Mohon tunggu...
arbiatul adwiah
arbiatul adwiah Mohon Tunggu... Guru - MAHASISWA

NAMA: ARBIATUL ADWIAH ALAMAT:BIMA HOBI:MASAK PRODI: PGSD

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Belajar Sosial Menurut Vygotsky

15 Oktober 2024   09:12 Diperbarui: 15 Oktober 2024   09:39 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori belajar sosial menurut Lev Vygotsky, seorang psikolog Rusia, dikenal sebagai teori sosio-kultural. Vygotsky mengemukakan bahwa interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif individu, dan proses belajar tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dan budaya di mana individu hidup. Teorinya merupakan pergeseran dari pandangan tradisional yang menekankan pada perkembangan kognitif yang murni bersifat individual, seperti yang diusulkan oleh Jean Piaget. Vygotsky menekankan bahwa lingkungan sosial dan interaksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang lebih berpengetahuan atau berpengalaman, memainkan peran yang krusial dalam perkembangan kognitif.

Prinsip-Prinsip Utama Teori Sosial Vygotsky

1. Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)

Salah satu konsep sentral dari teori Vygotsky adalah Zona Perkembangan Proksimal (ZPD), yang didefinisikan sebagai jarak antara apa yang bisa dilakukan seorang anak secara mandiri dan apa yang dapat mereka capai dengan bantuan atau bimbingan dari orang yang lebih berpengetahuan. Dalam konteks belajar, seorang guru atau teman yang lebih berpengalaman dapat memberikan "scaffolding" atau dukungan sementara untuk membantu anak menyelesaikan tugas yang pada awalnya sulit dilakukan sendiri. Saat anak memperoleh keterampilan yang diperlukan, dukungan ini secara bertahap ditarik sehingga anak dapat melakukannya secara mandiri.

ZPD menekankan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika tugas yang dihadapi berada sedikit di luar kemampuan individu, tetapi dapat dicapai dengan bantuan yang tepat. Dengan demikian, Vygotsky melihat perkembangan kognitif sebagai proses kolaboratif, di mana anak belajar melalui interaksi dan dialog dengan orang lain.

2. Scaffolding (Penopang)

Konsep scaffolding terkait erat dengan ZPD. Istilah ini mengacu pada dukungan atau bantuan sementara yang diberikan oleh orang lain (guru, orang tua, atau teman sebaya) selama proses belajar. Dukungan ini dapat berupa petunjuk, pertanyaan, atau penjelasan yang membantu anak untuk lebih memahami tugas atau masalah. Seiring waktu, ketika anak menjadi lebih mahir, dukungan ini secara bertahap dikurangi hingga anak dapat menyelesaikan tugas tersebut tanpa bantuan. Scaffolding penting dalam pendidikan karena membantu siswa membangun keterampilan dan pemahaman yang lebih mendalam melalui interaksi sosial yang dipandu.

3. Bahasa dan Peran Sosial dalam Pembelajaran

Menurut Vygotsky, bahasa adalah alat yang sangat penting dalam proses belajar. Ia berpendapat bahwa melalui bahasa, individu berinteraksi dengan orang lain, berbagi pengetahuan, dan membangun makna bersama. Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga alat berpikir. Anak-anak awalnya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara eksternal, tetapi seiring waktu, mereka menginternalisasi bahasa tersebut dan menggunakannya untuk berpikir secara mandiri.

Vygotsky juga menjelaskan konsep bahasa egosentris atau bahasa pribadi (private speech), yang merupakan cara anak berbicara kepada diri sendiri saat menghadapi tugas-tugas sulit. Bahasa ini membantu anak mengarahkan perhatian, mengatur tindakan, dan memecahkan masalah. Menurut Vygotsky, penggunaan bahasa pribadi ini adalah langkah penting dalam perkembangan kognitif, karena menunjukkan bagaimana anak mulai menginternalisasi proses berpikir.

4. Budaya dan Konteks Sosial

Vygotsky percaya bahwa perkembangan kognitif anak sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya di mana mereka hidup. Setiap masyarakat memiliki seperangkat alat dan praktik budaya yang berbeda, dan anak-anak belajar menggunakan alat-alat tersebut melalui interaksi dengan anggota masyarakat lainnya. Alat-alat ini bisa berupa bahasa, simbol, teknologi, serta norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut.

Dalam konteks pendidikan, ini berarti bahwa setiap anak datang ke sekolah dengan latar belakang budaya yang berbeda, dan pengalaman belajar mereka akan dipengaruhi oleh konteks tersebut. Oleh karena itu, Vygotsky menekankan pentingnya memasukkan konteks budaya siswa dalam proses belajar mengajar, dan guru harus peka terhadap perbedaan ini.

5. Pembelajaran sebagai Proses Sosial

Vygotsky juga menekankan bahwa pembelajaran adalah proses sosial yang terjadi dalam interaksi dengan orang lain. Belajar bukanlah aktivitas yang sepenuhnya individual, melainkan melibatkan kolaborasi antara individu dengan orang lain, baik itu guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya. Dalam proses ini, siswa tidak hanya menerima pengetahuan secara pasif, tetapi aktif berpartisipasi dalam diskusi dan interaksi, yang membantu mereka mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri.

Proses ini sering disebut sebagai konstruktivisme sosial, di mana siswa membangun pengetahuan baru melalui interaksi sosial dan pengalaman mereka sendiri. Oleh karena itu, pengajaran yang efektif menurut Vygotsky adalah pengajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkolaborasi, berdiskusi, dan belajar dari orang lain dalam lingkungan sosial yang kaya.

Implikasi dalam Pendidikan

Teori belajar sosial Vygotsky memiliki implikasi yang signifikan dalam pendidikan. Guru harus berperan sebagai fasilitator, memberikan dukungan yang diperlukan sesuai dengan ZPD masing-masing siswa dan secara bertahap mengurangi bantuan tersebut seiring dengan perkembangan kemampuan siswa. Selain itu, kolaborasi dan interaksi sosial antar siswa harus didorong, sehingga mereka dapat belajar dari satu sama lain. Penggunaan bahasa dalam kelas juga sangat penting, baik sebagai alat komunikasi maupun sebagai sarana berpikir kritis.

Secara keseluruhan, teori Vygotsky menekankan bahwa pembelajaran adalah proses dinamis yang terjadi dalam konteks sosial, di mana siswa belajar melalui interaksi dengan orang lain, dan perkembangan kognitif dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan tempat mereka hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun