Mohon tunggu...
Isawa Arby
Isawa Arby Mohon Tunggu... karyawan -

baru lulus sekolah, ingin mencari pengalaman baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Patung Liberty Sebenarnya Adalah Seorang Wanita Arab

7 Februari 2016   17:16 Diperbarui: 8 Juni 2016   10:33 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="patung liberty di New York Amerika Serikat (sumber: Kompas.com)"][/caption]Patung Liberty merupakan simbol reputasi sebagai tempat yang penuh kemerdekaan dan kebebasan. Semua orang berhak mendapatkan kebebasan memberi dan menerima. Hal ini berhubungan dengan berbagai aksi teror yang melanda dunia barat. Tragedi teroris di Paris yang menyebabkan rasa sentimen kepada orang Muslim sehingga mereka membatasi kontak terhadap Muslim.

Dalam sejarah Patung Liberty, perancang patung, Frederic Auguste Bartholdi asal Perancis, terinspirasi oleh seorang petani perempuan berjubah yang berada di Mesir. Awalnya rancangan itu akan digunakan dalam pembagungan mercusuar untuk Terusan Suez. Namun, Isma’il Pasha, kerabat pangeran muda Mesir, menolaknya. Kemudian Bartholdi berlayar ke Amerika dengan gambaran perempuan Muslim yang ditransformasikan kepada Liberty. Dari situlah Patung Liberty mulai dibangun oleh Gustave Eiffel dan dihadiahkan kepada Amerika sebagai simbol kebebasan.

Pasalnya, saat ini, banyak orang yang mengatakan bahwa Islam adalah penyebab terjadinya tragedi itu. Padahal yang menyebabkan tragedi itu adalah teroris, dan Islam bukan teroris. Dan orang yang menjadi teroris, dengan mengatasnamakan agama manapun, sebenarnya bukanlah termasuk agama manapun. Sebab mereka hanya orang yang ingin menyakiti sesama.

Sehubungan dengan itu, tragedi teror yang terjadi di Barat membuat sebagian orang merasa sentimen terhadap Muslim. Padahal di Timur Tengah, yang notabene mayoritas berpenduduk Muslim, juga sedang dilanda kekacauan dan membutuhkan pertolongan. Menurut UNHCR (United Nations Refugee Agency), ada lebih dari 4 juta pengungsi Syiria sejak dimulainya perang sipil pada tahun 2011. Hampir setengah dari pengungsi itu adalah anak-anak. Mereka menghadapi risiko besar yang lebih mengerikan dari sebelumnya. Sekitar 784.000 pengungsi ditampung sejak 9/11, hanya tiga yang terlibat dengan aktivitas teroris, dan tidak ada satu pun dari mereka yang melakukan aksi terornya di tanah Amerika.

Memang benar bahwa serangan teroris itu mengerikan. Namun, tidak alasan untuk tidak mengulurkan tangan bagi para pengungsi yang berada dalam ketakutan. Dengan berpaling dari jutaan pengungsi Muslim yang sedang berada dalam ketakutan, itu artinya telah melakukan sebuah kesalahan besar, karena muslim bukanlah teroris.

sumber: any.web.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun