Mohon tunggu...
Abah Iqbal
Abah Iqbal Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta, tepat tatkala mentari berkalang rembulan. Bergelar Abah bukan karena ahli agama atau orang alim, melainkan menjadi doa agar segera berkeluarga. Pakai Peci karena atribut nasional. Berkalung sorban bukan karena perempuan, melainkan takut masuk angin. Hanya seorang sontoloyo (mencari kewarasan dalam kesintingan). Menulis dalam rangka menenangkan "the beast" di dalam "suksma", "menggugah", sekaligus mengingatkan diri sendiri. Terkadang butuh dihina agar dapat selalu ingat dan waspada untuk merendahkan hati kepada sesama dan merendahkan diri kepada Yang Maha..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nasihat Pernikahan untuk Sahabatku

2 November 2009   22:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:27 3640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_21204" align="alignleft" width="204" caption="Salah satu ciri Cinta adalah "Memberi""][/caption] Sahabat, Kini kau telah menikah untuk yang kedua kali-nya. Pertama dengan sahabat-ku jua, dan yang kedua ini dengan sahabat-ku pula. Kalian adalah sahabat-sahabat-ku yang tersangkut paut dalam ikatan suci pernikahan. Sahabat, Dalam pernikahan kali ini, engkau menikah berlandaskan cinta. Engkau cinta dia, oleh karena itu engkau membutuhkannya. Bukan sebaliknya. Namun, dalam meniti rumah tangga, dalam mewujudkan keluarga bahagia, cinta saja tidaklah cukup, melainkan bila kau ingat 3 perkara dalam berpasangan. Pertama adalah kepercayaan (Trust). Mulailah dengan belajar terbuka satu sama lain terhadap hal sekecil apapun. Kau harus mempercayai istri-mu dan begitu pula sebaliknya. Hilangkan prasangka yang tidak-tidak. Serahkan semua kepada Yang Maha Tahu. Pun bila sampai terjadi pengkhianatan kepercayaan, kau sudah ikhlas, berarti itu adalah kehendak-Nya. Tiada daya dan upaya apapun yang dapat engkau lakukan melainkan atas izin-Nya. Bila sudah timbul kepercayaan seperti itu, maka akan hadirlah rasa aman dan nyaman dalam kehidupan rumah tangga-mu. Kedua adalah saling menghargai (Mutual Respect). Harus ada sesuatu yang kau banggakan dari istri-mu dan begitu pula sebaliknya. Entah kepandaian-nya memasak ataupun sekedar senyum manis yang biasa disungginggkan-nya tatkala melepas engkau berangkat kerja. Tatkala rasa bangga terhadap satu sama lain tersemai dan selalu diperbaharui, maka rasa saling menghargai akan hadir selalu dan melanggengkan kelangsungan janji suci-mu. Ketiga adalah keramahtamahan (Friendliness). Terhadap istri-mu (dan begitu pula sebaliknya), upayakan untuk selalu merendahkan hati-mu, suara-mu dan sertakan senyum manis nan tulus tatkala engkau ingin mengungkapkan keinginan apa-apa tentang bahtera rumah tangga-mu. Dalam membina rumah tangga, tiada lagi perbedaan aku dan dia.. yang tersisa suci hanyalah istilah "KITA". Perlakukan istri-mu seperti kau memperlakukan sahabat-mu.. selalu berkomunikasi dan berkompromi dalam memutuskan segala sesuatu apapun, dengan keramahtamahan sebagai landasan utama-nya. Sahabat, Di samping 3 perkara dalam berpasangan tadi, ada pula 3 perkara dalam berkeluarga yang patut engkau perhatikan pula. Yang pertama adalah bakti-mu terhadap orang tua. Walau engkau telah mempunyai keluarga sendiri, hidup saling mencintai dengan istri-mu, jangan pernah sekali-kali engkau ingkari keberadaan orang tua-mu. Ayah yang membanting tulang mencari rizki dan mendidik-mu, Ibu yang telah mengandung-mu sembilan bulan lamanya dan membesarkan-mu penuh kasih.. tanpa mereka, engkau tiada mungkin sampai pada hari pernikahan ini. Sekarang adalah giliran engkau dan istri-mu yang mengasihi mereka sebagaimana mereka mengasihi engkau di waktu kecil. Doa dan keikhlasan mereka akan memperteguh dan menyejukkan rumah tangga-mu. Yang kedua, jangan berlebihan menyayangi anak-anak-mu. Tak pelak lagi mereka adalah permata hati-mu. Di sini aku tak akan membahas bagaimana engkau harus membesarkan mereka (mungkin dalam nasehat-ku berikut-nya). Namun sering terjadi dalam berumah tangga, kedua suami istri terlalu mencurahkan perhatian dan kasih sayang-nya terhadap buah hati mereka, sehingga lupa untuk saling memperhatikan dan menyayangi seperti kala masih berpacaran atau belum mempunyai anak. Di saat engkau seperti itu, engkau akan lupa selalu memperbaharui rasa cinta dan sayang-mu terhadap pasangan-mu, sehingga kehidupan rumah tangga akan mulai terasa hambar, dan godaan perselingkuhan akan sulit dihindari. Alhasil niatan suci terhadap buah hati-mu malah akan memberikan trauma mendalam bagi-nya akibat keretakan rumah tangga, pun sekedar rumah tangga yang hambar. Sayangilah permata hati-mu, namun jangan lupa untuk selalu memperbaharui dan memberikan cinta, sayang dan perhatian terhadap pasangan-mu secara berkelanjutan sampai akhir hayat dikandung badan.. Yang ketiga, binalah bahtera rumah tangga-mu sesuai dengan kodratnya. Engkau-lah sebagai laki-laki yang memegang peranan utama dalam berjihad menjemput rejeki. Istri-mu yang memegang peranan utama dalam mengurus keluarga. Jangan sampai godaan mengejar materi yang "katanya" akan membawa kebahagiaan membuat engkau dan istri-mu silap, berubah menjadi robot-robot kapitalis yang berlomba-lomba mengumpulkan materi. Sudah banyak contoh buruk yang dihasilkannya.. anak yang terkena narkoba akibat kurang kasih sayang, suami dan istri yang selingkuh akibat terlalu sering keluar rumah, dan lain sebagainya. Binalah keluarga-mu di jalan Tuhan, dengan penuh keyakinan bahwa semua makhluk melata di muka bumi ini dijamin rejekinya oleh-Nya. Didiklah keluarga-mu untuk selalu bersyukur, pun hanya cukup nasi yang dapat dimakan untuk hari ini.. Tuhan tidak tidur.. yakinkan-lah! Sahabat, Kucukupkan nasehat-ku sampai di sini. Pun aku belum menikah, namun aku selangkah lebih maju dari-mu, karena aku telah menikahkan adikku di depan penghulu. Sewindu yang lalu, aku pernah melewati masa-masa panjang bersama sahabat-sahabat yang sedang mengalami periode yang umum diistilahkan "Puber Kedua". Kupelajari, siapa-siapa dari mereka yang selamat rumah tangganya dan apa rahasia dibaliknya. Saat ini pun aku bersahabat dengan kawan-kawan yang sudah keriput dan bahkan bercicit. Kusarikan rahasia mereka-mereka yang tetap berkasih-kasihan seperti dua sejoli muda walaupun sudah berubah menjadi kakek nenek. Semoga bermanfaat. By: M. Iqbal Lebak Bulus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun