Mohon tunggu...
Adeng Septi Irawan
Adeng Septi Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah seorang pemerhati dunia hukum dan peradilan. bisa dihubungi di email irawan_34@yahoo.com

fiat justitia ruat caelum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Sosok Ibu

28 Januari 2020   09:53 Diperbarui: 27 April 2020   12:26 2917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiada yang patut menjadi panutan terbaik dalam hidupmu selain ibu. Ibu memang tak mempunyai hal yang mampu diberikan kepada beta selain kasih sayang sepanjang masa. Itulah beberapa hal yang kiranya menjadi sebuah kata-kata mutiara bagi seorang ibu. 

Bertahun--tahun kita dididik dan dibimbing olehnya dari ketidaktahuan menjadi mengetahui banyak hal, dikala masa kecil kita hanyalah sebuah kertas putih yang tak tahu arah dan tujauan hidup dari seorang manusia, kita hanya terpaku pada kesenangan dunia fana yang memperdaya tak mempedulikan masa-masa yang akan kita jalani ketika menjalani hidup di bumi ini.

Kesabaran dan kegigihan Ibu yang telah menjadikan kita seperti sekarang ini, walaupun terkadang kita tak menghiraukan sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Bagaimana pun juga seorang Ibu tak akan membiarkan anaknya menderita kelak di kemudian hari sepeninggalnya. 

Ada satu hal yang selalu menjadi sebuah angan-angan yang senantiasa menjadi impian Ibu, yakni kebahagiaan seorang anak yang telah dilahirkan ke dunia ini dari rahimnya.

Mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang merawatnya. Bahkan terkadang mereka tak memperdulikan dirinya sendiri.

Saban 22 Desember (lalu) yang merupakan hari ibu, sudah seyogianya kita mengenang sekaligus menambah jiwa kebaktian kepada bunda. Momen hari Ibu bukan sekadar seremonial saja. 

Tetapi yang terpenting yakni praksis yang akan dilakukan pasca hari-Ibu telah lewat. Terkadang peringatan ini hanya menjadi sebuah hal yang hampa tanpa adanya tindak lanjut.

Ibu memang bukanlah satu-satunya orangtua yang telah melahirkan kita, tanpa adanya seorang ayah tentunya tak akan mampu untuk melahirkan kita ke dunia fana ini yang penuh dengan romantika kehidupan, dalam benak terkadang kita memikirkan, apa saja yang telah Ibu lakukan untuk kita. Mulai dari kecil kita senantiasa mendapatkan perawatan baik materi maupun cintadan kasih sayang. 

Mereka tak peduli berapa banyak materi yang harus mereka keluarkan demi kebahagiaan buah hatinya. Waktu berjalan dari bayi, ke anak-anak, kemudian remaja, hingga dewasa. Kita hampir selama 20 tahun mendapat kasih sayang darinya. Lantas ketika kita dewasa apa yang telah kita lakukan untuk membahagiakan Ibu. 

Ibu tak akan pernah meminta balasan dari anaknya seperti ungkapan "kasih Ibu kepada Beta, bagaikan surya menyinari dunia ". Sebesar apa pun pengorbanan yang Ibu lakukan, tak sedikit pun mereka pernah mangharap kembali. Tetapi terkadang kita lupakan semua jasa yang telah Beliau berikan kepada kita bagaikan "kacang lupa kulitnya". Sungguh miris ketika kita melakukan hal semacam ini.

Sosok Ibu

Di balik kelembutannya sosoknya tersimpan harapan dan impian yang senantiasa menjadi beban moral. Gelar Ibu memang bukan sebatas status formal saja. Melainkan ini sebuah amanat yang harus diemban olehnya. Amanat yang merupakan bebann sekalgus kebahagiaan yang telah dikirim oleh Tuhan kepadanya. 

Ini akan menjadi beban jika anak yang dilahirkan tidak sesua dengan harapan dan impiannya. Tetapi di balik ini tersimpan kebahagiaan jika seorang anak yang dilahirkan mampu mewujudkan setiap anagan dan cita-cita darinya. Kelembutan seorang bunda memang tak ada duanya," Sejahat-jahatnya harimau tak akan mampu untuk membunuh anaknya sendiri dan sejahat-jahatnya ular berbisa tak akan mampu mematuk anaknya sendiri".

Setiap waktu mereka senantiasa mendoakan anaknya, agar anaknya senantiasa memperoleh kebahagiaan hidup baik di dunia maupu di akhirat. Kehidupan orangtua kita memang tak selamanya di atas, walaupun ada sebagian yang oleh Tuhan diberi kodrat untuk hidup berkecukupan. 

Di saat himpitan ekonomi keluarga yang menipis mau tidak mau seorang Ibu harus membantu Ayah dalam mencari nafkah. Apalagi ketika peran seorang ayah yang merupakan tulang punggung keluarga telah tiada, mungkin karena meninggal atau perceraian. 

Maka Ibu akan mendapatkan tugas ganda di satu sisi merawat anaknya dengan penuh kasih sayang dan di sisi lain mencari nafkah untuk menjamin kelangsungan hidup keluarganya. Tugas berat yang akan diterima Ibu tentunya akan semakin besar jika kita sebagai anaknya tidak pernah menghiraukan setiap nasihat yang diberikan olehnya.

Tugas Sebagai Anak

Seorang anak sudah seyogianya melakukan yang terbaik untuk kedua orangtuanaya. Orangtua tak butuh materi dari anaknya, bagi mereka yang terpenting adalah kasih sayang dan cinta dari seorang anak. Terkadang isaat seorang anak telah hidup mapan bersama seorang istri yang dicintainya. 

Mereka melupakan kedua orangtuanya yang dulu pernah merawat dan menjaganya. Sedikitpun mereka tak pernah menjenguk kedua orangtuanya disaat keduanya telah berpisah.

Hati orangtua mana yang tak akan sakit jika melihat anaknya mendzalimi kebaikan yang pernah dilakukannya. Mereka akan terpukul dengan perbuatan yang dilakukan oleh anaknya.

Kesadaran dan tanggung jawablah yang akan memberikan solusi atas problematika semacam ini. Anak adalah satu-satunya harapan bagi orangtuanya, dikala kesadaran anak akan tanggung jawabnya sebagai anak telah terlupakan, maka gagallah semua impian dari kedua orangtuanya.

Maka dari itu kita sebagai seorang anak yang mempunyai kepribadian yang baik sudah seharusnya mengemban misi dan amanat kesadaran akan tanggung jawab. 

Setinggi apapun prestasi yang telah kita dapatkan, sebesar apapun materi yang telah kita raih tak akan pernah ada jika orangtua terutama ibu tak akan pernah melahirrkan kita di dunia ini. Suatu hal yang terbilang kecil, tetapi akan membawa dampak yang besar jika kita melupakan semua latar belakang hidup kita bersama kedua orang tua tercinta.

Keberhasilan seorang anak bukanlah sebuah pencapaian anak semata melainkan ada kekuatan doa dan dukungan dari orang taua yang telah memberikan spirit untuk kemajuan anaknya. 

Oleh karena itu tetaplah menjadi anak yang senantiasa menjunjung tinggi harkta dan martabat kedua orangtua melalui pencapaian-pencapaian yang luar biasa demi kebahagian orangtua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun