Mahasiswa adalah generasi yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa yang selama ini dipegang oleh golongan tua. Maka, diperlukan skill dan kemampuan yang matang ketika suatu saat mereka yang akan menggantikan para pemimpin bangsa.Â
Lantas, persiapan apa yang telah dipersiapkan mahasiswq dalam memimpin Indonesia di masa mendatang. Jikalau kemalasan senantiasa menggerogoti mental mahasiswa.Â
Kemalasan takkan membawa sebuah keberhasialan, kemalasan akan membawa pada sengsara. Oleh karena itu dalam menempuh pelajaran ketika kuliah diharuskan berniat sungguh-sungguh dan rajin baik berusaha maupun berdoa.
Bangsa yang besar haruslah memiliki pemuda yang bermental baja, tidak pemalas, terampil, dan memiliki skill yang dominan. Kita ambil saja sebuah contoh salah satu negara industri di asia yang memilki julukan macan asia yakni Jepang.Â
Negeri sakura adalah surganya ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagian besar generasi mudanya adalah seorang yang tekun ulet, dan rajin. Kita sering menemukan orang jepang membaca buku di tempat umum, stasiun, dalam bus, atau terminal.Â
Bagi mereka hal itu adalah biasa  Tetapi ini jauh berbeda denagn Indonesia, kita takkan pernah menemukan orang membaca buku di tempat umum, mungkin ada beberapa orang saja yang membaca tetapi jumlahnya sangatlah minim.Â
Ini memmbuktikan bahwa suatu kemajuan negara tak bisa dipisahkan oleh karakteristik kepribadian masyarakat yang menghuni negara tersebut. Jepang telah menjadi besar akibat kebiasaan masyarakatnya yang positif. Lantas kapan Indonesia akan membiasakan diri untuk membaca.
Membaca buku bagi seorang akademisi khususnya mahasiswa adalah kebutuhan primer sehari-hari. Ada sebuah istilah buku adalah jendela dunia, maksudnya adalah dengan membaca buku kita akan mengetahui segala sesuatu yanag ada di dunia ini tanpa harus mengunjungi dimana ilmu itu berada. Pengetahuan mahasiswa akan senantiasa bertambah jika mereka rajin dan tekun dalam membaca.Â
Tetapi sebagai seorang akademisi sekaligus organisatoris tak cukup hanya membaca saja untuk menimba pengetahuan. Mereka harus mampu mengaplikasikan dalam tindakan nyata ilmu yang mereka dapatkan dengan nmembaca buku.Â
Agar ilmu itu bermanfaat bagi diri kita khususnya dan orang lain umumnya. Tak hanya itu juga ilmu yang telah kita baca dan diaplikasiakn dalam masyarakat terasa kurang sempurna jika tidak diabadikan dalam sebuah tulisan.Â
Tulisan ini akan mempunyai peranan penting disaat orang yang memilki ilmu itu telah tiada. Dengan tulisanlah generasi berikutnya mengetahui dan memahami karya-karya besar para pendahulunya. Sehingga seorang cendekiawan pandai yang mengabadikan karyanya lewat tulisan akan senantiasa dikenal meskipun telah tiada.