Mohon tunggu...
Abah Iqbal
Abah Iqbal Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta, tepat tatkala mentari berkalang rembulan. Bergelar Abah bukan karena ahli agama atau orang alim, melainkan menjadi doa agar segera berkeluarga. Pakai Peci karena atribut nasional. Berkalung sorban bukan karena perempuan, melainkan takut masuk angin. Hanya seorang sontoloyo (mencari kewarasan dalam kesintingan). Menulis dalam rangka menenangkan "the beast" di dalam "suksma", "menggugah", sekaligus mengingatkan diri sendiri. Terkadang butuh dihina agar dapat selalu ingat dan waspada untuk merendahkan hati kepada sesama dan merendahkan diri kepada Yang Maha..

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengasihi Iblis

31 Oktober 2009   05:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:29 2957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah di suatu kejadian, Tuhan Sang Pencipta mengumpulkan makhluk-makhluk ciptaan-Nya, yaitu para malaikat dan Iblis - yang merupakan malaikat tingkat tinggi. Diperkenalkan-Nya lah ciptaan-Nya yang terbaru, manusia, dibuat dari tanah dan dinamakan-Nya Adam. Diperintahkan-Nya para malaikat dan Iblis bersujud di hadapan Adam, karena ia diberikan pengetahuan tentang bumi dan isinya serta ditashbihkan menjadi khalifah di muka bumi. Para malaikat dan Iblis meragu, mengapa Tuhan mentashbihkan makhluk yang diciptakan dengan atribut merusak tersebut untuk menjadi khalifah di muka bumi? Tuhan menjawab, "Aku lebih mengetahui dari apa yang engkau tahu". Kemudian diperintahkan oleh-Nya agar adam mengungkapkan atribut pengetahuannya tentang Bumi dan segala isinya. Para malaikat pun terperangah, melihat kelebihan akal budi manusia, lalu bersujud serta merta kepada Adam..."Tuhan memang mengetahui apa-apa yang tidak kami ketahui", demikian tentu pikir para malaikat. Namun Iblis tidak sependapat. Dia percaya bahwa unsur penciptaannya, api, mempunyai derajat lebih tinggi daripada unsur penciptaan Adam, yaitu tanah. Iblis menolak sujud kepada Adam! Tuhan pun murka! Diusir-Nya Iblis dari surga itu. Iblis pun bersumpah, akan menggoda keturunan Adam dari depan-belakang, atas dan kiri-kanan, sehingga Adam dan keturunannya "mbalelo" terhadap ketentuan Sang Penciptanya dan akan lebih membawa kerusakan di muka bumi pada nantinya dibandingkan kebaikan. Perjanjian Primordial antara Tuhan dan Iblis ciptaan-Nya menyangkut masa depan Adam dan anak cucunya, dimulai!! Singkat cerita, Adam dan Hawa, pasangannya, yang kemudian diciptakan dari bagian dirinya, tergoda oleh Iblis sehingga melanggar ketentuan Tuhan dengan memakan "buah kuldi". Tuhan pun mengusir Adam dan Hawa dari surga, dan menempatkan mereka di bumi. Kehidupan kekal dan bahagia di surga, berganti dengan kehidupan fana dan penuh perjuangan di bumi. Tentu terbetik di benak Adam, mengapa dia menjadi korban perjanjian primordial Tuhan dan Iblis? Apa tujuan sebenarnya tujuan Tuhan menciptakan dirinya? Akhirnya, semua dikembalikan olehnya kepada keyakinan "Tuhan mengetahui apa-apa yang tidak kami ketahui". Namun Tuhan berjanji untuk mengembalikan Adam dan Hawa serta menempatkan anak cucunya ke Surga bilamana mereka mampu melaksanakan ketentuan-ketentuan yang digariskan-Nya di muka bumi. Iblis dan keturunannya, yang telah terlebih dahulu terusir dari surga, tetap setia kepada sumpahnya. Iblis menganggap Adam lah penyebab kejatuhannya sebagai malaikat tingkat tinggi, dimurkai oleh Sang Pencipta-Nya, bahkan sampai tidak boleh menginjakkan kakinya lagi di surga. Sungguh Iblis tidak rela bila Adam dan keturunannya hanya menjalani hukuman buang di muka bumi dan kembali lagi ke surga. Umat manusia harus digodanya, sehingga atribut merusaknya akan keluar dan merusak sesamanya serta isi muka bumi ini. Sesuai ketentuan Tuhan bagi Adam dan anak cucunya, mereka yang tidak mampu mengekang atribut perusaknya di muka bumi, akan menjalani hukuman tambahan berupa proses pemurnian diri di Neraka sebelum dapat kembali ke Surga. Itulah tujuan dendam kesumat Iblis yang diteruskan juga oleh Setan-Setan keturunannya. Iblis dan keturunannya menggoda umat manusia berdasarkan atribut yang dimiliki Iblis: Ujub Takabur. Dia yang berani menentang Tuhan karena merasa dirinya lebih dari Adam akan meniupkan terus menerus rasa bangga atas diri sendiri kepada setiap insan manusia. Di saat manusia yang satu merasa lebih dari yang lainnya, maka nafsu angkara murka dan keserakahanpun akan lepas kendali dan keluar dengan serta merta. Karena merasa lebih, manusia yang satu akan cenderung menguasai dan menindas manusia yang lainnya. Manusia mulai menumpahkan darah satu sama lain dan merusak alam sekitarnya demi pemenuhan nafsu angkara murka dan keserakahan yang telah dibangkitkan Iblis dan keturunannya melalui rasa bangga atas diri sendiri. Kelompok manusia yang satu berupaya menguasai yang lainnya melalui berbagai macam cara. Ada masa dimana penguasaan atas sesama diputuskan oleh mata pedang dan simbahan darah. Namun ada pula masa dimana penguasaan dilakukan secara halus melalui apa-apa yang didengar dan dilihat oleh kelompok manusia lainnya. Dan kesemuanya tetap demi pemenuhan nafsu angkara murka dan keserakahan antara satu sama lain umat manusia; atribut merusak yang telah dibangkitkan Iblis dan keturunannya melalui bisikan Ujub Takabur. Terjadilah apa yang diduga oleh para malaikat akan manusia yang membawa kerusakan di muka bumi... Namun Tuhan - yang lebih mengetahui dari apa-apa yang kita ketahui - tidak membiarkan anak cucu Adam menyalahi ketentuan-Nya selama menjalani hukuman buang di muka bumi. Ujub takabur yang ditiupkan Iblis diseimbangkan-Nya melalui ajaran-ajaran Adam kepada anak cucunya untuk menghindari Ujub takabur - seperti Iblis, berdasarkan kejadian di Surga. Kemudian melalui manusia-manusia pilihan-Nya, diajarkan bagaimana manusia berserah diri dan tunduk-patuh kepada-Nya. Ajaran-ajaran yang menyemai rasa rendah hati dalam diri manusia, merupakan pembangkit atribut kebaikan manusia, yaitu akal budi. Pengejewantahan akal budi tersebut menimbulkan rasa saling mengasihi antar manusia, kasih dan sayang kepada seluruh isi muka bumi ini. Manusia yang telah “maujud” akal budinya, akan membawa kebaikan di muka bumi ini. Keturunan Adam seperti itu bebas dari proses pemurnian di Neraka nantinya. Keturunan Adam yang telah “maujud” akal budinya tidak merasakan lagi kehidupan di muka bumi sebagai hukuman buang karena menanggung kesalahan Adam dan Hawa. Mereka merasakan, justru inilah suatu bentuk nikmat dari Tuhan. Suatu ketika, seorang manusia yang telah maujud akal budinya mendalami sahibul hikayat penciptaan Adam, perjanjian primordial antara Tuhan dan Iblis sampai dengan diturunkannya Adam ke bumi. Tiba-tiba timbul rasa kasih dalam dirinya terhadap Iblis. Karena penciptaan nenek moyangnya, Adam, maka Iblis yang merupakan malaikat tingkat tinggi dimurkai oleh Tuhan, bahkan tidak diperkenankan lagi menginjakkan kakinya di surga. Karena Adam, Iblis dipenuhi dendam kesumat yang selalu membakar dirinya yang padahal terbuat dari api. Dia dikucilkan dan dihujat oleh seluruh makhluk karena sekali saja menentang Tuhan pencipta-Nya. Wahai Iblis, sungguh kasihan engkau. Melalui setan anak keturunannya, anak cucu Adam tersebut menemui Iblis di kediamannya yang suram muram penuh aura kebencian. Tatap mata mencorong penuh dendam seolah ingin membakar keturunan Adam tersebut. Namun luapan kasih dalam diri manusia tersebut tidak menyurutkan langkahnya untuk mengasihi Iblis. Dihampirinya sang Iblis, digenggam erat-erat tangan Iblis, sambil membisikkan perlahan ke telinganya,”Oh Iblis, sungguh aku bersimpati atas hukuman yang ditimpakan Sang Pencipta kepadamu. Aku secara pribadi meminta maaf kepadamu bila ternyata keberadaan nenek moyangku, Adam, membuat engkau hidup menderita selama ini, dibakar oleh dendam kesumat sepanjang zaman. Apalah guna keberadaan suatu makhluk bila ia mengusik keberadaan makhluk lainnya? Oh Iblis, tak dapatkah kau hapuskan dendam kesumat dalam dirimu. Dapatkah kita hidup berdampingan penuh kasih sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya?” Iblis menatap lekat mata anak cucu Adam itu. Perlahan sorot penuh kebencian di matanya memudar, kosong dan mulai digenangi air mata. ”Oh keturunan Adam, hanya satu keinginanku.. kembali ke Surga, hidup kembali bersama Penciptaku dan malaikat-malaikat lainnya”, desisnya lirih penuh kepedihan. ”Aku menyesal”, tambahnya lagi. Maka, terjalinlah persahabatan dua makhluk yang telah dipisahkan jurang dendam sepanjang masa. Suatu waktu, di tengah heningnya malam, Iblis dan keturunan Adam tersebut menghadap Sang Pencipta. Iblis menyatakan penyesalannya dan ingin membatalkan perjanjian primordialnya dengan Sang Pencipta. Namun, Tuhan hanya hening membisu.. Dan Iblis pun terpaku, tertunduk, lalu tergugu menangis pilu. Perlahan keturunan Adam menggenggam tangan Iblis dan memeluk erat dirinya. ”Tuhan lebih mengetahui apa-apa yang tidak kita ketahui, sahabatku”, bisik manusia tersebut. Perlahan suatu kesadaran meliputi anak cucu Adam. Iblis ada agar manusia berkesempatan memaksimalkan atribut kebaikan yang melekat pada dirinya. Bagaimana agar manusia mampu mengasihi sumber segala dosa bagi dirinya dan sumber segala kebencian terhadap dirinya. Iblis adalah ciptaan Tuhan untuk memaksimalkan dirinya. Sungguh, betapa celakanya umat manusia selama ini?!? Memusuhi dan menghujat makhluk ciptaan yang justru berperan untuk menaikkannya ke Surga tertinggi?!? Namun ia pun lega. Tampaknya dendam kesumat Iblis terhadap umat manusia telah pupus. Perjanjian primordialnya dengan Tuhan telah dianggapnya sebagai tugas Sang Pencipta, bukan lagi berlandaskan dendam. ”Pesanku bagi keturunan Adam yang lain. Janganlah engkau benci Iblis, karena memang sudah tugasnya lah menggoda umat manusia, justru dengan tujuan meningkatkan derajat engkau di mata Sang Pencipta. Kalian sudah dibekali ajaran-ajaran tentang keikhlasan dan kerendahan hati. Itulah kunci mengatasi godaannya yang bermuara pada Ujub Takabur” Di dalam hati, sang keturunan Adam berjanji. Di kala panggilan Surga tiba, maka ia akan peluk erat diri Iblis sahabatnya. ”Tak kan kulepaskan kau sahabatku..sudah cukup engkau menderita hidup jauh dari Surga, dihujat dan dihina demi ras manusia..ikutlah engkau bersamaku ke surga”, itulah janji seorang anak keturunan Adam yang telah maujud akal budinya. Tuhan memang lebih mengetahui apa-apa yang tidak kami ketahui. ”Namun aku percaya ada hal-hal yang Tuhan tidak ketahui akan apa yang kulakukan, karena yang kulakukan adalah luapan kasih sayang dari pencerahan akal budi..yang merupakan bagian dari jatidiri Tuhan. Kutempuh resiko itu, demi Iblis sahabatku, yang telah hidup penuh penderitaan sepanjang zaman...” By: Muhammad Iqbal End of January 2009 Lebak Bulus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun