Semarang, (10/06/2024) - Di tengah bisingnya kehidupan, jiwa kita seringkali membutuhkan ketenangan dan kedamaian. Bagi umat Islam di Indonesia, ziarah ke makam Wali Songo merupakan salah satu cara untuk menemukan ketenangan dan kedamaian tersebut. Minggu lalu, saya berkunjung ke dua makam Wali Songo yang sangat dihormati dan disegani, yakni Sunan Kudus dan Sunan Muria. Di sana, saya melakukan ziarah kepada para wali allah serta belajar sejarah penyebaran islam yang dilakukan oleh Sunan Kudus dan Sunan Muria.
Ziarah ke makam Sunan Kudus dan Sunan Muria bukan hanya tentang mengunjungi tempat-tempat bersejarah, namun juga dapat menjadi sebuah refleksi diri dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Di tengah kesibukan dunia, ziarah ini menjadi pengingat untuk terus bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita.
Perjalanan diawali pada Jum’at malam sekitar pukul 9 malam dengan berziarah ke makam wali yang berada di Kota Semarang. Sangat direkomendasikan apabila ingin melakukan perjalanan religi ke para wali dapat dilakukan pada hari Jumat karena hari tersebut direkomendasikan langsung oleh Rasulullah SAW dan hari Jum’at merupakan sayyidul ayyam atau hari yang paling baik di antara hari lainnya.
Sebelum berangkat ke Kudus, saya bersama teman saya melakukan ziarah ke makam Habib Thoha bin Muhammad bin Yahya atau yang sering dikenal sebagai mbah depok dan makam putranya yakni Habib Hasan bin Thoha bin Yahya. Selain berziarah, saya sowan ke kediaman abah yang merupakan penjaga makam Habib Thoha dan saya mendapat pesan dari abah ” menawi ajeng sowan nopo ziarah ting makam poro wali, dikawiti ingkang caket npo ingkang tasih setunggal daerah kito rumiyen”.
Perjalanan dilanjutkan menuju makam Sunan Kudus yang terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus dengan suasana ramai kendaraan disertai kabut tipis yang menyertai perjalanan kami. Perjalanan pun berlalu dan akhirnya kami sampai di makam Sunan Kudus atau yang memiliki nama lengkap Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan.
Sesampainya di Makam Sunan Kudus, saya langsung disuguhkan oleh kemegahan menara kudus dengan loncengnya yang khas serta arsitektur masjid yang unik membuat saya terpukau dengan keindahan dari bangunan tersebut.
Saya duduk di depan makam Sunan Kudus dan berdoa bersama jamaah lainnya, meminta petunjuk dan perlindungan. Ketika saya memanjatkan doa, saya merasakan kehadiran spiritual yang kuat, sehingga membuat saya merasa tenang dan damai. Setelah berdoa, saya menyempatkan untuk tadarus al – qur’an di sekitar makam kemudian saya berjalan-jalan di sekitar area masjid sembari mengagumi seni dan sejarah yang terukir di setiap sudutnya.
Waktu menunjukkan pukul 6 pagi dan saya bersama teman saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan religi menuju makam Raden Umar Said atau biasa dikenal dengan Sunan Muria yang terletak di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Suasana dingin disertai gerimis rintik hujan menemani perjalanan kami.
Medan jalan menuju Makam Sunan Muria cukup terjal dan berliku-liku serta terdapat pemanadngan perbukitan asri yang mengelilingi sisi kiri kanan jalan. Apabila pengunjung tidak ingin berjalan kaki menaiki tangga untuk menuju puncak Sunan Muria, terdapat ojek yang siap mengantarkan pengunjung hingga sampai puncak makam Sunan Muria dengan tarif 20 ribu per orang.