Goresan tembok kutatap bosan
Ruang gelap ini terasa lebih nyaman
Tak ada bahu untuk aku sandarkan
Ini hanya dinding kasar bercoretkan cakaran
Lepas dari mata jahat yang terus memandang
Otak mengintruksi mata jangan terpejam
Tanpa ampun ingatan mengakar merajam
Benturkan kepala hingga lebam
Sial, aku menambah luka bukan ketenangan
Jemari menari meraba di sudut senta
Tarik silet penyeimbang rasa sakit dari sarangnya
Sentuh perlahan ujung kulit merata
Tekan sedikit menyayat kulit terasa
Sayangnya daging tak terlihat jelas
Darah mengalir menjadi pelumas
Sial, aku menambah rasa sakit bukan kedamaian
Ditengah tetesan air mata sesekali aku tertawa
Teringat jelas omong kosong mereka
Kuat kita bersama kita bercerita
Tapi posisi dramanya kau tak lupa
aku iblis kau sebagai malaikat penyelamatnya
terus saja kau menyebutkan kesalahanku
Lalu menyebutkan semua kehebatanmu
Teringat jelas kata motivasi mereka
Hidup ini tentang perjuangan
Kita harus bangkit dan menang
Dengan melupakan keadaan kau bilang
Aku merangkak sendiri dari bawah
Kau ditopang mulai dari tengah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H