Mohon tunggu...
ARASKA ARASKATA ARASKA BANJAR
ARASKA ARASKATA ARASKA BANJAR Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

A.Rahman Al Hakim, nama pena ARAska ARASKata ARASKA Banjar. Profesi Jurnalis di Kalsel, Pelaku seni, Aktivis Lingkungan dan Aktivis Seni Budaya Sosial Pendidikan, serta menjadi Terapis di Lanting Banjar Terapi. Domisili di Banjarmasin, Kalsel. Facebook araska araskata. Email araska.banjar@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Religuitas Semu

3 Juli 2016   00:50 Diperbarui: 3 Juli 2016   02:04 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Marhaban ya Ramadhan!

bulan suci yang sangat istimewa

terkandung berkah dan rahmat-Nya

bulan ketika menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya

bulan ketika amal-amal diterima

nafas menjadi tasbih

tidur menjadi ibadah

do’a-do’a diijabah

bulan maghfirah

Ramadhan, kegiatan religius sangat semarak

tarawih dan buka puasa bersama menjadi tradisi membludak

mobilisasi zakat terjadi besar-besaran

di mana-mana diadakan pengajian

Wahai manusia!

sesungguhnya diri tergadai karena amal

saat ibadah hanya menjadi simbolisasi bebal

bila religiusitas Ramadhan ternyata semu yang fatal

karena konstruksi Ramadhan sekadar tataran simbol yang binal

Ramadhan telah menjadi simbolik keadaan

dengan tidak membawa implikasi kebaikan pada diri dan lingkungan

muncul kontradiksi meningkatnya religiusitas penyamun

korupsi malah tiada menurun

kerusakan lingkungan kian melantun

kekerasan pada anak membuat panas ubun-ubun

berpuasa hanya sekadar tidak makan dan minum

dengan tetap tingginya tindakan pelanggaran hukum

Ramadhan, Al Qur’an ramai ditadaruskan

sayangnya ayat-ayat suci dipahami hanya sebagai teks-teks permukaan

sehingga yang terjadi justru kontra-produktif tindakan

kerasnya speaker masjid malah membuat bising dan mengganggu kekhusukan

Wahai manusia!

yang asik memperindah ketaatan lahiri

serasa sorga telah dimiliki

tapi kematian yang pasti

malah takut untuk dihadapi

tiada guna amal lahiri

bila merasa diri yang punya kendali

Ramadhan pun berlalu

nafsu jua yang jadi penentu

ironis dan sangat miris

Ramadhan pun menangis

(ARAska Banjar, Banjarmasin, 20.05.16-18:12)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun