Mohon tunggu...
Adeng Septi Irawan
Adeng Septi Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah seorang pemerhati dunia hukum dan peradilan. bisa dihubungi di email irawan_34@yahoo.com

fiat justitia ruat caelum

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Kekuasaan

16 Januari 2020   08:59 Diperbarui: 18 Juni 2021   01:27 2366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Filsafat Kekuasaan (unsplash/alex-block)

Filsafat dan politik memiliki dualisme makna yang berlainan. Filsafat dibaratkan sebagai suatu kendaraan yang melewati jalan untuk mendapatkan kebenaran politik yang diandaikan sebagai tempat tujuan yang hendak dicapai. Pengambilan jalan yang baik dalam berfilsafat akan memperoleh hasil yang baik dalam politik.

Baca juga : Filsafat Ketuhanan Dihadapkan pada Pemahaman Kebertuhanan dalam Teologi

Pada dasarnya ilmu politik itu adalah baik, Tetapi terkadang pengambilan jalan filsafat yang salah bisa berdampak kehilangan jati diri politik itu sendiri. Politikus selaku aktor utama dalam berpolitik cenderung berkeinginan untuk memperoleh kekuasaan, bukan untuk mendapatkan kemaslahatan umum. 

Bukanlah pemimpin itu adalah suatu jabatan yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Ketika pemimpin melakukan suatu kebaikan maka akan dikenanglah kebaikan tersebut dan jika pemimpin itu melakukan kejelekan akan dikenanglah kejelekan tersebut.

Pernyataan tersebut seperti ungkapan "gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang". Pemilihan Presiden yang dilaksanakan lima tahun sekali di Indonesia haruslah menjadi momen bagi rakyat untuk menentukan pilihan sesuai hati nuraninya. 

Hal terpenting bagi Presiden yang terpilih harus mengetahui apa itu filsafat politik dan bagaimana implementasinya untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. 

ampaknya kepekaan filsafat politik yang baik akan memberikan pandangan bagi Presiden untuk melangkah mengambil sebuah jalan untuk mencari kebenaran guna memimpin negaranya.

Baca juga : Ketika Nabi Ibrahim Juga Ber-Filsafat

Pemimpin Berkualitas

Negara menjadi suatu tempat tinggal bagi masyarakat yang merupakan hasil kontrak sosial (social contract) antara pengauasa dan rakyat. Seorang rakyat dalam memberikan suaranya haruslah benar-benar mengutamakan kualitas seorang pemimpin. Kualitas kemampuan seorang calon Presiden itu sangatlah penting. 

Ada suatu asumsi yang mengatakan janganlah kamu menyerahkan sesuatu kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Skill individu pemimpin itu biasanya tercermin dalam tindakan dan tutur katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun