Untaian Kata dari Diamku, Persembahan Untukmu
Pengembaraan mencari keajaiban makna masih aku lakukan. Masih dalam diam dan belum mampu untuk menyuarakan kata sesederhana apapun untuk kuucapkan padamu. Maafkan aku mungkin aku membuatmu bingung melihat aku hanya diam seribu bahasa menurutmu. Padahal sungguh diamku ada jutaan kata. Dulu, sempat aku bingung mana mungkin dalam diam bisa menyimpan jutaan kata, ternyata benar adanya. Bagiku yang diam tentu itu kumengerti, tetapi bagimu yang hanya memandangku, mengamatiku maka hanya bertanya-tanya apa sebenarnya yang aku mau.
Wahai kau, karena itulah, kini diamku akan menuliskan kata yang akan ditarikan oleh jemariku ini. Ini aku persembahkan untukmu. Agar kau mengerti apa yang sesungguhnya ada dalam diamku ini:
1. Semilir angin yang mendesah, tarian dedaunan yang gemulai serta mengiramakan suara alam adalah temanku dalam pengembaraan menjawab tanya hatiku, “Siapa sebenarnya teman sejatimu?”. Dan terjawab sudah. Teman sejatiku ada dalam diriku sendiri. Ada di dalam ragaku, ia adalah jiwaku sendiri. Tempat beradu tanya manakala ada dilema menerpaku. Ku kayuh pedal jiwaku mencari solusi dan dalam jiwaku ada kalbuku yang akan memutuskan apa yang harus aku lakukan.
2. Mentari pagi menyapa ramah, sinarnya tak lelah menghangatkan gigilnya tubuhku. Sinarnya mencoba menguapkan embun agar uapnya mampu menyusup ke dalam kalbuku dan kemudian mendetak jantungku. Kalbu dalam membuat keputusan langkahku ternyata membutuhkan cahaya karena di dalamnya masih gelap gulita. Mana mungkin dalam kekelaman kalbu mampu memutuskan sebuah langkah terbaik. Rupanya teman sejatiku membutuhkan sahabat sejati. Kalbuku seirama detak jantung meyakinkan diri, sahabat sejati hanyalah Allah. Tidak ada yang lain. Hanya Ia yang tak akan meninggalkan diri ini dalam suka maupun duka. Bahkan cahaya-Nya yang mampu tersebar menembus kalbu-kalbu yang dikehendaki-Nya meskipun meliputi seluruh makhluk di langit dan di bumi, jagat raya ini. Cinta-Nya yang Agung dan Tulus takkan menelantarkan kalbu-kalbu yang menjadikan Ia sebagai sahabat sejati. Sungguh bila aku mencari sahabat sejati di antara makhluk-Nya aku ragu.
3. Langit dan awan-awan yang menghiasinya seringkali melukis sebuah keindahan yang luar biasa, yang setiap gerakan awan seringpula mengingatkan betapa pada dunia ini sesungguhnya telah didatangkan orang-orang mulia dengan keilmuan-Nya. Diamku menyimpan kekaguman pada mereka yang oleh Allah diberikan kecerdasan hingga mampu menjangkau ketinggian pengetahuan yang makin mendekatkan dirinya kepada Allah. Dalam diamku, aku merindukan kehadiran orang-orang ‘alim itu dan ingin belajar banyak dari mereka. Mereka adalah barisan manusia yang berjalan di muka bumi ini mengikuti petunjuk sang Rosulullah Nabi akhirul zaman. Barisan para mujahid dengan mengedepankan cinta perdamaian bersenjatakan akhlakul karimah.
4. Laut biru dengan deburan ombaknya, pasir pantainya yang tak menggumpal erat, air lautnya yang asin mengajak kalbuku merindu orang-orang yang rendah hati. Angin pantai mengikat erat tubuhku menyatu dengannya hingga tubuh yang terkena sengatan mentari menjadi berasa damai. Begitulah kedamaianku ketika aku merasakan kehadiran mereka orang-orang yang sesungguhnya diberi keluasan ilmu oleh Sang Empunya Ilmu Sejati tetap berjalan tanpa kepongahan, wajah bersinarkan keilmuannya selalu menunduk kala melangkah di atas dunia yang penuh dengan pertempuran kesombongan. Wajahnya selalu teduh, pancaran matanya menyorotkan ketajaman cintanya dan tutur katanya lemah lembut mampu membuat semilir angin perdamaian dalam kalbu. Tidak kutemukan kesombongan dan keangkuhanpun dalam ucapannya walau sebesar sel terkecilpun.
5. Keindahan suara gemericik air sungai, keindahan suara dawai-dawai daun bambu dan ilalang tertiup angin mengajak kalbuku mencari suara kata-kata pembangkit jiwa agar lebih bersemangat menapaki kehidupan di dunia ini, hingga keindahan dan kebangkitan jiwa terpancar lewat gerak langkah dan tutur ucap tanpa menyakiti sesama. Kelembutan dalam melangkah bukan berarti bersiap untuk selalu kalah bertarung dalam percaturan dunia ini, sungguh dalam kelembutan kata-kata pembangkit jiwa terdapat kedahsyatan untuk meraih cita dan mimpi. Bermimpilah dalam bingkai masing-masing dan aku ingin masuk dalam bingkai barisan wanita-wanita sholihah, pimpinan putri Rosulullah saw, Siti Fatimatuz Zahra RA.
NAR
31082009
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI