Selanjutnya, kami dipersilahkan untuk duduk dan tidak lama kemudian kami melaksanakan shalat Maghrib berjamaah di rumahnya.
Banyak hal yang dibicarakan di situ. Mulai dari bicara perkuliahan, masa depan, cerita tentang sejarah kerajaan Jawa, sejarah kerajaan Sumatera, sejarah kerajaan Bali, hingga bicara masalah Keraton Yogyakarta saat ini.Â
Yang menarik lagi, saat itu, ketika pak Fani mulai masuk dan berbicara tentang HMI. Dulu, HMI pecah menjadi dua, antara HMI Dipo dan HMI MPO, pak Lafran Pane, masih hidup. Tapi, ia "membiarkan".Â
Membiarkan, dalam artian, tidak ikut campur dan intervensi urusan kepengurusan internal HMI, meskipun ia adalah pendiri HMI. Ia membiarkan adik-adik HMI menyelesaikan masalah HMI dengan internalnya sendiri.
Bila kita melihat, ini merupakan sikap yang mulia yang dimiliki oleh Lafran Pane, meskipun ia tahu ada masalah di internal HMI, ia tidak mau ikut campur dan intervensi urusan kepengurusan internal HMI. Sikap ini tidak ada yang saya lihat kepada kader-kader HMI dan alumni-alumni HMI hari ini.
Jauh berbeda dengan kader-kader HMI dan senior-senior HMI hari ini. Ada malasah internal HMI, senior ikut campur dan intervensi internal kepengurusan HMI. Padahal, yang menentukan keputusan dan kebijakan strategis terhadap masalah-masalah yang ada di internal HMI merupakan tanggungjawab pengurus HMI yang sah secara struktural di HMI.
Di HMI kita diajarkan independensi, baik indepedensi organisasi maupun independensi kader. Independensi itu tidak netral, tapi berpihak; berpihak kepada kebenaran dan berpihak kepada kepentingan umat. Namun, itu tidak berlaku di HMI.
Kembali kepada bapak Lafran Pane di atas. Siapa yang tidak kenal Lafran Pane, pendiri HMI itu, yang sederhana dan tidak minat terhadap kekuasaan?
Kalau kader-kader HMI membuka kembali sejarah dan biografi pak Lafran Pane akan menemukan sosok yang tidak ditemukan pada kader-kader HMI dan alumni-alumni HMI hari ini.
Tidak berlebihan saya katakan demikian, tidak ada sosok atau figur kader HMI atau alumni HMI yang menjadi panutan bagi Kader-kader HMI hari ini, laiknya Lafran Pane. Kader-kader HMI dan alumni-alumni HMI hari ini bicara kepentingan, kekuasaan dan gerbong masing-masing.
Inilah yang menurut saya, berproses di HMI itu, yang ideal itu berproses di Komisariat, masih murni dan jauh dari politik praktis.