Mohon tunggu...
Arbain Rambey
Arbain Rambey Mohon Tunggu... Fotografer Jurnalistik -

Sebelum menjadi jurnalis foto, meliput dan menulis olahraga, khususnya tenis. Dari sekian obyek menarik fotografi, tidak ada "keindahan" pemandangan selain obyek pekuburan yang sunyi sepi sendiri. Pernah menjadi editor foto dan kepala biro Kompas di Sumatera bagian utara, kini menikmati hari-harinya sebagai jurnalis foto lapangan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Langkah Terbaik Saat Memotret Manusia (Human Interest)

24 September 2017   01:21 Diperbarui: 24 September 2017   08:33 9310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto manusia dan kegiatannya, atau bisa dikenal sebagai human interest photos, selalu menarik. Manusia senang berinteraksi, berjumpa dan melihat manusia lain dalam bentuk apa pun. Itulah sebabnya, foto human interest hampir selalu ada di sejumlah media cetak.

Foto human interest bisa dikatakan mudah didapatkan karena manusia selalu berkegiatan di mana pun. Namun, foto human interest yang baik tidak terlalu mudah dihasilkan karena berbagai kendala yang mungkin dihadapi oleh si pemotret.

Manusia berkegiatan adalah sesuatu yang tiga dimensi dan bergerak, sementara media foto adalah dua dimensi dan sama sekali tidak bergerak. Selain itu, ekspresi seorang manusia sering hanya bisa tertangkap indera manusia karena ekspresi merupakan reaksi terhadap lingkungan. Tantangan dalam membuat foto human interest adalah kemampuan memindahkan sebuah realita manusia, lengkap dengan ekspresi fisiknya, ke dalam selembar foto.

Untuk memberikan gambaran akan hal itu, mari perhatikan beberapa foto pendukung.

Perhatikan Foto 1 untuk memberikan gambaran bahwa ekspresi manusia bisa direkam dengan baik lewat sebuah pendekatan yang intens saat pemotretan. Manusia yang dipotret harus merasa nyaman terhadap si pemotret agar dia bisa berekspresi dengan baik.

 Foto 1 bagian atas adalah pemotretan saat sang pemotret belum terlalu dekat dengan ketiga anak yang dipotret. Permintaan untuk tersenyum cuma mendapat respons seadanya. Tapi, manakala pendekatan makin baik, dengan sedikit pancingan lelucon saja, pemotret mendapatkan ekspresi yang sangat ekspresif dan baik, seperti pada Foto 1 bagian bawah.

Foto 1. Foto: Arbain Rambey
Foto 1. Foto: Arbain Rambey
Selanjutnya, ekspresi manusia untuk dipotret kadang bukanlah ekspresi yang dipancing oleh sang fotografer. Adakalanya seorang fotografer akan "menggali" ekspresi manusia dalam sebuah kegiatan dengan natural. Artinya, ekspresi yang didapat dalam foto adalah ekspresi yang murni dan diambil dengan spontan tanpa disadari manusia yang dipotret itu.

Perhatikan Foto 2. Foto itu diambil dalam sebuah rapat desa di Sumatera Utara. Suasana rapat desa itu sangat santai dan penuh gelak tawa. Dari aneka ekspresi yang ada, wajah seorang wanita di tengah kerumunan terlihat sangat lugu dan unik. Dan, untuk mencegah agar dia tidak terganggu dengan kehadiran kamera, foto diambil dari jarak yang cukup jauh dengan lensa 500 milimeter.

Foto 2. Foto: Arbain Rambey
Foto 2. Foto: Arbain Rambey

Mengamati kebiasaan

Salah satu cara lain untuk mendapatkan foto kegiatan manusia yang menarik adalah dengan mengamati sebuah kebiasaan. Mungkin info tentang kebiasaan ini datang dari pihak lain dan info itu perlu dipelajari dulu sebelum melakukan pemotretan.

Foto 3 dibuat berdasarkan informasi yang didapat dari seorang teman bahwa penjual kerupuk di Pulau Samosir, Sumatera Utara, membawa kerupuk dalam jumlah besar cuma memakai sepeda motor. Dia biasanya mendarat di Pelabuhan Tomok sekitar pukul 09.00 pagi dari daratan Sumatera. Dari info itu, pemotretan dilakukan dengan "mencegat" sang penjual kerupuk di sebuah titik yang cukup fotogenik untuk jadi latar belakang pemotretan. Pemotretan dengan cara candid alias diam-diam menghasilkan ekspresi sang penjual kerupuk yang natural.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun