Sejatinya rekreasi telah menjadi kebutuhan pokok yang tak bisa diabaikan. Karenanya, meski dalam suasana pandemi dengan segala keterbatasannya, destinasi wisata dimanapun akan tetap menjadi pilihan guna menghilangkan kepenatan rutinitas harian. Terlebih lagi pada masa-masa liburan anak sekolah.
Bagi mereka yang mengunjungi Sulawesi Utara, ada banyak destinasi menarik yang bisa dikunjungi mulai dari wisata pantai hingga puncak bukit dengan berbagai pemandangan alamnya.
Salah satu destinasi wisata yang populer saat ini dan terus mengalami perkembangan adalah Makatete Hills yang terletak di Desa Warembungan, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa. Ada banyak destinasi wisata puncak bukit di Sulawesi Utara, namun Makatete Hills memberikan kesan berbeda bagi setiap pengunjungnya.
Ketika mendekati lokasi, akan terasa hawa sejuk dan suasana khas perkebunan dengan pohon-pohon yang rimbun. Makin ke puncak, pengunjung akan disuguhi pemandangan yang indah hingga memasuki lokasi.
Setibanya di pintu gerbang, pengunjung diwajibkan membayar biaya masuk Rp. 10.000,-/orang. Tak perlu khawatir karena tidak ada biaya parkir yang dikenakan bagi setiap kendaraan yang masuk.
Dari puncak bukit Makatete, tampak jelas keindahan pulau Bunaken, pulau Manado Tua, juga pulau Siladen dan Gunung Klabat. Terlebih lagi jika cuaca cerah dan tak berawan.
Indahnya Kota Manado di sepanjang Teluk Manado itu tampak lebih menakjubkan. Karenanya, dengan pesona tersebut, pengunjung semakin ramai apalagi di akhir pekan.
“Amazing benar pemandangan dari puncak bukit ini. Tidak rugi saya membawa keluarga berlibur ke sini. Selain jarak tempuhnya dekat dari Kota Manado, spot-spot yang ada juga sangat menarik” ungkap Irfan salah satu pengunjung dari Jakarta yang datang bersama keluarga kecilnya.
Demi keamanan dan kenyamanan bersama, safety belt juga dipakai sesuai aturannya dan tetap undercontrol para petugas bagi pengunjung yang menikmati setiap wahana.
Jika tidak memiliki keberanian, pengunjung sebaiknya menikmati pemandangan dari lantai dua restoran Makatete Hills.
Di sore hari, angin yang berhembus sepoy akan menambah kesan pengunjung di lokasi. Apalagi menunggu sampai terbenamnya matahari atau sunset. Keagungan dan kebesaran Tuhan akan semakin disadari saat berada di sini.
Begitu melihat keindahannya, pengunjung akan berdecak kagum dan terpesona akan ciptaan Yang Maha Kuasa. Karenanya dari atas restoran ini juga biasa digunakan sebagai tempat ibadah oleh beberapa komunitas yang datang. Hanya saja, belum ada fasilitas mushalla bagi umat Islam yang akan menunaikan shalat.
Namun bagi mereka yang ingin mencoba menu khas restoran ini, silahkan menikmati mie cakalang spesial yang yummy. Soal harga so pasti murah meriah dan terjangkau di kantong.
Tidaklah berlebihan karena menara yang berwarna putih dengan tinggi 40 meter dan lebar 10 meter itu bisa tampak dari berbagai tempat di Kota Manado, terutama dari arah Teluk Manado.
Informasi lain menyebutkan Menara Salib yang terletak di area seluas 2 hektar itu dikerjakan oleh para pekerja muslim dari Jawa dan Gorontalo dengan anggaran hingga mencapai Rp. 850 juta. Jangan heran jika menara ini disebut pula sebagai simbol kerukunan dan menjadi salah satu ikon di Sulawesi Utara.
Secara historis, awalnya tempat ini adalah sebuah perkebunan cengkeh yang ludes terbakar saat musim kemarau panjang tahun 2014 lalu. Setelah sekitar empat tahun terbengkalai, Fandi Pelealu sang pemilik lahan kemudian membangun secara bertahap lokasi ini. Keputusannya yang sangat brilian ini termotivasi usai melihat berbagai destinasi wisata di Bandung.
Diapun mengalihfungsikan lahan perkebunannya menjadi destinasi wisata hingga sekarang. Terbukti, wisatawan yang datang setiap harinya silih berganti mencapai ratusan bahkan ribuan orang. Bukan hanya wisatawan domestik, namun wisatawan mancanegara juga sampai ke lokasi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H