Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk adalah dua indikator utama yang sering menjadi fokus dalam mengukur perkembangan suatu daerah. Namun, apakah peningkatan keduanya selalu berjalan beriringan? Jika dilihat dari data yang ditampilkan dalam grafik pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan jumlah penduduk dari tahun 2012 hingga 2021, kita bisa menarik beberapa kesimpulan menarik. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana hubungan antara kedua variabel ini, apa yang terjadi ketika tren tersebut tidak sejalan, dan strategi apa yang bisa diterapkan untuk memastikan pertumbuhan yang lebih baik di masa depan.
Dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir, PDRB secara umum menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil. Pada 2012, PDRB berada di angka 18,7 miliar dan terus meningkat hingga mencapai 37,1 miliar pada 2021. Peningkatan ini tentu mengesankan dan menunjukkan adanya perkembangan ekonomi yang signifikan. Namun, jika kita cermati lebih jauh, ada satu tahun yang menarik perhatian, yaitu 2020. Di tengah laju pertumbuhan yang cenderung stabil, justru terjadi sedikit penurunan pada tahun tersebut. Setelah PDRB mencapai angka 35,6 miliar pada 2019, jumlahnya turun sedikit menjadi 35,3 miliar di tahun 2020.
Apa yang terjadi? Tentu kita semua masih ingat, 2020 adalah tahun di mana pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia. Krisis global ini tidak hanya mengguncang sistem kesehatan, tetapi juga menghantam berbagai sektor ekonomi. Pembatasan sosial, lockdown, dan ketidakpastian global membuat sektor ekonomi melambat drastis. Industri yang biasanya menyumbang banyak pada PDRB, seperti pariwisata, manufaktur, dan perdagangan, mengalami penurunan tajam. Meski demikian, ekonomi kembali bangkit pada tahun berikutnya, dengan PDRB naik kembali ke angka 37,1 miliar pada 2021.
Di sisi lain, jumlah penduduk menunjukkan pertumbuhan yang stabil selama sembilan tahun tersebut. Dari 7,8 juta pada 2012, jumlahnya terus meningkat hingga mencapai 9,08 juta pada 2021. Yang menarik adalah kenaikan tajam pada tahun 2020, di mana jumlah penduduk melonjak dari 8,4 juta pada 2019 menjadi 9 juta di 2020. Lonjakan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti peningkatan angka kelahiran atau bahkan penurunan angka kematian akibat perbaikan layanan kesehatan.
Namun, ada satu pertanyaan penting: Apakah peningkatan jumlah penduduk ini otomatis meningkatkan PDRB? Jawabannya, ternyata tidak selalu. Meskipun penduduk terus bertambah, kita melihat bahwa pada tahun 2020, PDRB justru turun. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk saja tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Mengapa bisa begitu? Karena produktivitas dan daya beli masyarakat juga memegang peranan penting. Jika penduduk bertambah, tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas, lapangan kerja, dan daya beli, maka ekonomi bisa tersendat.
Secara teori, peningkatan jumlah penduduk seharusnya berarti peningkatan konsumsi, tenaga kerja, dan pada akhirnya mendorong ekonomi. Namun, dalam kenyataannya, ada banyak faktor yang memengaruhi bagaimana kedua variabel ini berinteraksi. Pada tahun 2020, pandemi memunculkan gangguan besar terhadap produktivitas ekonomi. Banyak perusahaan yang harus menghentikan operasional, sektor-sektor jasa terganggu, dan perdagangan internasional melambat. Akibatnya, meskipun jumlah penduduk meningkat, sektor ekonomi tidak bisa memanfaatkan tenaga kerja tambahan yang dihasilkan oleh pertumbuhan penduduk tersebut.
Selain itu, peningkatan jumlah penduduk tanpa peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) bisa menjadi beban bagi ekonomi. Jika pertumbuhan penduduk tidak diikuti dengan peningkatan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja, jumlah penduduk yang besar justru bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan pemangku kebijakan untuk tidak hanya fokus pada kuantitas, tetapi juga kualitas pertumbuhan penduduk.
Bagaimana caranya agar PDRB dapat terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk? Salah satu jawabannya adalah diversifikasi ekonomi. Ketergantungan pada satu atau dua sektor dominan dapat menjadi risiko besar, terutama dalam menghadapi krisis global seperti pandemi. Diversifikasi ekonomi berarti memperkuat sektor-sektor lain yang lebih tahan terhadap guncangan, seperti teknologi, kesehatan, dan pendidikan. Investasi pada sektor-sektor ini akan menciptakan lapangan kerja baru yang berkualitas dan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil.