Mohon tunggu...
Akhmad RizalArifudin
Akhmad RizalArifudin Mohon Tunggu... Programmer - -

-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rayuan Maut Laut China Selatan, Pemicu Perang Dunia Ketiga?

9 Mei 2024   16:49 Diperbarui: 9 Mei 2024   23:27 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah Kembali dari Nine-Dash Line China

Tercapainya Kesepakatan Perdamaian 

Meskipun kondisi di LCS saat ini sedang memanas, namun tidak menutup kemungkinan tercapainya perdamaian. Pada 18 Januari 2024, telah dilakukan konsultasi bilateral antara Filipina dan China yang bertujuan untuk menjaga stabilitas dan perdamaian maritim. Kedepannya, jika pihak-pihak yang saling bersinggungan dapat menurunkan ego dan merumuskan kesepakatan yang menguntungkan setiap pihak maka perdamaian di wilayah LCS akan tercipta. Teori ini juga diperkuat dengan adanya "The ASEAN Way", dimana negara-negara anggota ASEAN lebih memilih interaksi dan kerja sama regional yang berdasar atas informalitas, proses konsensus, dan tawar-menawar dengan cara non-konfrontasi ketimbang cara-cara permusuhan, pengambilan suara mayoritas, atau proses pengadilan. 

Dengan kondisi LCS yang masih terkesan hampir stagnan, maka perlu dipikirkan terkait solusi penyelesaian isu LCS yang bisa dipertimbangkan, diantaranya yaitu sebagai berikut:

Tit for Tat Strategy 

Dalam mempertahankan kedaulatan wilayah negara, penting bagi suatu negara untuk menunjungkan kekuatan yang dimilikinya, terutama dari segi militer. Pada kasus LCS, hal ini pun sudah terjadi. Seperti yang diberitakan oleh media, banyak negara-negara yang bersinggungan terkait LCS secara spontan melakukan peningkatan pada kemampuan militer negaranya. Salah satunya yaitu Singapura yang membeli 8 pesawat jet tempur F-35. Singapura memang tidak menyebutkan bahwa pembelian ini terkait dengan masalah LCS. Akan tetapi, Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengatakan, pembelian ini akan membuat Singapura berada di liga utama demi merespons ancaman regional. Tentu ancaman LCS juga dapat dimasukkan dalam konteks ancaman regional tersebut. 

Selanjutnya, pastinya Filipina yang paling terlihat dalam hal ini. Filipina menunjukkan kekuatan tempurnya dengan menggelar latihan gabungan militer bersama beberapa negara. Hal ini juga untuk menunjukkan siapa saja negara yang ada di pihaknya. Selain itu, pada 19 April 2024 Filipina juga melengkapi arsenal pertahanannya dengan rudal anti-kapal Brahmos. Langkah ini semakin mempertegas tekad Filipina dalam mempertahankan wilayahnya. 

Menariknya, negara-negara ASEAN tidak serta merta bertindak agresif terhadap China. Fenomena ini sesuai dengan suatu paham yang dikenal dengan game theory. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Axelrod pada 1984. Teori ini menjelaskan tentang mana yang lebih menguntungkan antara bersifat kooperatif atau bersifat egois. Penelitian dilakukan dengan menerapkan beberapa strategi yang mengombinasikan antara langkah kooperatif dan egois. Dari hasil penelitian, didapati bahwa strategi yang paling menguntungkan yaitu dengan berkooperatif dan hanya membalas apabila dikhianati, atau yang disebut sebagai Tit for Tat Strategy. Contoh nyatanya adalah aksi penyerangan Iran kepada Israel yang merupakan balasan dari serangan Israel sebelumnya. Pada kasus ini terlihat bahwa Iran hanya berniat membalas serangan Israel, tanpa adanya keinginan untuk melanjutkan perang. Strategi yang serupa juga nampaknya diterapkan oleh negara-negara ASEAN dalam menyikapi aksi China di LCS. 

Kerjasama untuk Keuntungan Lebih Besar 

Mengingat luasnya wilayah LCS dan banyaknya kemungkinan potensi kekayaan yang terkandung di dalamnya, eksplorasi dan pengembangan pemanfaatan di LCS akan lebih mudah dan cepat apabila dilakukan oleh banyak orang. Pada permasalahan LCS, setiap negara dapat bekerjasama memadukan sumber daya dan pengetahuan dalam mengeksplorasi minyak dan gas di LCS. China dan ASEAN mungkin dapat mencontoh sejarah pembangunan Terusan Suez, jalur laut paling sibuk di dunia. Terusan Suez dibangun oleh beberapa negara, yaitu Mesir, Inggris, dan Prancis, tetapi manfaatnya dirasakan oleh hampir seluruh negara di dunia. 

Tanpa adanya terusan ini, berpotensi mengakibatkan kenaikan harga barang, bahkan inflasi secara global. Dalam hal yang sama, LCS juga merupakan salah satu jalur lalu lintas pelayaran yang penting di dunia. Dengan memperhatikan beberapa faktor tersebut, kerjasama antara China dan ASEAN akan menjadi lebih menguntungkan dibandingkan dengan eksplorasi egois yang sedang terjadi saat ini. 

Campur Tangan PBB 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun