Mohon tunggu...
Muhammad Aras Prabowo
Muhammad Aras Prabowo Mohon Tunggu... Dosen - M. A. P

Tidak ada titk dalam perjuangan!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Amarah 1996: Utang Sejarah Jendral TNI (Purn) Fachrul Razi

24 April 2023   10:51 Diperbarui: 24 April 2023   11:50 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makassar-Pancarian Andi Sultan (Almarhum) oleh Umar Ringkasa masih berlanjut keesokan harinya (baca: ini dan ini), 25 April 1996. Sekitar pukul 10.00 Umar Ringkasa berusaha masuk ke kampus untuk mencari keberadaan Andi Sultan (Almarhum). Namun penjagaan sangat ketat oleh banyak aparat, sehingga tidak bisa masuk kampus. Katanya bahwa bahkan jalan tikuspun tidak bisa kita lalui untuk masuk kamus.

Beberapa jam kemudian terdengar kabar bahwa ada ditemukan 3 mayat mahasiswa UMI di sungai Pampang. Sontak hal tersebut memicu letusan amarah mahasiswa dari berbagai kampus, dan melakukan aksi solidaritas.

Dan salah satunya adalah Almarhum Andi Sultan. Setelah dipastikan bahwa benar Andi Sultan telah gugur dengan kondisi tubuh yang sudah membengkak. “Dibadannya terdapat bekas sepatu laras dan beberpa bekas senjata tajam”, jelas Umar dengan suara yang terbatah-batah akibat sedih karena harus mengingat kembali sahabat dekatnya Almarhum Andi Sultan.

Munurut Masrudi Ahmad Sukaepa, S.E selaku Sekretaris BEM Fakultas Ekonomi UMI saat itu bahwa dari sisi medis Almarhum Andi Sultan sudah meninggal baru dibuang di sungai Pampang. Kerena tidak ditemukan banyak air dalam perutnya, artinya bahwa dia mati bukan karena tenggelam.

Kemudian Almarhum Andi Sultan dibawa ke rumah duka. Salah satu yang memandikan adalah sahabat dekatnya yaitu Umar Ringkasa. Berdasarkan penuturannya bahwa saat dimandikan, jenasah Almarhum sudah dalam keadaan membusuk dan dibalut kain hingga tujuh lapis.

Saat itu sahabat-sahabat dari Almarhum Andi Sultan berdatangan ke rumah duka, dan beberapa aparat datang dan berusaha menangkapinya. Kemudian dikejar, karena dianggap sebagai inisiator dalam aksi tersebut.

Amarah Stimulan Gerakan 98

Kabar meninggalnya 3 orang mahasiswa UMI membangun lahirnya aksi solidaritas mahasiswa dari berbagai kampus di beberapa daerah. Daerah-daerah yang melakukan aksi solidaritas adalah Yogyakarta, Surabaya, Palembang bahkan Jakarta.

Saat itu gelombang demonstrasi kian memanas, tuntutan mahasiswa bertambah tidak hanya soal tarif angkot. Tapi melebar pada issu pelanggaran hak asasi manusia. Menjadi semakin massif karena gerakan mahasiswa didukung oleh Baharuddin Lopa yang saat itu adalah anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnasham). Dan kebetulan Almarhum Andi Sultan adalah keponakan dari Baharuddin Lopa.

Dari Amarah 1996 dipercaya oleh beberapa pihak termasuk para pelakunya bahwa gerakan tersebut menjadi kunci dan stimulan lahirnya gerakan mahasiswa 1998 dalam menggulingkan kekuasaan otoriter Orde Baru. Meskipun setelah Amarah 1996 terjadi beberapa rentetan gerakan mehasiswa menuju ke-98, namun diyakini bahwa Amarah merupakan titik tolak pertama gerakan 98 yang direspon oleh mahasiswa dari berbagai daerah.

Utang Sejarah Fachrul Razi

Orde Baru menggunakan segalah cara untuk mempertahankan kekuasaan. Termasuk mengunakan aparat TNI dalam membungkam dan menangkapi berbagai kelompok dan individu yang menentang kekuasaan. Tidak terkecuali gerakan mahasiswa yang berpotensi melemahkan kekuasaannya.

Seperti diketahui bahwa pada peristiwa Amarah 1996 tidak hanya polisi yang diturunkan untuk membungkam gerakan mahasiswa. TNI perpakaian lengkap, bahkan menurunkan sebuah kendaraan tank/panser masuk ke kampus UMI untuk menangkap dan melakukan tindakan represif terhadap mahasiswa.

Gerakan represif tersebut jelas-jelas melanggar Normalisasi Kehidupan Kampus yang dikeluarkan sendiri oleh pemerintah sendiri. Karena para aparat masuk dalam kampus tidak dengan persetujuan birokrasi UMI apalagi dengan para pengurus BEM dan BPM setiap Fakultas dalam lingkup UMI. Jelas tindakan tersebut menyalahi otonomi kampus, terang Masrudi Ahmad Sukaepa yang saat itu menjabat Sekretaris BEM Fakultas Ekonomi UMI.

Menurut pemaparan Abdul Kadir bahwa setalah jatuhnya korban, beberapa pertemuan dilakukan mahasiswa bersama Komnasham kepada beberapa pihak untuk mengusut pelaku pembunuhan 3 mahasiswa UMI. Termasuk pertemuan dengan aparat TNI melalui Pangdam Mayor Jenderal TNI Agum Gumelar dan Kasdam yang saat itu dijabat oleh Fachrul Razi dan saat ini menjabat Menteri Agama Republik Indonesia.

Tentu jabatan Fachrul Razi sebagai Kepala Staf Daerah Militer (Kasdam) VII/Wirabuana sangat strategis saat itu. Bahkan menurut Abdul Kadir bahwa Fachrul Razi pernah menjadi pimpinan rapat dalam salah satu pertemuan.

Hingga saat ini pelaku pembunuhan oleh 3 mahasiswa yang gugur tidak kunjung terungkap. Penyelidikan yang dilakukan atas tuntutan oleh mahasiswa tidak menghasil titik terang. Tentu ini menjadi utang bagi Fachrul Razi yang menduduki jabatan strategis saat itu.

Bersambung...

Oleh: Muhammad Aras Prabowo, S.E., M.Ak

(Alumni Fakultas Ekonomi UMI sekaligus Mantan Ketua Rayon PMII RE UMI)

Dikompilasi dari notulensi diskusi yang dilaksanakan oleh Alumni PMII RE UMI pada tanggal 28 April 2020.
Dikompilasi dari notulensi diskusi yang dilaksanakan oleh Alumni PMII RE UMI pada tanggal 28 April 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun