[caption caption="Ilustrasi - ebook (Shutterstock)"][/caption]Dalam buku Think and Grow Rich tertulis, “Banyak emas yang digali dari tambang emas, akan tetapi lebih banyak emas yang digali dari dalam pikiran.”
Kita dapat melihat pemilik tambang emas tidaklah sekaya mereka yang bergerak di beberapa bidang, seperti industri, perdagangan maupun pekerja seni. Penulis seperti J.K. Rowling penulis Harry Potter ataupun penulis buku Da Vinci Code merupakan contoh dari penulis yang sukses membuat diri mereka menjadi orang paling kaya dunia hanya dengan bermodalkan imajinasi dan kerja keras. Penyanyi legendaris seperti Michael Jackson ataupun pembuat film maupun aktor film seperti Tom Cruise merupakan orang yang kaya hanya dari imajinasi, ketekunan, dan kerja kerasnya.
Lalu, pekerja seni mungkin menghadapi beberapa kenyataan yang belakangan ini melanda banyak kalangan pekerja seni. Bahwa ada perkataan, industri musik mengalami pasang-surut akibat adanya internet dan download gratis. Lalu pekerja film melihat film-film mereka dibajak dan disebarkan secara gratis di internet. Para penulis juga melihat karya mereka dibajak secara luar biasa di internet. Tampak masa depan mereka mulai suram.
Tetapi apa yang sebenarnya terjadi tidaklah demikian. Bagi para pekerja seni, hal ini tidak seharusnya mengganggu keinginan mereka untuk berkarya. Bagi manusia seperti diriku yang menyukai seni menulis, saya pribadi melihat bahwa "kemungkinan" untuk sukses bagi pekerja seni, bahkan lebih besar dari sebelum-sebelumnya, hanya saja kita harus mengakui tantangannya lebih besar.
Bayangkan sebuah musik, film, karya tulis, asalkan itu bagus, maka karya tersebut akan langsung dibawa oleh internet ke hadapan ribuan, jutaan pengguna tepat di depan layar komputer mereka. Dan semua itu tentu saja ada yang membajak, namun kemungkinan orang membeli karya tersebut akan lebih tinggi.
Contoh sederhana, saya pernah mencoba untuk memasang karya buku melalui Google Play, karya dalam bahasa Indonesia hanya untuk waktu setahun lebih. Buku tersebut langsung disambar oleh pembeli dari banyak negara, (bahwa ada orang indonesia di negara lain yang ikut membeli). Buku tersebut memang tidak mencapai penjualan ribuan, hanya beberapa ratus. Namun, tentu saja saya mendapatkan uang sekitar beberapa juta.
Karya lain yang tidak bagus juga saya ikutkan dan tentu saja tidak terjual sebaik yang bagus. Selain itu, saya juga melihat di belahan dunia lain di Cina, mereka menyediakan situs bagi para penulis web novel yang dijual per chapter. Pembacanya bahkan mencapai ratusan juta. Mereka menjual tulisan mereka dan disambar dengan keuntungan begitu tinggi.
Dalam dunia seni, penulisan khususnya, saya pribadi meyakini kekayaan akan datang bagi mereka yang dapat memberikan karya yang bagus dan bermutu, maka mereka akan mampu bersaing dan menaiki ombak besar menuju kesuksesan. Bukankah bagi penulis, untuk membuat karya yang bagus sesungguhnya mereka hanya perlu menulis, menulis, dan menulis?
Bukankah hanya otak dan imajinasi yang mereka butuhkan? Memang tidak ada makan siang gratis, tidak ada yang bisa didapatkan dengan mudah tanpa keberuntungan dan atas seizin Tuhan. Oleh karenanya, marilah bekerja keras untuk mencapai impian.
Sesungguhnya, dunia seni tidak mengalami penurunan. Kebalikannya, mereka mengalami kenaikan hanya saja diikuti dengan kenaikan tantangan akan kualitas dan mutu dari karya yang diminta oleh dunia. Mereka yang sanggup melewati tantangan tersebut akan melihat sebuah dunia baru. Oleh karenanya, baiklah siapa pun, pada usia berapa pun, mulailah menulis dan berkarya, tidak ada kata terlambat untuk memulai. Karena pastinya tidak memulai tidak akan pernah mencapai apa pun.
Sedangkan untuk para pekerja seni, baik itu musik, buku, maupun film, sebuah situs Scholastic melakukan survei pada ribuan orang dan menemukan. Karya yang dicari dan disenangi oleh orang-orang adalah karya yang:
1. Menghibur (merupakan pilihan terbanyak 70%). Karya apa pun yang dapat menghibur mereka akan membuat mereka bersedia membaca, menonton, atau mendengarkan.
2. Merangsang Imajinasi (54% pemilih). Sebuah buku yang kaya imajinasi, sebuah film yang indah dan musik yang kaya irama akan membuat mereka senang.
3. Karya yang teratur/rapi (48%). Karya yang sembarangan ditulis atau diciptakan tentu tidak menarik. Setidaknya karya itu memiliki standar atau di atas standar yang berlaku. Cerita yang bagus, mengalir, dan rapi, memiliki awal, tengah dan akhir. Film yang memiliki logika dan alur yang bagus. Musik yang tidak berlompatan iramanya, terangkai bagus dalam vokal dan setiap nadanya.
4. Karakter yang menarik (43%). Setiap karya memiliki contoh karakter yang menarik, baik itu dalam buku, film, maupun musik. Karakter itu juga menjadi penarik bagi para pembaca, penonton, atau pendengar.
5. Memiliki nilai pendidikan (43%). Tidak jarang karya yang memiliki nilai pendidikan, mengajar atau menawarkan informasi akan disukai banyak orang.
Memang saya sendiri belumlah sampai tahap yang dapat mengajar karena kesuksesan belum berkunjung, akan tetapi setidaknya syukur sudah mendiami relung hati dan keluarga. Harapan saya adalah bagi pekerja seni, teruslah berkarya, mungkin satu atau dua karya belum cukup maka tulislah seratus atau dua ratus karya, jika perlu ribuan atau jutaan karya. Hingga satu karya dapat mencapai kesuksesan yang diimpikan. Tentunya semua itu dilakukan dengan kerja keras, tidak malas, menikmati pekerjaan itu, dan sambil berdoa kepada Yang Kuasa.
Jangan risaukan kesuksesan karena itu akan datang bersama dengan kualitas karya. Sebuah emas tidak akan selamanya tenggelam. Jika belum juga sukses itu berarti karya kita belum bagus, maka teruslah berkarya dan jangan risaukan hal lain atau patah semangat. Waktu untuk berkarya jauh lebih berharga dari pada waktu untuk patah semangat.
Yang terpenting, bersyukurlah dengan apa yang kita miliki saat ini. Jadikan dasar kedamaian dan ketenangan dalam hati. Berdoalah dan kemudian mulailah berkarya, bukan untuk uang atau kesuksesan. Akan tetapi agar hati kita dapat bebas berkarya dan merasa bahagia dalam kehidupan. Baik sukses atau tidak, bukankah kebahagiaan dan kedamaian itu yang terutama? Setelahnya kita hanya perlu bergerak maju perlahan-lahan tanpa menyakiti diri kita atau siapa pun.
Siapa pun, berkaryalah dalam kebahagiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H