Pertama. Penambahan alternatif interval penyuntikan dosis pertama dan kedua yaitu 28 hari untuk populasi dewasa (18-59 tahun). Alternatif ini dapat dipilih dalam pelaksanaan kegiatan vaksinasi yang menyasar populasi dewasa maupun lansia secara bersamaan;
Kedua. Vaksin COVID-19 harus digunakan secepatnya karena memiliki masa pakai yang pendek yaitu 6 bulan sejak tanggal produksi. Dibutuhkan monitoring ketat pemakaian vaksin dalam rangka mencegah pemborosan vaksin;
Ketiga. Optimalisasi indeks pemakaian vaksin dengan tetap menjaga mutu kualitas vaksin. Vaksin Covid-19 produksi PT. Biofarma dapat dioptimalkan penggunaannya sampai 11 dosis @ 0,5 ml, sesuai dengan surat Biofarma nomor SD-023.12/DIR/III/2021 tanggal 12 Maret 2021 perihal: Penjelasan volume vaksin
Dilansir dari laman Health Detik Com. Perpanjangan masa interval vaksin Sinovac juga dikonfirmasi juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi. Menurutnya, perubahan masa interval vaksin ditujukan untuk memudahkan vaksinasi di lapangan, agar lansia dan usia dewasa bisa menerima vaksin Corona secara bersamaan.
Adapun pembahasan interval vaksin tersebut, dilakukan bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI).
Meski begitu, dr Nadia menegaskan untuk mendorong pemberian dosis kedua di rentang waktu 14 hari, hal ini demi mempercepat vaksinasi Covid-19.
Kenapa suntik vaksin Covid-19 harus dua dosisi? Apa yang terjadi jika suntik vaksin Covid-19 tidak sesuai jadwal?
Dilansir dari laman Kesehatan Kontan Co Id. Setiap penerima vaksin Covid-19 harus menerima suntikan 2 kali. Penerima vaksin Covid-19 harus mematuhi jadwal yang sudah ditetapkan. Pasalnya, suntik vaksin Covid-19 ini berkaitan dengan pembentukan antibodi dan mutasi virus corona.
Pemberian vaksin Covid-19 dosis kedua yang lebih lambat dikhawatirkan bisa memicu lebih banyak mutasi virus.
"Terdapat kemungkinan, perubahan skema pemberian dosis kedua vaksin virus corona semacam itu akan mempertinggi laju mutasi virus," demikian peringatan Florian Krammer, peneliti vaksin dari Icahn School of Medicine di New York dalam sebuah konferensi pers Science Media Center (SMC), dikutip dari DW Indonesia.
Vaksinasi Covid-19 harus dilakukan sebanyak dua kali. Karena, pada penyuntikan vaksin Covid-19 yang pertama, jumlah antibodi yang menetralkan virus masih rendah.