkatkan literasi digital di kalangan remaja. Program pelatihan tentang cara mengenali hoaks dan pentingnya verifikasi informasi harus dimasukkan dalam kurikulum. Selain itu, seminar atau workshop mengenai literasi digital bisa diadakan untuk memperkenalkan remaja pada keterampilan kritis dalam menghadapi informasi yang tidak jelas.

2. Kampanye Sosial dan Media  

Pemerintah, organisasi non-pemerintah (NGO), dan perusahaan teknologi bisa bekerja sama untuk melakukan kampanye kesadaran tentang pentingnya literasi digital dan bahaya hoaks. Kampanye ini bisa menggunakan platform media sosial yang banyak diakses oleh remaja, sehingga pesan dapat disampaikan secara langsung. Dan memberikan perhatian yang lebih terhadap situs atau berita yang diakses para remaja 

3. Penerapan Teknologi untuk Memerangi Hoaks

Aplikasi dan alat digital seperti browser extension yang dapat memverifikasi fakta atau aplikasi pengecekan kebenaran berita dapat diintegrasikan dalam kehidupan remaja untuk memudahkan mereka dalam mengidentifikasi hoaks. Teknologi semacam ini dapat membantu remaja untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial.

Kesimpulan

Penyebaran hoaks di media sosial merupakan ancaman serius bagi masyarakat, khususnya bagi para remaja tersendiri yang sangat bergantung pada platform tersebut untuk mendapatkan informasi. Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran literasi digital di kalangan remaja adalah langkah utama dan penting dalam menghadapi tantangan ini. Dengan kemampuan literasi digital yang baik, remaja dapat lebih kritis dalam menyaring informasi, menghindari hoaks, dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyebaran informasi palsu. Pendekatan melalui pendidikan, kampanye sosial, serta pemanfaatan teknologi menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan aman. Dan selalu ingat saring dahulu 

sebelum sharing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun