Mohon tunggu...
ARASKA ARASKATA ARASKA BANJAR
ARASKA ARASKATA ARASKA BANJAR Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

A.Rahman Al Hakim, nama pena ARAska ARASKata ARASKA Banjar. Profesi Jurnalis di Kalsel, Pelaku seni, Aktivis Lingkungan dan Aktivis Seni Budaya Sosial Pendidikan, serta menjadi Terapis di Lanting Banjar Terapi. Domisili di Banjarmasin, Kalsel. Facebook araska araskata. Email araska.banjar@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Anak Kami Ditolak di Sekolah Inklusi

10 Oktober 2016   07:38 Diperbarui: 12 Oktober 2016   07:30 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi foto by ARAska

Mengapa Anak Kami Ditolak di Sekolah Inklusi

Oleh Dina Fuji Utami dan Tim LanSa ABK *

Tidak terbayang bagi kita umumnya, kalau rutinitas setiap hari di lalui dengan merawat sekian banyak Anak-anak Berkebutuhan Khusus, tentu penuh pengorbanan dan perjuangan.

Suster Ester, seorang wanita berumur 40 tahunan, yang mengabdikan dirinya untuk mengurus dan merawat anak-anak yang ada di Panti Asuhan (PA) Bhakti Luhur layaknya anak sendiri.

Setiap harinya, dengan dibantu oleh suster dan perawat lainnya, mereka selalu memberikan cinta dan kasih sayang kepada anak-anak panti tanpa mengenal lelah sedikitpun. Demi memberikan pelayanan penuh kepada anak-anak Panti Bhakti Luhur, wanita berdarah asli Ambon tersebut rela jauh dari kampung halamannya.

“Terkadang kerinduan akan kampung halaman itu ada, namun aku lebih mengkhawatirkan anak-anaku di panti ini,” ungkap Suster Ester, pada Rabu sore, 3 Agustus 2016, di rumah tinggal panti sementara yang terletak di Jalan Zapri Zam-Zam, Banjarmasin.

Perbincangan dengan Suster Ester ini di PA Bhakti Luhur, adalah merupakan rangkaian jejak yang panjang dari kegiatan sosial Lanting Sahabat Anak Berkebutuhan Khusus (LanSa ABK) bersama Prasasti Pena yang telah dimulai dari Oktober 2015, dengan tema ‘Berbagi Pengetahuan & Pengalaman’.

Rangkaian kegiatan sosial sebelumnya, yaitu dari Panti Asuhan ke Panti Asuhan (PA) di PA Al Ihsan, PA Siti Armah, PA Al Hidayah, PA Al Ikhlas, PA Nur Hidayah, PA Harapan Ibu, PA Muhammadiyah Putra, PA Aisyah Puteri, PA Sultan Suriansyah, PA Intan Sari, dan PA Nur Azizah.

PA Bhakti Luhur adalah satu-satunya Panti Asuhan ABK yang ada di wilayah Kota Banjarmasin. Panti Asuhan ini pertama kali berdiri di Indonesia pada tahun 1965, tepatnya berada di Kota Malang, dan pada tahun 2008 barulah dibangun di Kota Banjarmasin yang diprakarsai oleh seorang Pastur asal Belanda.

Walaupun panti asuhan ini mayoritas anak-anaknya beragama Katholik, tapi tanpa sedikitpun mereka membedakan suku, ras dan agama yang dimiliki oleh masing-masing anak. Tidak hanya itu saja, keistimewaan Panti Bhakti Luhur ini adalah anak-anak yang dirawat dan dibina memiliki suatu ‘keunikan’ yang sangat spesial dari Tuhan, mereka sebagian besar adalah anak-anak mulia calon penghuni surga seperti tunarungu (bisu tuli), autism, hiperaktif, down syndrome, lambat belajar, dan tunalaras (gangguan perilaku).

Dibalik keterbatasan dan kekurangan yang mereka miliki, tentunya ada suatu harta karun terpendam yang layak untuk digali.

“Kepedulian terhadap orang-orang berkebutuhan khusus dan memang orang-orang yang tidak beruntung hidupnya, dan yang terlantar itu menjadi prioritas utama kami,” ucap Suster Ester.

Pada tahun 2015 silam, musibah menimpa rumah PA Bhakti Luhur yang lama, yang berada di Komplek Pembangunan 1, Jalan Pandan. Saat magrib menjelang malam, terjadi konsleting listrik yang bersumber dari bangunan di lantai dua Panti, dan mengakibatkan arus pendek yang berujung kebakan.

“Puji Tuhan, saat kebakaran terjadi seluruh anak semuanya selamat, walaupun ada beberapa yang luka-luka karena terkena pecahan kaca, tapi mereka semua selamat,” ujarnya.

Dan karena peristiwa itulah, saat ini Panti berada di dua tempat, karena bangunan terdahulu masih dalam tahap renovasi.

Terlepas dari kenangan pahit satu tahun silam, kini anak-anak PA Bhakti Luhur menjalani hari mereka dengan penuh semangat. Bersekolah, melakukan terapi, bermain bersama aktifitas yang tidak akan pernah dilewatkan anak-anak.

“Kami bangun jam setengah lima, dan saat kami bangun anak-anak juga bangun. Kami membantu anak-anak yang memang belum mampu mandi dan makan, mereka bersekolah. Jam 12 semua anak sudah pulang ke rumah, setelah pulang anak makan siang, piket dan ada kegiatan di siang hari, ada anak-anak yang belajar bersama secara klasikal dan ada namanya MASTER, itu kegiatan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki masing-masing anak,” kata suster Ester.

Wanita yang akrab di panggil Mama tersebut mengatakan, bahwa walaupun anak-anak ini cacat, tetapi para pengasuh tidak mau menggangap mereka cacat, mereka kami perlakukan sama seperti orang normal lainnya. Mereka bisa menyapu, mengepel, mereka bisa bantu pekerjaan rumah.

Tanpa kenal lelah Mama Ester dibantu lima suster dan lima perawat lainnya mengurusi, dan mendidik keseharian 27 anak didalam panti dengan penuh suka cita. Tanpa henti mereka terus belajar memahami kondisi dan hambatan anak, memberikan layanan terapi okupasi dan speech-theraphyuntuk anak-anak.

Anak-anak di Panti Bhakti Luhur pun memiliki hobi di bidang atletik, menyanyi, menari, dan menggambar. Kegemaran yang mereka miliki itulakah akar dari bakar terpendam yang masih harus digali. “Setiap hari kamis kami ada latihan menyanyi dan menari yang musiknya kami ciptakan sendiri, karena terbatas” ucap Mama Ester sambil tertawa lirih. Memang pada hari kamis anak-anak latihan menyanyi dan menari tertapi karena tidak memiliki alat penunjang seperti alat musik, tape-recorder sehingga dilakukan dengan seadanya saja.

Terkadang Mama Ester sedih dengan kurang pedulinya masyarakat di lingkungan Panti sementara ini, yaitu saat ada anak-anak yang terlewat dari pengawasan lalu keluar dari halaman pagar dan berlari di pinggir jalan raya, “Mereka melihat kami berlari mengejar anak itu, mereka lihat itu. Tetapi mereka tidak membantu, hanya menonton saja” cerita Mama Ester lirih.

Dalam menyekolahkan anak-anaknya, terkadang Mama kesulitan, “Apakah karena saya ini suster sehingga anak kami tidak diterima ? Padahal sekolah tersebut adalah salah satu sekolah Inklusi (sekolah yang menerima seluruh anak tanpa pengecualian apapun), tetapi tetap saja mereka menolak, dengan alasan kuota anak sudah penuh,” ungkap Mama Ester.

Dibalik kekecewaan Mama Ester, ada sedikit kebahagiaan. Karena, Pegawai Pemerintahan Kota dan Dinas Sosial sangat mendukung dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap PA Bhakti Luhur, mereka membantu baik secara materil dan moril, serta selalu mendukung untuk mensejahterakan kehidupan anak-anaknya. “Kami itu sama Dinas Sosialnya sangat dekat kalau ada apa-apa menelpon, komunikasi sangat baik” kata Mama Ester.

Dukungan dan kepedulian yang diberikan oleh Pemerintah dan Dinas Sosial sangat membantu sekali tentunya dalam menunjang kesejahteraan hidup. Semoga di masa yang akan datang, tidak ada lagi keluhan yang berisi bahwa sekolah Inklusi tidak menerima anak-anak berkebutuhan khusus, memilih peserta didik secara tidak adil, dsb.

Pendidikan Inklusi adalah gerbang dari pendikan yang sebenarnya untuk anak-anak, pendidikan yang sama sekali tidak mendiskriminasi dari sisi agama, ras, suku dan bangsa. Semua bersatu dan bersama-sama untuk mendapatkan pendidikan menjadi pribadi gemilang untuk Indonesia yang lebih baik.

* Penulis, Mahasiswi FKIP Prodi PLB UNLAM dan Peserta Pelatihan Menulis di LanSa ABK.

https://www.facebook.com/araska.araskata/media_set?set=a.1167588766626508.1669060610&type=3

https://www.facebook.com/1384010988569715/photos/?tab=album&album_id=1571445136492965

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun